꒰9꒱ :: Dia pernah merasa kehilangan.

986 152 22
                                    

[Name] mengernyit. Perutnya berbunyi, tanda ingin diisi.

“Kau lapar, [Name]?” tanya Maki.

Gadis itu mengangguk. “Aku belum makan, sih ....”

“Sudah waktunya pulang juga. Kau pergi aja, aku dan lainnya masih mau latihan.” Maki menunjuk menggunakan jempol ke arah Panda dan Inumaki.

“Oh, oke. Makasih.” [Name] mengangguk, lalu melangkah menjauh.

Gadis itu berjalan lurus, lalu belok ke arah kanan, kemudian belok lagi ke kiri. Sesuai perkataan Gojo waktu itu, tapi dibalik sebab mulai dari arah lapangan, bukan kelas.

“Kenapa penjelasannya bisa kuingat, ya?” gumam [Name] seraya menggeser pintu. Sejak Gojo memberitahu arah padanya, entah kenapa, dia tak lagi tersesat setiap ingin ke lapangan.

Walau hanya ke arah lapangan dan kelas saja.

[Name] menggeleng. Dia mempercepat langkah saat suara gemuruh dari dalam perutnya kembali terdengar. Buru-buru keluar dari dalam kelas menuju lapangan, melewati jalan setapak yang mengitari tempat luas itu.

Ia memelankan langkah kala berada di luar sekolah. Tangan kanannya memegang perut, kembali merasakan getaran dan suara berisik itu. [Name] mengernyit, sebelum ke sekolah, dia tak sempat untuk sarapan karena terlambat dan Haruto tak membantu sama sekali.

“Selamat datang!”

[Name] mendorong pintu kafe hingga suara bel berbunyi disusul sapaan ramah pegawai tempat itu. Dia mengangguk singkat sebagai balasan, lalu buru-buru melangkah ke arah antrean yang untung tak panjang.

Suara bel kembali berbunyi, diikuti sapaan ramah itu.

Sang gadis merapikan rambutnya yang agak berantakan. Menyisir menggunakan sela jari-jarinya yang lentik. Kemudian memasukkan tangan ke dalam saku blazer. Tak lama lagi giliran [Name] untuk memesan setelah orang di depan selesai dengan urusannya.

“Anda mau pesan apa?” tanya pelayan itu ramah pada [Name] saat dia tengah melangkah maju.

“Satu vanilla cake,” jawab gadis itu.

Ha'i, pesanan Anda segera siap, silakan menunggu sebentar!” kata pelayan itu.

[Name] mengangguk, hendak berbalik ke samping. Namun, lengan kekar tiba-tiba terulur melewatinya hingga membuat dia tak jadi melangkah.

Aroma maskulin menguar di udara hingga membuat sang gadis terlena. Dia menoleh ke samping, mendapati lekukan leher sempurna dengan jakun yang begitu kentara. Mengundang rona merah terhias di kedua pipinya.

“[Name]? Kau bisa ke sini juga, ya.”

Sang gadis mengerjap. Dia kenal suara berat bernada santai ini. Perlahan, [Name] mendongak, menemukan wajah pria tampan dengan kacamata hitam. Mengukir sebuah senyuman miring dengan bibir tipisnya yang menggoda.

Tatapan [Name] berubah bingung. Siapa pria rupawan di hadapannya? Dia mengira orang itu adalah Gojo sebab suara dan aroma yang sudah sangat membekas pada dirinya. Namun, lelaki dengan kemeja biru ini bukan Gojo, tapi pria lain yang lebih tampan dari lelaki abnormal itu.

“Siapa?” tanyanya dengan nada datar, tapi tetap terdengar penasaran.

Pria itu bungkam dengan bibir agak terbuka, hingga tak lama mengubah garis muka jadi aneh. “Kau ... tak mengenalku?”

“Tidak.” [Name] mengibaskan tangan kanannya di depan mata pria itu. “Kacamatamu tebal banget. Apa kau bisa melihat dengan itu?”

Lelaki itu menghela napas jengah, lalu mengusap tengkuknya. “Aku Gojo Satoru orang tampan. Kau mungkin tak mengenaliku karena penampilanku yang berbeda.”

MasqueradeWhere stories live. Discover now