19. Siapa yang paling melukai?

23.5K 2.7K 181
                                    


Kau hancurkan hatiku, hancurkan lagi
Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu
Kau terangi jiwaku, kau redupkan lagi
Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu

Tetapi hatiku selalu meninggikan mu
Terlalu meninggikan mu, selalu meninggikan mu

Membuatku terjatuh dan terjatuh lagi
Membuatku merasakan yang tak terjadi
Semua yang terbaik dan terlewati
Semua yang terhenti tanpa kuakhiri

...

Lirik dari lagu grup band peterpan itu tepat sekali menggambarkan isi hatiku saat ini. Pernyataan Mas Libra tempo hari berhasil meruntuhkan harga diriku yang telah kubangun susah payah beberapa tahun belakangan ini.

Aku jadi bertanya-tanya dalam hati entah apa dosaku di kehidupan lalu, hingga membuat semua orang disekelilingku mudah sekali menghancurkan hatiku tanpa perasaan.

Tidak Dharma, Adrian, atau pun Mas Libra, ternyata sama saja. Bahkan Papaku sendiri, yang seharusnya menjadi cinta pertama bagi seorang anak perempuan pun tega menyakitiku. Bodoh sekali rasanya aku dulu pernah berharap bahwa Mas Libra berbeda dari keduanya. Ternyata semua pria sama saja.

Sering aku berpikir, apa begitu sulitnya kah mencintaiku hingga berkali-kali hatiku dipatahkan begitu saja?
Atau memang sudah ditakdirkan kah orang yang berwajah pas-pasan sepertiku tidak layak untuk dicintai?

Ya, kurasa pertanyaan kedua adalah jawaban paling tepat dalam semua permasalahanku. Yaitu bahwa wanita berwajah biasa sepertiku tidak boleh berharap lebih untuk dicintai. Buktinya saja suamiku sendiri enggan mencintaiku.

Berarti omong kosong rasanya kalau ada yang mengatakan kalau kebaikan hati lebih penting dibandingkan kecantikan fisik. Lihatlah Evelyn, Widuri atau pun Ibu tiriku, mereka dengan mudahnya mendapatkan cinta dari pria yang mereka inginkan. Tidak peduli seburuk apa hati mereka, tetap saja mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Tanpa perlu bersusah payah para pria rela menghamba terhadap mereka. Tidak seperti Mama dan diriku, yang harus merasakan namanya pengkhianatan dari para pria. Cinta tulus yang kami berikan terasa tidak berarti bila dibandingkan dengan keindahan ragawa milik wanita lain.

Hanya saja Mamaku lebih cepat keluar dari lingkaran pengkhianatan itu. Tidak perlu berlama-lama Mama memutuskan untuk pergi jauh meninggalkan Papa demi menyelamatkan hatinya. Berbeda denganku yang harus mengalami patah hati berkali-kali. Dan kutebak tidak berapa lama lagi Mas Libra juga bakal mengkhianatiku.

Tinggal tunggu waktunya saja ada seorang wanita datang menggantikan posisiku. Dan kuharap bila itu terjadi, hatiku sudah siap dan tidak ada lagi air mata kesedihan yang harus kukeluarkan.

Mau tidak mau, sepertinya aku harus terima bahwa sudah takdirku digariskan sebagai pihak tersakiti.

***

"Apa yang kamu lihat, Er?" Suara Mas Libra menarikku keluar dari lamunan. Saat ini kami berdua sedang berada di dalam mobil menuju salah satu restoran mewah untuk menghadiri undangan makan malam dari klien Mas Libra.

"Tidak ada." Aku menggeleng pelan sembari mengulas senyum tipis menunjukkan bahwa aku baik-baik saja.

"Akhir-akhir ini Mas Sering melihat mu melamun." Mas Libra berkata tanpa menolehku sama sekali. Tatapannya lurus tetap fokus mengemudikan mobil.

Aku melihatnya dalam namun tak berniat mengeluarkan suara membalas ucapannya.

Melihat aku tak juga bersuara membuat Mas Libra memalingkan wajahnya memandangku. "Ada apa? Kenapa diam saja. Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Ia bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

Suami PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang