28. Hate?

1.5K 137 46
                                    


- • happy reading •-

"Aku minta maaf atas nama Papa," ucap Kanza tiba-tiba. "Aku tau kamu pasti kecewa punya mertua kayak Papa, jadi ... kalau kamu mau cerai sama aku gak apa-apa."

Suara Kanza memenuhi kepala Dewa hingga laki-laki itu kurang fokus berkendara. Laki-laki itu menjalankan motornya melebihi batas maksimal hingga dirinya di maki banyak pengendara.

Dewa tidak bisa lagi menahan emosinya yang ia tahan saat mengetahui kebenaran ini. Dan sekarang, laki-laki itu mencari pelampiasan untuk semua amarah yang ada dalam dirinya.

"Bokap lo adalah puncak masalah dalam hidup gue, Kanza! Lo harus rasain apa yang gue rasain selama ini!" geram Dewa kemudian tersenyum di balik helm yang dia kenakan.

"Anak-anak lo ... mereka bukan anak gue, kan? Jadi gak masalah dong kalau gue benci sama mereka?" Entah apa yang merasuki Dewa hingga dia bisa berpikir seperti itu.

"Kalian harus rasain sakitnya, Sayang ...."

- • ✾ • -

"Kamu dari mana, sih? Aku khawatir dari tadi kamu gak-" ucapan Kanza terhenti begitu melihat Dewa mengabaikannya.

"Dewa, kamu kenapa? Kamu kepikiran ucapan aku tadi, ya? Maaf, aku cuma-"

"Lepas," ucap Dewa dingin begitu Kanza memegang lengannya.

"Dewa?" Kanza menatap suaminya bingung. Kenapa Dewa jadi seperti ini? Apakah ucapannya tadi benar-benar salah?

"Aku minta maaf," sesal Kanza.

Dewa berlalu begitu saja hingga kebingungan Kanza bertambah. Saat memasuki kamar, suara tangis si kembar menyambutnya. Jika biasanya Dewa akan menghampiri dan menenangkan mereka, maka kali ini tidak. Hati Dewa benar-benar tidak tergerak untuk melakukan itu.

Kanza masuk dengan buru-buru begitu tahu anak-anaknya menangis. Kerutan di keningnya muncul begitu melihat Dewa malah berbaring di ranjang, tidak menghiraukan anak-anak mereka.

"Bisa tolong gendong Mora?" tanya Kanza hati-hati. Jujur dia bingung dengan Dewa yang ada di hadapannya ini.

"Males," balas Dewa yang kini malah memejamkan matanya, mengabaikan istrinya yang tengah kerepotan mengurus anak-anaknya.

Kanza pusing, perempuan itu lalu membawa si kembar ke ranjang agar lebih mudah di susui. Namun ternyata kehadiran anak-anaknya mengusik Dewa, terbukti saat laki-laki itu menatapnya dengan tajam.

"Anak-anak lo berisik!" ucap Dewa membuat lelehan air mata Kanza jatuh begitu saja.

Benar, Dewa-nya sudah berubah. Laki-laki itu kini membencinya dan kedua anaknya.

"Maaf," ucap Kanza kemudian membawa anaknya satu persatu untuk di letakkan di atas karpet berbulu di samping ranjang kecil kedua buah hatinya.

Perempuan itu menggulung rambutnya asal, kemudian memberikan ASI pada anak-anaknya dengan posisi menyamping. Remora menolak, Samara juga ikutan menolak.

KANZADEWA [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang