꒰32꒱ :: Tahu akan tindakan dia.

617 131 2
                                    

“Kucing itu pasti senang!” [Name] menenteng tas kecil berisi makanan kucing seraya melangkah masuk ke dalam hotel.

“Lebih bagus kalau [Name] yang senang, sih,” gumam Gojo yang berjalan di sebelah sang gadis.

“Terima kasih, Sensei.” Gadis itu menoleh. Mengukir senyum hangat yang dapat meluluhkan hati.

“Sama-sama!”

“Oh? [Name]?”

Sang gadis berhenti melangkah. Menatap ke depan, menemukan pria surai hitam yang sedang menaikkan satu alis sembari menatap [Name] balik.

“Eh? Kak Rai?” [Name] mengerjap, tanpa sadar pun kembali mengukir wajah datar. “Kau datang ke sini untuk mengunjungi makam Akira-sensei?”

Rai menanggapi dengan anggukan singkat, kemudian menatap Gojo. “Kalian berdua janjian?”

Anak ini ... apa dia murid Hotaka Akira  yang kuhubungi waktu itu? batin si surai putih.

“Tidak. Aku kebetulan bertemu dia,” balasnya seraya menunjuk [Name].

“Oh, begitu. Jadi, apa kau sudah ke makam Sensei?” tanya Rai pada sang gadis.

“Sudah, kok. Kau kapan berangkat ke sini?”

Gojo menatap malas interaksi dua orang yang lebih muda dari ia. Tak lama kemudian, suara dering ponsel mengalun ke telinga bersamaan dengan saku celana yang bergetar. Ia merogoh kantong untuk mengambil benda itu dan melihat nama penelepon.

Kepala sekolah Yaga? Gojo mengangkat satu alis. Kemudian melirik ke arah [Name] dan Rai yang sibuk mengobrol. Tanpa mengatakan apa pun, ia melangkah menjauh sambil menerima panggilan.

“Ada apa?”

Satoru? Kapan kau kembali?

“Kayaknya besok. Kenapa memangnya?” balas Gojo.

[Name] melayangkan tatapan malas ke arah Rai yang sedang memasang wajah datar.

“Andai kutahu kau cepat datang ke sini, aku bisa ikut denganmu tanpa mengeluarkan uang sepeser pun dari dompetku,” kata gadis itu.

“Kau tak sabaran. Kau tahu sendiri aku banyak pekerjaan.” Rai bersedekap.

“Makanya aku tak bisa menunggumu tanpa kepastian kayak gitu.” [Name] mengernyit.

Bibir Gojo monyong sembari mendengarkan omelan Yaga dari telepon.

Jangan pergi seenak jidat ke tempat lain lalu menyerahkan semua misimu pada anak-anak! Kau mau membuat mereka kewalahan?!”

“Buat tambah pengalaman. Lagian, misi yang kutinggalkan tidak berat juga, 'kan?” balas Gojo santai.

Anak ini?! Untuk apa pula kau ke prefektur Miyagi, hah?”

“Hehehe~” Gojo terkekeh.

Rai menepuk kepala [Name] sekali. “Aku harus pergi. Ada barang yang kulupa di kamarku.”

“Hati-hati.” [Name] mengangguk. Ia melambai mengiringi langkah Rai yang menjauh.

“Gojo-sen— eh? Ke mana dia?” Pandangan mengedar ke penjuru arah. Mencari-cari keberadaan sang surai putih, tapi nihil. Ia tak menemukan pria tiang itu.

“Bisa-bisanya aku lupa bawa ponsel.” Rai menggeleng. “Jangan-jangan tertular [Name]?”

Dia suka menjahili adik sepupunya. Meskipun tidak direspon balik.

“Aku ke sini buat menemani [Name].”

Nada bicara Gojo berubah serius, tanpa menghilangkan seringai kecil yang terukir di muka.

MasqueradeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora