Sesudah Manda dan Adel pulang dengan sekantong plastik berukuran sedang yang berisi susu dan roti, Asya pun langsung turun ke ruang tv.
Sekarang sudah pukul 16.30 namun Bunda nya belum juga pulang dari berbelanja. Sedangan Rasyah dan Dhea pun belum juga ada di rumah.
Tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka lalu disusul dengan suara dua perempuan dan satu laki-laki yang mengucap salam ketika memasuki rumah.
"Assalamualaikum" kompak mereka bertiga.
"Waalaikumussalam" jawab Asya, sambil menoleh ke arah pintu.
Terlihat di sana sudah ada Bunda, Dhea, dan Rasyah.
"Halo anak Bunda, kata Abang kamu sakit ya? Apanya yang sakit sayang?" tanya Bunda yang langsung duduk di sebelah Asya dan di ikuti oleh Dhea di sebelahnya. Sedangkan Rasyah berjalan ke arah dapur untuk menaruh barang-barang belanjaan Bundanya.
"Engga Bun, kepala Asya cuma pusing doang kok sedikit. Bunda dari mana? Kok lama banget sihh" Asya berbalik bertanya setelah menjawab pertanyaan Bundanya.
"Ohh ini Bunda habis belanja sama Dhea" jawab Bunda.
"Itu kok sama Bang Rasyah juga?" tanya Asya.
"Engga sayang, Bunda sama Bang Rasyah ketemu di depan komplek kok" ucap Bunda.
"Ohhh gituu, kirain Bang Rasyah juga ikut Bun hehe" jawab Asya.
"Bunda cuma sama Dhea aja kok" ucap Bunda.
Tiba-tiba Bunda teringat sesuatu, "Oh iya Dhe, baju yang Bunda beliin untuk kamu mana? Tadi waktu di coba udah pas kan ukurannya?" tanya sang Bunda kepada Dhea.
"Ini bajunya di dalam sini Bun" jawab Dhea sambil mengangkat paper bag yang bermerk mahal itu, "Ukurannya juga pas kok Bun" lanjutnya.
"Wahh Bunda beliin Dhea baju yaa? Untuk Asya mana Bunn?" tanya Asya dengan mata yang berbinar dan senyum yang lebar karena sudah sangat yakin bahwa Bundanya pasti membelikan baju untuknya juga.
"Maaf ya nak bukannya Bunda ga mau beliin kamu, tapi kan baju kamu udah banyak banget" jawab Bunda sambil mengelus rambut anaknya pelan.
Asya yang mendengar itu langsung melunturkan senyum di wajahnya. Dia sedikit kecewa dengan harapan yang sudah dia buat sendiri. Tidak menyangka bahwa Bundanya tidak membelikannya baju juga.
Persetan bila orang lain berpikir bahwa dia terlalu lebay untuk merasa kecewa hanya karena masalah sebuah baju.
Tapi biasanya, Bundanya akan selalu mendahulukannya bahkan bisa di katakan bahwa Bundanya lebih sayang kepadanya.
"Jadi Bunda cuma beliin untuk Dhea ya?" tanya Asya dengan senyuman kecut lalu melanjutkan ucapan nya, "Yaudah Bun gapapa, Asya ke kamar dulu ya Bun" ucap Asya kemudian berdiri dan melangkahkan kaki ke atas untuk memasuki kamar nya, Bunda melihat Asya yang berjalan meninggalkannya di ruang tv pun merasa sedikit sedih, pasti anak gadisnya itu marah kepadanya.
Asya memasuki kamar nya dengan menutup pintu sedikit kencang sampai bisa terdengar sampai ke lantai bawah.
Rasyah yang baru keluar dari dapur lalu menghampiri Bundanya ke ruang tv pun menatap ke arah kamar Asya dengan aneh, "Kenapa Bun si Asya?" tanya Rasyah.
"Marah deh kayaknya gara-gara ga Bunda beliin baju" jawab Bunda dengan tatapan sedikit sendu.
"Udah Bun gapapa nanti Rasyah yang coba bilangin ke Asya" ucap Rasyah kepada Bundanya.
"Kalau gitu Rasyah ke kamar juga ya Bun, gerah banget mau mandi" ucap Rasyah.
"Iya nak, nanti jangan lupa sholat ya" ingat Bunda.

YOU ARE READING
ASYA [ ON GOING ]
Teen FictionTidak ada yang lebih menyakitkan ketika aku yang menjadi pemeran utama, harus tersingkirkan oleh peran yang tak di haruskan ada. Benar, penyesalan selalu datang pada bagian akhir.