𝙿𝚛𝚘𝚕𝚘𝚐 - 2

19 6 1
                                    

"Suka yang ini?"

Miauwww~

Suha menggeleng. Tak sedetik pun senyuman terukir di wajahnya.

"Bagaimana dengan yang itu? Oh, yang di sebelahnya boleh juga. Yang itu agak mirip."

Suha mendesah malas, menggeleng, lagi dan lagi.

Akhirnya, kakak laki-lakinya lebih tua enam tahun, bernama Choi Subin, ikut menyerah juga. Pria itu sejak tadi sudah mengusahakan yang terbaik agar adik perempuan satu-satunya bisa memilih seekor kucing di petshop ini dan berhenti bersedih.

"Jadi, apa maumu, huh? Semua kucing ini tak ada bedanya dengan Healing. Mereka berbulu oranye dan lebat!"

"Mereka tak terlihat seperti Healing di mataku," jawab Suha tak minat, lalu membuang muka. "Tak ada yang bisa menggantikan Healing," tambahnya, membuat Subin menyungut sengsara.

"Ya ampun! Lalu apa faedahnya kita dengan lelah pergi mencapai petshop ini tanpa ada keinginan bawa pulang seekor kucing?!"

"Ya salah sendiri, kakak maksa-maksa aku pergi."

"Habisnya kesedihanmu never ending, tahu!"

"Suka-sukaku, dong, mau bersedih sampai kapan. Aku sayang Healing, kok."

"Ya ampun, Choi Suha!"

Suha hanya memberengut, lalu membalik badannya menuju pintu keluar.

Subin langsung melebarkan mata, makin stres dibuatnya. "Hei, hei. Kau mau kemana sekarang?"

"Kemana pun yang bukan rumah! Aku lagi tidak mood pulang, jadi jangan ikuti aku atau suruh aku pulang!"

"Astaga, mau sampai kapan kau begini?!"

"Sampai kepedihan hatiku terobati!"

**

Suha berjalan pelan di bawah kanopi pepohonan yang meneduhkan sepanjang trotoar.

Hatinya masih sehancur seminggu yang lalu, ketika dia harus menemukan Healing tak lagi bergerak dan bernapas setelah memuntahkan isi perut-tampaknya terkena masalah pencernaan, namun Suha lambat menyadari dan Healing jadi tak mendapat pertolongan apa pun dari klinik hewan.

Masih satu penyesalan yang membekas kepalang jelas. Suha kesulitan mengalihkan fokus hati dan pikirannya.

Nampaknya patah hati kehilangan kucing piaraan lebih parah ketimbang patah hati diputusin kekasih-bagi Choi Suha.

"Ahhhh, Healing! Aku rindu memeluk dan membelaimu!" monolognya sendiri, untung saja tak ada siapa pun di sekitarnya.

Suha lalu memposisikan tangannya bagai membentuk pelukan, membayangkan kucingnya bergelayut manja di sana.

"Ahhhh, bagaimana hari-hariku berjalan tanpa penyembuhku, huh! Aku akan sakit hati dan sedih terus kalau begini caranya. Oh, mengapa orang yang tak pernah punya teman sepertiku pun tetap harus merasakan kehilangan!"

Lama berjalan berkeliling daerah rumah tinggal yang kebetulan berada di sudut Kota, Suha akhirnya memutuskan mengarahkan haluan langkah menuju pulang.

Matahari mulai membenamkan separuh bagiannya tatkala Suha nyaris tiba di depan rumahnya, dan maniknya menangkap sesuatu.

Di pohon di samping rumahnya, ada sesuatu berwarna merah muda meringkuk di sana.

Tunggu. Sesuatu... berwarna m-me-merah muda? Warna pink??

Suha mengerjap. Warna itu jelas-jelas mencolok di hari yang petang ini.

Gadis itu mendekat hati-hati. Mengeratkan pegangan di tali tas salempangnya takut-takut, lalu agak merunduk agar dapat melihat dengan lebih jelas.

Ini.... orang?

"Eunghh?" Seseorang berambut pink dengan telinga kucing di atas kepalanya mendongak. Dengan wajah lugu yang kelelahan dia balas menatap Suha-matanya menyorot minta tolong.

Suha meloto sejadi-jadinya. Jantungnya berpacu. "K-kamu ini... makhluk apa??"

Lelaki lugu itu menggeleng lemah. "Junie."

"Ha? Apa?"

"Junie. Namaku."

"Kamu punya nama?"

Dia mengangguk lalu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

Suha pun ikut menatap penuh tanya. "Kamu ini... berasal darimana? Kenapa bisa sampai di bawah pohon sebelah rumahku?"

Junie menggeleng, ikut kebingungan. "Junie tidak ingat. Junie punya masalah kehilangan ingatan jangka pendek."

"Kehilangan ingatan... apa??"

"Ingatan jangka pendek. Junie... namaku, Junie."

"Apa? Maksudnya?"

"Apa Junie sudah beri tahu nama Junie?"

"Sudah. Kamu sudah beri tahu di awal."

"Oh? Maaf. Junie... lupa. Junie punya masalah-"

"Kehilangan ingatan jangka pendek. Oke. Jangan diulang. Tadi kamu juga sudah bilang itu."

Junie pun mengangguk. Masalah ingatannya separah itu ternyata.

Suha agak miris sebetulnya, hatinya menjerit penuh tuntutan penjelasan tetapi yang di depannya sungguh tak bisa diharap untuk menjelaskan apapun. Lama kelamaan menatap, hati Suha jadi iba juga melihat sosok lugu itu nampak ketakutan dengan sekitar dan agak menggigil. Dia pun lantas menegapkan tubuh dan mengulurkan tangan.

"Junie, ikut aku saja, yuk? Di dalam rumahku lebih nyaman."

"Kamu tidak berniat menyekapku, kan?"

"Tentu, tidak. Aku mau menolongmu."

"Kalau begitu, kau pasti bersedia memperkenalkan diri dulu. Siapa namamu?"

Suha mengulum senyum. "Choi Suha. Sekarang kau percaya padaku?"

Junie agak memanyunkan bibirnya dan mengangguk paham. Menggemaskan sekali!

Beberapa saat sampai dia memandang heran tangan Suha yang masih terjulur ke arahnya. "Heum, lantas setelah ini kita mau apa? Setelah kita kenalan, tadi kita mau apa?"

"Masuk ke rumahku, astaga."

Sabar. Sabar. Dia punya masalah kehilangan ingatan, Suha....

𝙆𝙞𝙩𝙩𝙮 𝙅𝙪𝙣 | yeonjunWhere stories live. Discover now