Episode 4

127 10 48
                                    

Sehun merasa hari-hari nya begitu bersemangat semenjak Arleen ada di Korea Selatan. Terlihat, dia sudah bersiap-siap padahal jam masih menunjukkan pukul 06.30 am. Dia sudah berpakaian rapi, dan sedang berselancar di smartphone nya sambil menyesap secangkir kopi dan roti selai untuk serapan pagi nya. Dia membuka aplikasi pesan, tapi berkali-kali dia tutup. Dia tulis kata demi kata, namun dia hapus kembali. Sehun menjadi salah tingkah seperti remaja yang baru kasmaran. Bagi Sehun, jatuh cinta itu menyenangkan, karena hal itu membuat nya selalu berbinar ketika memikirkan wajah wanita yang dia sukai. Memikirkan, kapan mereka bertemu, bercerita, dan bersenda gurau, rasa nya sangat menyenangkan memiliki seseorang yang satu pemikiran dan pendapat.

Sehun ingat bagaimana tutur kata Arleen yang dewasa, penuh pemikiran briliant, dan dia mampu menyesuaikan diri dimana pun wanita itu berada. Bahkan mendengar suara Arleen saja sudah secandu itu bagi seorang Han Sehun.

Tanpa sadar Sehun menekan tombol memanggil. Nama Arleen tertera di layar ponsel Samsung Z Fold 3 milik nya. Sehun gelagapan. Bagaimana tidak, siapa juga yang menelpon pagi-pagi buta seperti ini? Mungkin saja Arleen masih tidur. Astaga, memikirkan rasa malu nya saja sudah membuat Sehun bergedik. Saat akan dia matikan, Arleen mengangkat telepon tersebut.

Arleen : Halo?

Sehun masih tertegun lama, sampai Arleen memanggil nama nya.

Arleen: Tuan Han? Ada apa?

Suara Arleen begitu lembut di telinga nya. Oh Astaga! Sehun benar-benar tidak waras sekarang.

Han Sehun : Oh, ya... maaf menganggu mu nona Arleen. Ada hal yang ingin aku bicarakan terkait kontrak kemarin.

Sehun berbohong masalah kontrak, karena tidak mungkin dia mengatakan ' Arleen aku merindukan mu.' Oh tidak, Sehun tidak sebodoh itu. Berbohong masalah kontrak adalah yang paling masuk akal untuk mencari topik pembicaraan.

Arleen: Oh baik kalau begitu, saya akan ke kantor anda satu jam lagi.

Sehun tersenyum bangga. Dia akhir nya bisa bertemu dengan Arleen. Namun, seperti nya Sehun tidak ingin membahas nya di kantor. Apalagi ini masih pagi, mungkin Arleen belum serapan- pikirnya.

Han Sehun: Em... masalah nya saya tidak ada dikantor hari ini. Jam 9 nanti saya harus ke Busan untuk acara donasi. Bagaimana kalau kita bertemu di Viva Polo.

Arleen diam agak lama, sampai Sehun harus memanggil nya.

Han Sehun: Nona Arleen? Kau masih disana?

Arleen: Oo.. em... boleh aku tahu alamat nya? Aku belum tahu tempat-tempat disini.

Han Sehun terkekeh mengingat Arleen bukan asli orang korea. Wajar saja dia tidak akan tahu di mana Viva Polo.

Han Sehun: Aah! Benar, aku melupakan kalau kau orang Indonesia. Bahasa korea mu sangat bagus hingga aku tak mengira kau bukan orang Korea.

Sehun menjeda kalimat nya dan mencari jalan paling tepat untuk mereka.

Han Sehun: Baik begini saja, kirim kan aku alamat mu. Aku jemput.

Arleen gelagapan disana. Mendengar Sehun akan menjemput nya membuat Arleen tak bisa berpikir jernih. Bagaimana mungkin kolega nya malah menjemput nya? Ini tidak benarkan? Katakan pada Arleen untuk sadar sekarang.

Arleen: Anda akan menjemput saya? Aku merasa tidak enak.

Han Sehun: Tidak masalah. Lagian kau juga baru di korea, pasti belum terlalu paham dengan jalan disini. Lebih baik aku jemput saja.

Arleen: T-tapi a-aku...

Sehun langsung menyela.

Han Sehun: Ssstt... katakan saja, atau aku tanya ke Minyoung?

ARLEENWhere stories live. Discover now