11

2.6K 234 60
                                    

Hari ini jadwal check up pak Agung ke rumah sakit. Kebetulan Dhita pun ikut mendampingi untuk melihat perkembangan papahnya sendiri

Dhita sangat kehausan, ia meminta izin kepada mamahnya untuk keluar mencari air minum

Di perjalanan menuju kantin, matanya tak sengaja melihat siluet seseorang yang sangat ia kenal. Dengan cepat ia mencari sosok itu, namun tak dapat ia temukan

Dhita menggeleng-gelengkan kepalanya, memijat keningnya karena pusing. Penglihatannya mendadak buram, hampir saja ia terjatuh kelantai jika tubuhnya tidak di tahan oleh seseorang.

Suara dan aroma tubuh orang tersebut sangat ia kenali. Seseorang yang sangat ia rindukan kehadirannya. Beberapa kali Dhita mengerjapkan matanya. Mencoba untuk tetap tersadar. Namun sakit yang teramat pada kepalanya membuat ia kehilangan kesadaran

"Dhita... Hey.." beberapa kali pipi Dhita di pukul pelan untuk menyadarkan nya

"Suster.. suster tolong..." Teriaknya panik saat melihat Dhita pingsan

Beberapa suster langsung berlari menghampirinya.


*
Satu jam lebih Dhita akhirnya tersadar. Dirinya bangun dan melihat kearah sekeliling. Terlihat tangannya kini sedang di infus. Dhita menghembuskan nafas nya kasar dengan memejamkan matanya

"Lupa sarapan lagi... " Ucapnya pelan. "Selalu seperti ini. Semenjak dia gak ada...."

Pintu ruangannya terbuka, membuat Dhita langsung melihat kearah pintu

Matanya tidak bisa berkedip, tubuhnya tiba-tiba kaku. Saat melihat dengan jelas, Zanna tengah berjalan menghampirinya. Wanita yang sangat ia rindukan itu kini tepat berdiri di hadapannya.

Tanpa sadar, air matanya menetes. Namun bayangan saat pernikahan Zanna hinggap di pikirannya, rasa rindu itu berganti dengan rasa benci

"Gak.. gak mungkin, bukannya Zanna di Jogja" batin Dhita

Tanpa ragu, Zanna memeluk Dhita. Mengucapkan beberapa kata yang mengungkapkan bagaimana Zanna sangat mengkhawatirkan Dhita.

Namun alangkah terkejutnya Zanna saat Dhita yang tiba-tiba mendorong pelan dirinya. Bahkan tidak mau menatap matanya sama sekali.

"Ta.."

"Keluar.." ucap Dhita pelan. Dhita benar-benar tidak mampu, bahkan sekedar menatap mata Zanna. Dalam hatinya ia sangat merindukan wanita di dekatnya itu. Tapi ia sadar, kerinduan yang ia rasakan hanyalah rasa rindu yang tak akan berujung

"Tapi aku..."

"Aku bilang keluar.. jangan membuatku mengulanginya" Teriak Dhita membuat Zanna kaget dan sangat sedih dengan perkataannya

"Aku khawatir sama kamu Ta.."

"Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Sekarang aku sudah baik-baik saja. Dan jangan sok peduli dengan kondisiku. Belum puaskah kamu membuat aku menderita?"

Zanna benar-benar terkejut dengan ucapan Dhita. Tapi Zanna sadar, ia pantas mendapatkan perlakuan itu dari Dhita. Perlahan Zanna memundurkan badannya. Kepalanya tertunduk. Ia tidak bisa menahan air matanya

"Baiklah... Aku harap kamu lebih menjaga pola makan kamu. Jangan sakit lagi. Jangan lupa dimakan ya, kalau bisa di habisin." Ucap Zanna berusaha tersenyum. Dengan menunjukkan paper bag berisi makanan, yang sengaja ia beli  untuk Dhita. Setelah mengucapkannya Zanna pun keluar dari kamar tersebut dengan sangat berat hati.
Setelah menutup pintunya Zanna menangis dengan bersender pada balik pintu.

Cinta Yang Salah 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang