Gojo berjalan mengikuti [Name] dari belakang sembari menjaga jarak. Tidak mengeluarkan suara sekecil apa pun agar gadis itu tidak tahu jika sedang dibuntuti olehnya.
Kembali, angin berembus lembut dari arah depan. Hingga aroma manis dari gadis itu menguar di udara, tertangkap penciuman tajam sang surai putih. Vanilla. Layaknya rasa cake yang pernah ia coba hingga membuat Gojo jadi lapar. Namun, dia memilih abai dan tetap melanjutkan langkahnya.
Mengamati anak itu jika saja dia tersesat ... atau karena hal lain.
[Name] melangkah santai. Matanya melihat kanan kiri mengamati pemandangan bunga sakura yang berjatuhan di pinggir jalan setapak sembari mengeratkan pelukan pada buku tua pemberian Haruto. Tak ingin benda itu hilang karena beberapa pertanyaan yang masih hinggap di benaknya belum terjawab.
Anak ini mau ke mana, sih? batin Gojo. Netra birunya mengamati sekitar. Ia berada di sebuah jalan perumahan. Mungkinkah gadis ini mau pulang?
“Hmm ....” Gojo mengatupkan bibir.
[Name] berbelok ke arah kanan saat perempatan blok ada di depan. Sinar matahari sore pun langsung menyambutnya, terasa sangat lembut dan hangat. Menambah suasana jadi makin damai juga indah.
Yah, pohon bunga sakura dan cahaya matahari sore adalah pemandangan terbaik.
Gojo berhenti menatap sekitar. Fokusnya beralih pada sang gadis. Menatap punggung mungil yang tertutupi oleh surai hitam cantik yang tebal itu. Tarian angin kembali membawa wanginya ke dalam penciuman Gojo hingga ia terlarut menikmati aroma [Name].
“Oh~ okaeri, [Name]-chan!”
Gojo berhenti melangkah kala pendengaran menangkap suara menyebalkan yang sangat familiar. Dia lantas menatap ke arah depan [Name], menemukan Haruto yang terbalut kimono melangkah santai sembari melambai pada sang gadis.
“Oh, Paman. Kenapa keluar? Mau jalan-jalan?” tanya perempuan itu.
Haruto menurunkan tangannya, senyuman ceria dia sunggingkan. “Betul. Paman lagi jalan-jalan buat menikmati pemandangan juga refresing agar otak—” Haruto seketika berhenti berkata dengan ekspresi terkejut. Mata hijaunya melihat ke arah belakang [Name], menemukan pria tiang surai putih di sana. Bersandar pada dinding dengan tangan yang masuk ke dalam saku baju. Juga aura berat yang dia keluarkan.
Waw, serem, batin Haruto mulai keringat dingin.
“Paman? Ada apa?” [Name] hendak menoleh ke belakang, tapi Haruto langsung menyentuh kedua bahunya hingga pandangannya teralihkan.
“Tidak ada apa-apa! Paman hanya tiba-tiba teringat dengan editor serem yang sempat mengancamku lewat telepon!” kata Haruto. Dia agak membungkuk untuk menyamai tinggi keponakannya yang sampai telinga.
“Apa itu tak apa? Bukannya dia sudah berlebihan?” tanya sang gadis dengan ekspresi datar. Namun, dalam suaranya tersirat nada khawatir.
“Tak apa. Paman sudah terbiasa. Omong-omong, aku lapar. [Name]-chan masakin sukiyaki, dong.” Haruto menarik kedua tangannya, kemudian dimasukkan ke dalam lengan kimono-nya yang lebar.
“Oh, boleh. Aku akan masuk sekarang.” [Name] melangkah melewati Haruto, kemudian membuka pagar rumah yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.
“Aku mau lanjut jalan dulu, yaa!” Haruto melambai.
“Okee.”
Haruto memastikan [Name] telah benar-benar masuk ke dalam rumah, kemudian dia menghela napas lega. Namun, hanya selama beberapa saat sebab aura berat langsung berada di dekatnya.
YOU ARE READING
Masquerade
FanfictionGadis itu rela menyamar demi bersembunyi dari orang gila penuh obsesi. Dalam keadaan seperti itu pun ... ia juga harus mencari keberadaan gurunya yang hilang dua tahun lalu. Namun, dalam situasi itu, takdir mempertemukan dia dengan pria aneh, orang...
