Pada Akhirnya [12]

97 49 39
                                    

- Selepas Senja -

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

- Selepas Senja -

"Mohon perhatian. Ini adalah panggilan terakhir untuk penumpang maskapai Dream Air yang memesan penerbangan 943 tujuan Tokyo, Jepang. Mohon menuju gerbang A-3 segera. Pemeriksaan terakhir akan segera selesai dan pintu pesawat akan ditutup dalam waktu sekitar lima menit. Diulangi. Ini adalah panggilan terakhir untuk Dream Air tujuan Tokyo, Jepang. Terima kasih."

Suara pemberitahuan itu berhasil membuyarkan lamunan Haikal. Sedari tadi Haikal terlihat begitu cemas dan juga gelisah. Ia melirik ke arah jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. Ia sudah tak punya banyak waktu yang tersisa. Hanya lima menit sebelum penerbangannya. Keraguan kembali melanda dalam dirinya. Ada perasaan yang begitu kuat mencoba untuk mengurungkan niatnya. Namun Haikal sebisa mungkin menahan gejolak itu.

Haikal memilih untuk bangkit dari kursinya dan berjalan dengan berat menuju ke arah gerbang A-3. Tangan kanan Haikal terlihat mencengkram kuat pegangan koper besar yang sedari tadi tak lepas dari genggaman tangannya. Haikal berhenti sejenak. Menoleh dan membalikkan tubuhnya seolah tengah mengharapkan kehadiran seseorang. Namun seketika nafas berat terdengar dari bibir merahnya. Haikal tersenyum getir. Tidak, tidak mungkin apa yang begitu ia harapkan akan terjadi.

Ayana, gadis berparas cantik itu tidak akan mungkin menyusul kepergiannya. Mengingat bagaimana Ayana lebih memilih pergi bersama dengan Regan ketimbang dengan dirinya. Itu sudah sangat cukup menjadi alasan untuk Haikal benar-benar pergi. Berjuang untuk mendapatkan cinta dan hati seseorang memang tidak ada yang salah. Namun adakalanya kita juga harus berhenti. Berhenti mengharapkan sesuatu yang tak pasti. Sebelum bertambah besar luka yang terkoyak di dalam hati.

"Selamat tinggal Ayana." Lirih Haikal yang jelas tidak akan pernah bisa di dengar oleh Ayana. Genggaman tangan pada koper hitam itu semakin menguat. Mencoba untuk melampiaskan rasa sesak yang saat ini menghujam hati dan juga perasaannya. Tak ada lagi yang perlu di sesali. Mungkin hanya kepergian ini yang bisa membuatnya melupakan cintanya yang teramat besar pada Ayana.

Haikal melanjutkan gerak langkahnya. Selangkah demi selangkah kedua kakinya terasa seperti ujung sebuah pedang yang menghunus tepat ke dalam jantungnya. Bahkan tanpa Haikal sadari setitik air mata berhasil terjatuh dari kedua sudut matanya. Ternyata seberat ini yang namanya perpisahan dan juga melepaskan.

"HAIKAL!" Haikal membatu. Ia tersenyum miris. Bahkan ia masih mendengar suara Ayana tengah menyerukan namanya. Sepertinya ia memang sudah hampir gila karena terlalu dalam mencintai Ayana. Tidak, hal ini tidak boleh terus terjadi. Ia harus bisa melupakan Ayana agar ia juga bisa melanjutkan hidupnya. Haikal menarik nafas panjang dan mulai kembali melangkahkan kedua kakinya.

"HAIKAL BERHENTI!" Haikal membalikkan tubuhnya. Betapa Haikal begitu terkejut kala melihat Ayana tengah berlari dari kejauhan menuju tepat ke arahnya. Haikal masih mematung di tempatnya ketika Ayana sudah berdiri tepat di hadapannya. Seolah tidak percaya jika sosok yang sedari tadi ia harapkan kini benar-benar datang. Dapat ia lihat Ayana menangis dengan begitu hebat. Air mata yang terasa seperti jarum tajam yang menusuk satu persatu ke dalam ulu hatinya.

Selepas Senja [✔] - Lee HaechanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora