10

1.5K 249 33
                                    










Jisoo berlari di koridor rumah sakit,sesekali tangannya mengusap kasar pipinya yang basah,di susul Chaeyoung dibelakangnya.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di ruang ICU. Disana sudah ada Sooyoung dan kedua adiknya.

"Eomma,Daddy bagaimana?"

Lisa yang sedari tadi menangis dipelukan Jennie pun menoleh. Ia melepas pelukannya pada Jennie dan beralih ke kakak sulungnya dan memeluknya erat,tangisan nya lebih keras dari yang sebelumnya.

Sooyoung menatap Jisoo kosong,ia menggeleng lesu.

"Dad masih ditangani dokter,unnie" tutur Jennie

"ini sebenarnya ceritanya gimana?" Jisoo masih mengelus punggung adiknya yang menangis.

"menurut keterangan polisi dan orang-orang yang ada ditempat kejadian,mobil Daddy melaju kencang mengabaikan rambu lalu lintas. Mungkin Daddy pikir,keadaan jalanan sepi. Daddy gak liat mobil lainnya dari arah kiri,Dad banting stir untuk menghindari itu berakhir dengan Dad nabrak pembatas jalan" jelas Jennie dengan air mata yang ingin berhenti mengalir.

Jisoo menghela nafas berat,mengusap kasar wajahnya. Perasaannya gelisah,ia khawatir,takut menjadi satu. Jisoo tidak ingin kehilangan lagi,cukup Mommy nya yang pergi.

Jennie melangkah mendekati Chaeyoung yang berdiri tak jauh dari Jisoo.

Brukkk

Jennie mendorong Chaeyoung begitu kasar,sampai-sampai anak itu terjungkal ke belakang. Chaeyoung meringis,bokongnya sakit jujur saja.

"ini semua karena dirimu,Sialan!"

"Jennie kamu apa-apaan sih?" Jisoo melepas pelukan Lisa hendak membantu Chaeyoung,namun pergerakannya terhenti  saat mendengar kalimat dari Jennie.

"dia yang membuat Daddy seperti ini,Unnie"

"jika saja Daddy gak ngotot untuk jemput dia,kita gak ada disini sekarang dan Daddy akan baik saja" lanjut Jennie dengan emosi yang meluap.

"aku yakin,Daddy berkendara dengan kecepatan tinggi itu agar anak ini tidak menunggu lama"

"kau lah penyebab kekacauan ini,Park Chaeyoung!!" tunjuk Jennie padanya.

Chaeyoung bangkit dari posisinya,ia linglung. Dia sungguh tidak tahu apa-apa,Chaeyoung bahkan tidak tahu jika Kim Bum ingin menjemputnya.

"aku benar-benar tidak tahu apa-apa,Unnie" Suara Chaeyoung sangatlah lirih.

"tutup mulutmu,jangan pernah memanggilku seperti itu. Kau bukanlah adikku,darah kita berbeda,aku tidak ada hubungannya denganmu" Jennie semakin menjadi, Jisoo hanya diam bak patung.

"tidak seperti itu unnie,Chaeyoung tidak salah" Lisa bersuara. Lisa tahu,Chaeyoung tidak salah dalam hal ini,ini murni kecelakaan.

"Diam Lisa!! kamu masih kecil,kamu tidak tau apa-apa"

Lisa menatap Chaeyoung yang juga menatapnya. Lisa tau arti tatapan itu.

Jennie mencengkram bahu kecil Chaeyoung. "cukup dirimu yang kehilangan ayah,jangan membuat kami menjadi sepertimu"

srett

Sooyoung yang sedari tadi diam,menarik tangan Chaeyoung membawanya entah kemana.



*

*

Tak jarang Chaeyoung meringis kesakitan saat Sooyoung menariknya begitu kuat menaiki tangga.

"eomma,kita mau kemana?"

Sooyoung menghempas kasar tubuh Chaeyoung pada pembatas rooftop. Chaeyoung melirik ke bawah,matanya terpejam,tubuhnya gemetar_takut.

"apa yang harus saya lakukan agar terbebas dari mu?" fokus Chaeyoung teralih.

"mengapa kau tidak bisa melihat saya  bernafas tenang sesaat saja?"

"apa maumu hah?" Sooyoung berteriak,mengusap kasar wajahnya;Air matanya turut hadir.

Chaeyoung tertunduk terisak. "Maaf,Eomma" suaranya serak,tak terhitung berapa kali ia menangis hari ini,dadanya sesak.

Sooyoung menarik nafas panjang;"tidak,kau tidak salah. Saya yang salah karena telah melahirkanmu"

Deg

Chaeyoung tertegun,matanya berkedip. Pipi yang belum kering itu kembali basah. walaupun sudah terbiasa mendengar kalimat yang menyakitkan dari mulut sang ibu,yang ini jauh lebih sakit dari kalimat menyakitkan lainnya.

Bagaimana mungkin ada ibu yang tega mengatakan hal seperti itu pada putrinya sendiri?

"mengapa kau harus ada di kehidupan saya?" Sooyoung melangkah mendekati Chaeyoung yang mematung.

"Dan yang lebih saya sesali,mengapa hadirmu dari rahimku?"

Chaeyoung kembali tersadar saat satu tangan mengcekik lehernya kuat,mulut Chaeyoung terbuka.

Sooyoung lalu mengangkat tubuh mungil itu ke pembatas rooftop. Tangannya tak lepas dari leher Chaeyoung.

Chaeyoung semakin gemetar,terlebih ia kesulitan bernafas. Chaeyoung menangis dan merengek.

"J-jangan eomma" rengekan dan air mata itu tidak membuat Sooyoung luluh.



'Park Sooyoung sadarlah,dia putrimu!'



Sooyoung reflek menarik tangannya membuat Chaeyoung ikut tertarik.

Sooyoung celingak-celinguk mencari sumber suara. Ia mengenali suara itu,itu suara Seojun_suaminya yang telah tiada.

Ia menatap Chaeyoung dan tangannya bergantian.

Sooyoung berlari meninggalkan tempat itu,tanpa menghiraukan Chaeyoung yang kesulitan bernafas.

Tubuh Chaeyoung dingin,ia masih terisak. Sesekali memukul dadanya yang sesak.

Ia memeluk kedua kakinya,menyembunyikan wajahnya diantara lutut,meredam suara tangisnya.

"Dunia jahat,yang baik cuma Appa" lirih Chaeyoung.

"Dunia itu gak jahat,yang jahat itu penghuninya" ucap seseorang.

Chaeyoung mendongak. Ia kembali menangis saat melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang.

Park Seojun_ tersenyum manis menatap putrinya,dengan pakaian serba putih bersinar yang melekat di tubuhnya.

Seojun menyamakan tingginya dengan Chaeyoung,mengusap pipi putrinya lembut.

Seojun hampir terjungkal saat Chaeyoung memeluknya tiba-tiba. ia terkekeh pelan sembari membalas pelukan Chaeyoung.

"Eomma jahat Appa,eomma gak sayang sama aku" adunya.

"eomma hanya belum sadar sayang" balasnya seraya mengusap lembut kepala Chaeyoung.

"jadi maksud appa,selama ini eomma mabuk?" Chaeyoung melepas pelukannya. Tangisnya sudah berhenti.

Seojun tertawa mendengar kalimat polos putrinya."anggaplah seperti itu sayang"


"kenapa Appa baru mengunjungiku sekarang?"

Seojun mengecup gemas pipi Chaeyoung."Appa sibuk"

"orang yang sudah meninggal sibuk juga?" Seojun mengangguk.

"maafin appa ya,mungkin dewasamu nanti tidak sebaik yang kamu pikirkan"

Chaeyoung terdiam sejenak."appa!"

"hmm?"Seojun merapikan rambut Chaeyoung yang berantakan.

"yang ini lebih sakit daripada yang kemarin"ucap Chaeyoung menatap lamat sang appa

Seojun menunduk,menahan dirinya untuk tidak menangis. Sooyoung benar-benar keterlaluan.






Seojun mendongak kemudian mengangguk."akan Appa ceritakan semuanya pada Tuhan"














TBC...


Little AngelWhere stories live. Discover now