46. Salah pilihan

40.3K 6.2K 1.3K
                                    


17k views untuk lanjut okayy sayang!

••••

Aeris keluar dari ruangan baju dengan mengenakan bra sport serta celana pendek. Altarel langsung tersedak karena ia sedang minum kopi di sore hari ini. Ia terbatuk batuk akibat melihat istrinya itu mengenakan pakaian kurang bahan lagi. Altarel berdehem lalu menatap Aeris dari atas sampai bawah. "Kemana lagi pake baju kayak gitu, hm?" tanya Altarel.

Aeris menengok dengan terkejut. Ia sampai terlonjak karena tak mengetahui ada Altarel disana. Ia pikir suaminya itu ada di kamar atas. Aeris berdiri dengan canggung sambil menutup dadanya dengan cara menyilangkan tangannya. "Hehe...aku...mau renang, Rel," ujar Aeris.

"Halah berenang kayak bisa aja. Berendem kali ah!" sahut Altarel.

Aeris menjulurkan lidahnya lalu berlari menuju halaman belakang. Ia mencelupkan kakinya lalu duduk di pinggiran kolam renang terlebih dahulu untuk menyesuaikan suhu air dengan badannya. Gadis itu memainkan air yang segar dengan tangannya hingga terdengar suara gemercik air.

Terdenger suara langkah kaki dari arah belakang. Aeris menengok, Altarel sedang memandangnya dengan tangan bersidekap dada. Seminggu semenjak suaminya masuk rumah sakit dan mendapat 2 jahitan di bagian dekat pelipis, Aeris selalu melarang Altarel untuk keluar malam ataupun membuat keributan lagi minimal setelah ia benar benar pulih. Setiap hari hingga saat ini, ia masih merawat luka itu bahkan mengganti perbannya setiap hari. Namun sepertinya Altarel adalah orang yang terlahir tanpa rasa sakit. Kalian ingat bagaimana anak itu berteriak dan memaki persis setelah mendapat penanganan?

Altarel berjalan dengan membawa ponselnya. Ia duduk di satu kursi sambil mengetikkan satu pesan. Aeris kebingungan, ia tak akan bisa leluasa jika ada Altarel disini. Ia masih tak terbiasa mengenakan pakaian terbuka di depan laki laki ini. "Mau ngapain, Rel?" tanya Aeris.

Tak ada jawaban. Altarel masih menatap ponselnya. Gadis itu mengabaikan dan mulai mengayunkan kakinya disana. Suasana sangat sepi dan canggung. Aeris bahkan tak berani menengok kebelakang ketika terdengar suara hp berbenturan dengan meja artinya Altarel telah meletakkan ponselnya.

Laki laki itu berdehem. Aeris tak mau menengok namun rasanya ia ingin sekali melihat kebelakang. Akhirnya ia memberanikan diri menengok kearah belakang. Napasnya langsung tercekat ketika ternyata Altarel juga sedang memandanginya dengan tatapan tajam sambil membakar rokoknya. Tangannya menghalangi angin agar api tak padam. (Bayangin gimana kerennya)

Tatapan mata mereka bertemu. Cukup lama. Aeris tak mampu berpaling walaupun dalam hatinya menjerit. Cowok berbadan besar yang kini mengenakan baju berwarna hitam itu menghembuskan asap rokoknya. Ia menaikkan alisnya pada Aeris lalu tersenyum tipis. Bolehkah ia pergi dari sini sekarang?

Altarel meletakkan asbak berisikan rokoknya yang masih menyala di pinggir kolam, letaknya sekitar 2 meter dari tempat Aeris duduk. Altarel membuka bajunya dengan sekali tarikan lalu terjun ke dalam kolam sehingga percikan air mengenai Aeris dan membuat basah tanah di sekitarnya.

"Itu lukanya belum boleh kena air..." gumam Aeris dengan sebal karena ia terlambat meneriakkan itu, Altarel sudah jatuh ke air terlebih dahulu.

Altarel muncul kembali lalu menyugar rambutnya kebelakang. Laki laki itu mendekat padanya, tangan kanan Altarel memegang bagian lutut kiri Aeris. Akibat kontak fisik terlalu dekat itu, membuat Aeris merasa sesuatu yang aneh ketika tangan Altarel menyentuh kulitnya. Laki laki itu malah terlihat santai. Kini kedua tangannya bertumpu di kedua paha istrinya itu dan ia malah asik berendam.

Aeris memukul tangan Altarel dengan pukulan kecil. "Nggak usah modus!" ujarnya. Ia mengusap bagian kening cowok itu. Perban yang tertempel disana basah akibat Altarel tadi menyelam.

ALTAREL versi 2Donde viven las historias. Descúbrelo ahora