Haii aku kembali nih!!:)

Kalian suka engga cerita yang aku buat ini?
Kalau suka pantengin terus ya ceritaaa ini sampai tamatttt 😭

Jangan lupa juga klik Bintang nya dan komen di setiap paragraf nya oke 🙏

Jangan lupa siapkan tisue oke beb😭

_______________________________

"Tau rasanya kan, ingin pulang tapi Rumah tidak terasa seperti Rumah?
Dunia memang ramai & kita malah merenung di kesunyian."

_Rain_

Happy Reading ❤️

O0O

Raina terbangun dari tidurnya dan mengumpulkan seluruh jiwanya. Ketika bangun seluruh badannya terasa begitu nyeri dan Raina menyium aroma bau anyir . Raina meraba hidungnya yang masih mengeluarkan darah sejak kemarin tanpa henti. Raina sudah coba untuk mengobati hidungnya itu tapi nihil darah nya masih saja keluar.

Raina perlahan turun dari ranjangnya untuk pergi ke kamar mandi. Walaupun badannya sekarang masih terasa sakit dia tidak peduli, yang penting dia harus sekolah supaya bisa keluar dari rumah yang seperti penjara ini.

Selesai memakai pakaian Raina langsung ke bawah, setibanya di dapur dia mencium aroma masakan yang sangat enak yang kiranya berasal dari masakan Mamahnya.

Raina mendekat sedikit berani, berniat meminta makanan tersebut walaupun sedikit. Dia sangat ingin merasakan masakan Mamahnya itu, namun niatnya pupus begitu saja saat mendengar suara Mamahnya.

"Ngapain kamu di situ?" Tanya Lia seperti biasa dengan nada ketus.

"Mah, Raina belom makan dari kemaren malam, bo-boleh Raina minta buatin sarapan sama Ma-mama?" Raina menunduk tidak memiliki keberanian untuk menatap mamahnya sedangkan Lia tersenyum licik.

"Jangan pernah berharap saya mau memasakkan makanan buat kamu," sahut Lia tidak suka.

"Tolong Mah. Sekali ini aja ya. Aku pengen banget ngerasain masakkan Mama,"pintanya dengan lirih.

"Saya enggak peduli, kamu itu masih punya tangan kan? Buat saja sendiri jangan manja!"balasnya sedikit membentak.

"Aku ma-mau cobain masakan Mama,"tutur Raina membuat Lia berdecak.

"Saya enggak ada waktu, suruh saja Bi Mina masak. Tolong kamu kasih ini ke Rina, jangan sampai lupa." Lia menyodorkan sebuah kotak bekal yang telah dia isi dengan masakanya tadi, Raina menatap kotak bekal itu dengan iba, hatinya nyeri saat mengetahui Mamahnya lebih mementingkan Oran lain daripada dirinya.

"Ke-kenapa untuk Raina Mamah bilang enggak punya waktu, terus untuk Rina saja  Mamah bela-belain buatin bekal segala?bahkan Raina cuma minta sedikit kok Mamah gak mau ngasih, kenapa Ma? Kenapa?" Dengan berani  Raina mengeluarkan unek-unek nya, ia hanya butuh keadilan.  Kenapa begitu sulit? Dia tidak sanggup lagi dengan sifat Mamahnya yang tidak pernah menganggapnya ada.

"Jangan banyak omong kamu! Kalau saya suruh kasih ya kasih!saya muak ngomong sama kamu, saya capek, tau gak!"

Raina menggeleng pelan, air matanya dia hapus secara kasar setelah itu dia melemparkan bekal tadi ke lantai dan langsung saja Lia  marah lalu menatap nya dengan tajam.

Plak

"Apa maksud kamu hah!? Saya sudah capek memasaknya, dasar anak tidak berguna!" Bentak Lia dengan nafas memburu, tangannya terpekal kuat rahangnya mengeras membuat uRat lehernya terlihat jelas. Dia meraih kotak nasi yang tergeletak di lantai tersebut kemudian melemparkannya ke arah Raina mengenai wajah Raina , Raina berteriak kesakitan. Tidak hanya itu Lia juga memukul Raina dengan sapu, dia tidak terima jika Raina membuang masakannya begitu saja.

Diary Raina[On Going]Kde žijí příběhy. Začni objevovat