10

1.8K 195 43
                                    

Keesokan harinya Dhita terbangun sedikit kesiangan. Matanya beberapa kali ia kedipkan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Bibirnya membentuk senyuman saat bayangan malam muncul di ingatannya.

Matanya menoleh kearah samping, namun tak ia temukan sosok kekasihnya. Yang biasanya masih dalam keadaan selalu memeluknya. Dhita bangun dan langsung bangkit, memakai kimononya yang tipis dan sedikit transparan, lalu menjepit rambutnya asal.

Dhita berjalan dengan perlahan, membuka jendela kamarnya agar udara luar bisa masuk dan ia dengan bebas bisa menghirupnya. Aroma masakan yang tercium membuat Dhita kembali tersenyum. Pikirnya karena Zanna bangun lebih awal dan sibuk di dapur, membuatnya tak melihat Zanna saat bangun

Ia bergegas berjalan masuk ke dalam kamar mandi hanya untuk mencuci mukanya saja. Hatinya Tak sabar ingin memeluk dan bermanja kembali pada sang kekasih

"Sayang...." Dhita memanggil Zanna sambil berjalan kearah dapur. Ia merasa sangat bersyukur bisa mempunyai Zanna. Sentuhan tangannya mampu membuat rumah yang terbilang besar ini sangat rapih tanpa adanya seorang ART. Kaki jenjangnya terus melangkah dengan perlahan.

"Sayang..." Ulang Dhita terus memanggil Zanna. Namun tak ada jawaban sama sekali, meja makan pun telah di penuhi oleh berbagai makanan. Namun sosok yang ia cari tidak menunjukkan tanda-tanda kehadirannya

Dhita kembali memanggil Zanna namun sama sekali tidak ada jawaban. Ia mengecek semua ruangan di dalam rumahnya, namun hanya keheningan yang ia temukan

Dhita berlari kedalam kamarnya, mengambil ponselnya dengan sangat terburu-buru. Perasaannya tiba-tiba gelisah, dan rasa takut pun kembali menghinggapi dirinya

Beberapa kali ia menghubungi nomor Zanna, namun hanya suara operator yang ia dengar.

"Gak... Gak mungkin Zanna ninggalin aku.. enggak" Dhita berusaha berpikir positif. "Bahkan semalam kita masih baik-baik saja" ungkapnya pelan

Dhita mencoba tenang. Ia berpikir mungkin Zanna sedang keluar mencari sesuatu.

Dhita memutuskan untuk mandi. Mungkin saat ia selesai mandi Zanna sudah kembali, pikir Dhita

Tapi ternyata ia salah. Zanna masih belum kembali sampai Dhita telah selesai bersiap-siap

Perasaannya mulai tidak enak. Lebih ke takut akan Zanna yang kenapa-kenapa

Ujung matanya tidak sengaja menemukan secarik kertas yang di lipat dan di simpan dengan asal di dekat cermin

Tubuh Dhita langsung lemas dan jatuh begitu saja. Setelah membaca surat itu. Air matanya tak dapat ia bendung lagi. Ia menangis perasaannya benar-benar seperti di hantam batu yang begitu keras secara paksa

"Enggak mungkin... Ini mimpi kan" Ucap Dhita kesulitan. Dengan gemetar tangannya berusaha menggapai ponselnya. Dan mencoba untuk kembali menghubungi nomor Zanna, namun hasilnya tetap nihil. Ponsel Zanna tidak aktif sama sekali

Kedua kakinya seperti hilang kekuatan untuk menampung beban tubuhnya. Namun Dhita tetap berusaha bangkit. Masih dengan pikirannya yang sangat kacau, cepat-cepat ia mencari kunci mobilnya. Beberapa kali kakinya tersandung dan hampir jatuh, namun hal itu tidak membuat dirinya menyerah

Beberapa kali juga ponselnya berdering, namun Dhita hanya melihatnya dan membiarkannya begitu saja. Yang ia harapkan Zanna. Bukan orang lain

Seperti kesetanan, Dhita membawa mobilnya dengan sangat cepat. Beberapa kendaraan lainpun bahkan memberinya peringatan, namun ia acuhkan begitu saja. Dhita membawa  dirinya menuju stasiun Surabaya. Berharap ia masih belum terlambat. Saat telah sampai, Dhita memarkirkan mobilnya asal. Ia buru-buru turun dan berlari untuk mencari keberadaan Zanna.

Cinta Yang Salah 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang