Menuju Kebahagiaan [17]

79 40 101
                                    

- Selepas Senja -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- Selepas Senja -

Hari ini toko roti Ayana terlihat cukup ramai. Gadis berparas cantik itu bahkan sibuk melayani beberapa orang pembeli bersama dengan Alenha. Ayana merasa sangat senang karena hampir semua roti-roti buatan ibunya telah habis terjual. Meski merasa lelah, tapi Ayana sangat bersyukur atas limpahan rezeki yang Tuhan berikan padanya hari ini. Dan ada satu hal lagi yang membuat semangat Ayana tetap berkobar. Apalagi kalau bukan soal lamaran Haikal pagi tadi. Ayana tak menyangka jika hubungan yang ia jalin bersama dengan Haikal akan berakhir di sebuah pelaminan.

Alenha mengerutkan kening merasa janggal akan gelagat yang di tunjukkan oleh Ayana. Sahabat sekaligus atasannya itu seharian ini tak henti-hentinya untuk menyunggingkan senyuman manisnya. Pasti ada sesuatu yang mampu membuat Ayana begitu bahagia hari ini. Alenha mengedarkan pandangan mata. Memastikan jika sudah tak ada lagi pelanggan yang belum di layani. Merasa ada waktu senggang, Alenha pun berjalan mendekat ke arah Ayana yang masih senantiasa duduk di depan meja kasir.

"Ayana!" Ayana berjingkit karena terkejut kala Alenha menepuk pundaknya perlahan. Alenha menghembuskan nafas melihat ekspresi polos yang tergambar di wajah cantik Ayana. Belum lagi sorot mata Ayana yang terlihat berbinar cerah sejalan dengan segaris senyuman tipis yang tak hilang-hilang dari wajah Ayana.

"Kau baik-baik saja bukan? Seharian ini aku perhatikan kau terus saja tersenyum seperti orang gila. Aku yang melihatnya jadi merasa sedikit takut. Kau tidak sedang demam bukan? Atau mungkin kau kelelahan? Kau bisa istirahat di dalam Ayana." Ayana menggeleng perlahan. Bukannya menjawab, Ayana justru terus mengulas senyuman di wajah cantiknya.

"Kau ini kenapa? Jangan membuatku takut. Kau tidak sedang kerasukan bukan? Astaga! Ayana, cepat katakan siapa aku! Ayo katakan kalau kau memang baik-baik saja dan tidak sedang kerasukan roh halus." Ayana terkekeh. Bagaimana mungkin Alenha berpikir sejauh itu. Benar-benar sangat lucu pikirnya.

"Alenha jangan bercanda. Aku baik-baik saja dan tidak ada yang perlu di khawatirkan. Aku hanya sedang merasa bahagia hari ini. Setiap kali aku mengingatnya, senyumanku tanpa sadar terulas begitu saja. Maaf jika memang kau merasa tidak nyaman karena hal itu. Tapi sungguh tidak ada hal buruk yang terjadi. Apalagi kerasukan, itu tidak mungkin Alenha." Mendengar jawaban yang di berikan oleh Ayana, setidaknya Alenha bisa sedikit bernafas lega.

"Kalau begitu apa yang sudah membuatmu begitu bahagia? Kenapa kau tidak membagi kisahmu denganku? Jangan bilang kau sudah tidak lagi menganggapku sebagai sahabat baikmu. Hm, aku terluka karena sikapmu ini." Alenha melipat kedua tangannya di depan dada. Berpura-pura marah pada Ayana. Meski sebenarnya ia sama sekali tidak pernah menaruh sedikitpun amarah atau kekesalan pada gadis cantik yang telah lama menjadi sahabat baiknya tersebut.

"Sebenarnya, aku malu Alenha. Aku ingin menceritakan semuanya padamu, tapi aku merasa malu." Alenha menautkan kedua alis matanya. Menatap penuh tuntutan ke arah Ayana.

Selepas Senja [✔] - Lee HaechanWhere stories live. Discover now