N5

1.7K 213 58
                                    

Pagi itu di sebuah rumah yang terbilang sangatlah mewah Dhita tersadar. Matanya mencoba mengelilingi sekitar kamar tersebut. Merasa tidak asing dengan tempat tersebut ia refleks bangun dari tidurnya yang menyebabkan kepalanya sedikit kesakitan

"Awhh...." Dhita merintih sambil memegangi kepalanya

Pintu kamar terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang adalah ibunya. Disusul oleh dua orang lelaki yang sangat ia benci. Pak Agung dan Keenan

"Sayang... Syukurlah kamu sudah sadar" Sang ibu berlari menghampiri Dhita, dengan sedikit memberikan kecupan-kecupan kecil pada pipinya.

"K__kenapa Aku bisa disini.. dan.. Dimana Za..."

"Kamu tidak perlu mengingat wanita sialan itu lagi" Ucap pak Agung enteng. Sementara Dhita sangat amat marah mendengarnya

"Kenapa papah masih mencampuri kehidupan aku. Bukankah papah sudah membuang aku semenjak malam itu" Pak Agung memalingkan wajahnya

"Seharusnya kamu bersyukur papah masih perduli sama kamu. Lebih baik kamu lupakan wanita itu, dan kembali ke jalan yang seharusnya"

"Sampai kapanpun aku tidak akan melakukan itu.. apalagi melepaskan Zanna"

"Stop menyebut nama dia. Rasanya seperti ingin muntah saat membayangkan wajah sok sucinya" Dhita benar-benar kehabisan kesabaran.. ia berusaha bangkit dari tempat tidur

"Sayang... Lebih baik kamu Istirahat dulu" istri pak Agung berusaha untuk menenangkan anaknya

"Maaf Mah... Kali ini Dhita capek" Dhita dengan pelan melepaskan tangan ibunya

PLAK...

Dhita langsung tersungkur saat tiba-tiba menerima tamparan yang sangat keras dari ayahnya

"Semuanya keluar.. biarkan dia disini sendiri. Dasar anak tidak tau di Untung. Papah gak mau tau, besok kamu dan Keenan akan berangkat ke paris" pak Agung memberikan ultimatum. Semuanya keluar kecuali Dhita

"Sayang...hiks... Aku takut Za" Dhita menangis, mencoba mencari ketenangan dengan memeluk lututnya sendiri


*
"Setelah ka Zanna tau rahasiaku, aku harap ka Za gak berubah" Ucap Zayn penuh harap

"Zayn... Aku bukan tipe orang yang langsung menghakimi seseorang. Reaksiku saat di rumah sakit sama sekali gak seperti apa yang kamu bayangkan. Mungkin hanya sedikit kecewa. Karena pria dewasa yang sudah aku anggap adik sendiri berbuat seperti itu. Tapi aku juga tidak bisa menyalahkan kamu.." ungkap Zanna. Tangannya beberapa kali ia mainkan, dan itu sangat terlihat jelas oleh Zayn bahwa Zanna sangat tidak tenang.

Zayn mencoba memegang tangan Zanna. Niat hati ingin memberikan sedikit ketenangan. Namun Zanna perlahan sedikit menghindari. Cukup membuat Zayn sakit hati. Namun ia sadar diri

"Apa... Apa ka Zanna yakin dengan perasaan yang Kaka punya" Tanya Zayn

Zanna langsung menatap Zayn. Zayn sedikit takut saat melihat tatapan Zanna. Perempuan ini seperti mempunyai dua kepribadian, jauh berbeda saat ia menatap ke arah Dhita. Pikir Zayn

"Maksud kamu bertanya seperti itu apa Zayn? Sungguh aku capek dengan orang-orang yang memang menganggap perasaan aku dan Dhita itu hanyalah perasaan semu. Hubungan kita yang terlarang. Kita berdua tau Zayn. Tau banget.. tapi perasaan itu... Aku dan Dhita gak bisa membuangnya begitu saja.. bukankah yang menciptakan perasaan ini juga sang pencipta? Lantas kenapa orang-orang sangat amat memandang hina perasaan ini?"

Zayn benar-benar di buat bungkam oleh ucapan Zanna. Sebesar itu cinta dan sayang Zanna untuk Dhita. Sampai tidak ada celah sedikitpun untuk bisa ia masuki

Cinta Yang Salah 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang