21. Rencana

42.1K 5K 293
                                    

Altarel melepas dasi yang mengikat lehernya, ia bersandar di sandaran kursi, matanya menatap datar angka angka di papan tulis. Altarel menghembuskan napasnya kasar ketika guru didepannya itu gak berhenti memberikan soal soal hitung hitungan.

"Lo mau sesuatu yang menyenangkan?"Altarel berbisik pada Dion. Laki laki dengan baju yang keluar dari celananya itu mengerutkan keningnya, entah apalagi yang akan dilakukan oleh temannya ini.

Altarel menghidupkan ponselnya, ia mengetikkan sesuatu disana, lalu ia mengeraskan volumenya. Lama kelamaan kelas semakin riuh. Altarel semakin mengompor ngompori agar kelas semakin panik dan berantakan.

Cit....cit...cit..

"TIKUS BU....TIKUS...TUH DISANA!" Heboh Altarel.

"Si kadal, berulah lagi dia," gumam Haikal.

Mereka berempat bangun dari tempat duduknya, ikut memanas manasi.Semua pandeangan menuju kearah mereka. Mendengar suara tikus yang terdengar asli itu, membuat mereka smua menaikkan kaki sambil berteriak melihat kebawah. Bahkan ada yang naik keatas kursi.

"Nadia! Bawah bangku lo ituuu!!!" teriak Dion heboh.

"Gila gede banget tikus nyaaa, Bu! Di itu tikusnya ngesott di kaki ibuu tuu!!" pekik Dirga heboh.

"Cabut!" komando Altarel.

Mereka berempat menyelip keluar kelas, bagaikan terhipnotis semua siswa dan juga guru tak menyadari jika mereka telah keluar kelas. Beberapa detik setelah mereka keluar, suara itu telah tidak ada dan 5 bangku paling belakang sudah kosong.

Setelah berlari hingga mereka kini sampai di belakang toilet laki laki, ada ruangan yang kosong disana dengan satu kursi yang sudah reot. Altarel mengatur napasnya yang tersengal sengal.

"Habis ini kena dah kita," gumam Rifki.

"Itu urusan nanti, yang penting sekarang gue udah bebas, pusing gue sumpah!" kata Altarel, ia membuka 2 kancing teratas seragamnya. Ia mematikan video youtube yang berisi suara tikus itu lalu tersenyum bangga pada dirinya sendiri.

Altarel duduk di bangku yang sudah reot itu hingga terdengar bunyi decitan kursi tua itu. Wajahnay terlihat tak se fresh biasanya. Malam kemarin sepulang ia dari rumah Aeris, ia sempat berdiskusi serius dengan orang tuanya mengenai masalah ini. Ia hanya memikirkan masa depan Aeris dan bagaimana sedihnya gadis itu ketika mendapatkan kabar ini.

Altarel berdecak. Ia mengacak rambutnya secara kasar ketika mengingat obrolan antara keluarganya kemarin malam. Ia sudah tak memiliki akal lagi untuk menghalau kejadian ini.

"Kenapa muka lo gitu?" tanya Haikal. Laki laki itu menyalakan rokok yang terhimpit dibibirnya.

"Pusing," gumam Altarel. Ia memainkan lidahnya didalam rrongga mulutnya. Ia mengeluarkan ponselnya untuk menelon Aeris namun ia mengurungkan niatnya ketika mengingat ini masih dalam jam pelajaran.

"Pa....come on! Gak usah lah pake kaya ginian. Biarin berjalan sendirinya sesuai waktu. Papa takut aku aneh aneh karena aku bandel? Gak mungkin lah pa. Kasian Aeris, Pa," ujar Altarel dengan emosional.

Papanya mengusap matanya lantas menghembuskan napasnya dengan sabar. "Papa ingin kamu belajar bertanggung jawab, Altarel."

"Enggak gitu Pah caranya. Enggak dengan cara ngorbanin Aeris kaya gitu. Aku takut bukan Aeris yang ngubah aku, tapi aku yang ngubah dia. Aku gak mau egois, aku sayang dia."

"Papa dan ayah Aeris adalah sahabat. Mereka mempunyai janji semasa mereka remaja untuk menjodohkan anak mereka nanti. Aeris sangat manja dengan orang tuanya hingga di usianya yang kini beranjak dewasa membuat orang tuanya khawatir. Mama khawatir sama pergaulan kamu, Altarel. Pulang mabok, langganan guru bk, bolos, berantem. Kamu cinta dia kan?" tanya mama Hanin.

ALTAREL versi 2Where stories live. Discover now