11. Term of Endearment

260 16 5
                                    

Assalamualaikum.

Hallo semuanya!! Semoga kabar kalian baik-baik aja ya 💙

Aku mau minta maaf buat temen-teman yang udah nungguin ceritanya dan ngerasa lama banget buat up-nya.

Kabar baiknya, insyaa Allah mulai ke depannya aku bakal rutinin kok up minimal sekali seminggu.

So, buat temen-teman yang suka sama cerita aku, jangan lupa vote dan koment-nya.

Vote dan komen kalian sangat berarti buat aku.

Semangat semuanya💪

🌹Happy reading!🌹

***

"Nazra sayang, bangun yuk sayang."

Nazra, gadis cantik sang pemilik nama indah tersebut bereaksi kecil dengan menggeliat. Suara lembut dengan berbisik itu tak bisa ia abaikan. Nazra perlahan membuka matanya.

"Sebentar lagi, Mas, masih jam--- Mas?"

Nazra kebingungan, ia tak mendapati siapapun berada di ranjang ini bersamanya. Namun, suara Haidar yang memintanya untuk bangun benar-benar terasa begitu nyata.

"Kenapa?" tanya seseorang dari arah belakang.

Nazra membalikkan tubuhnya. Ia menemukan laki-laki tampan nan mempesona sedang duduk di shofa kamarnya dan menatap ke arahnya. Sayangnya, itu bukan laki-laki yang sedang ia cari.

"Ah? Eumm enggak. Rara nyari Mas Haidar. Mas Haidar di mana, Bang?" tanya Nazra yang belum dengan kesadaran yang sempurna.

"Hurfttt ... sesuai dengan dugaan." Alzam bergerak menghampiri Nazra di atas ranjang yang masih celingak-celinguk mencari dengan wajah penuh kebingungan

"Maksudnya?" tanya Nazra menatap Alzam.

"Ya udah gue duga sih, Cil, Lo tuh bakal ngehalu."

"Apaan sih, siapa yang ngehalu. Bener kok Rara denger suara Mas Haidar ngebangunin Rara tadi tuh," balas Nazra yang masih kekeuh.

"Terus ini apa?" tanya Alzam memperlihatkan foto Nazra yang memeluk Haidar di Bandara. Selanjutnya, ia juga memperlihatkan foto Haidar yang melangkah menuju gate pesawat yang ia ambil tadi pagi.

"Astaghfirullah," gumam Nazra sambil memejamkan kedua matanya. Gambar itu memulihkan ingatannya dengan sempurna. Tidak hanya memulihkan ingatannya, tetapi gambar tersebut juga membuatnya harus menahan malu di depan Abangnya-Alzam.

"Udah gausah malu gitu, gapapa kok. Abang juga udah feeling Rara bakal ngehalu gini. So, santai aja," ucap Alzam yang terdengar begitu menjengkelkan. See? Abangnya itu benar-benar sangat tengil dan menguras kesabaran.

"Dih. Siapa juga yang malu," tolaknya.

"Yakin nih gak malu? Masa sih?" Alzam semakin gencar menggodanya.

"ABANG!!! ABANG APAAN SIH! NGAPAIN ABANG DI SINI?" tanya Nazra persis seperti anak kecil yang sedang memarahi temennya.

"Ya buat jagain kamu lah."

"Aku bisa kok jaga diri sendiri."

"Ya bisa, tapi abang juga bisa jagain Rara."

"Dih, gombal... gini nih kelamaan jomblo. Adiknya juga diembat"

"Mending jomblo. Ketimbang ditinggal sampai halusinasi gitu? Syukur ngga sampai terjun dari balkon," ledek Alzam balik. Mata Nazra menyipit menatap Alzam yang memang menyebalkan.

Haidar Al-Ghifari (On Going)Where stories live. Discover now