Chapter 17 || Runtuh

418 46 12
                                    

"Sebenernya ini ada apa sih Sa? "
"Sa! "
Nudee menarik tangan Raisa untuk berhenti dari langkah cepatnya

Raisa mengibaskan tangan
"Jaga bicara lo, ini dikantor"
"Kenapa lo gak tanya sahabat lo itu"
Raisa berbicara setengah berbisik namun dengan nada penuh penekanan, menunjuk pada wajah Nudee

Nudee memajukan wajahnya pada wajah Raisa
"Lo juga sahabat gue"

"Kita ngobrol nanti saat makan siang"
Satria menarik tangan Nudee masuk keruangannya. Melerai keduanya karena tidak ingin mengundang perhatian staf yang lain

Ini sudah hampir seminggu dengan diamnya Sandrina. Saat berpapasan dengan Raisa, Sandrina hanya mengangguk dan tersenyum kemudian berlalu layaknya kepada staf dan karyawan yang lain. Jelas sangat terlihat jika Sandrina menghindari apapun yang berhubungan dengan Raisa

Apapun yang berhubungan dengan mereka berdua, Sandrina akan limpahkan pada Nudee. Sandrina juga seperti banyak menghabiskan waktu dilapangan. Dulu, dirinya selalu sempatkan untuk kekantor walaupun hanya setor muka, namun sangat berbeda kini. Sandrina tidak akan muncul jika itu tidak benar-benar urgent

Mereka seolah kembali ke masa dulu sebelum dekat. Tapi dulu, mereka justru tidak pernah begitu diawal-awal pertemuan. Mereka lebih sering mengakhiri pertemuan dengan hal yang menjengkelkan bagi Sandrina. Namun justru menjadi hiburan dan candu baginya

Berbeda dengan yang Raisa kini rasakan, setiap setelah tanpa sengaja mendapati sosok Sandrina, hanya sapaan formalitas yang didapat. Raisa sebenarnya mulai jengah. Dirinya mulai tidak sabar dengan Sandrina yang begitu pengecut.

Raisa ingat betul, Sandrina sendiri selalu bilang dirinya bukan pengecut dan menerima segala resiko yang dia dapatkan dari hasil perbuatannya. Seperti saat kasus kecelakaan anjing itu. Dengan lantang Sandrina mengucap 'ini soal attitude soal tanggung jawab'.

Lalu apa yang dilakukan pada Raisa kini?Apa itu tidak bisa disebut lari dari tanggung jawab setelah apa yang dia lakukan. Dia mencuri hati dan membawanya pergi, bukan untuk dijaga tapi digantungkan dengan tidak pasti. Tanpa kata apapun yang terucap dari bibirnya sampai detik ini.

Belum lagi soal janji Sandrina yang akan selalu ada untuk Raisa, untuk tidak akan pernah meninggalkannya sendiri. Segala perkataan manis Sandrina menari-nari dalam ingatan Raisa, nyaris membuatnya frustasi

Nudee dan Satria juga dibuat tidak mengerti dengan situasi yang ada saat ini antara kedua sahabatnya. Sandrina lebih banyak sendiri dan menghindari ajakan mereka. Padahal hampir setiap hari mereka menghabiskan waktu bersama, walau hanya saat makan siang atau malamnya. Tapi selalu ada waktu untuk mereka untuk bersama sekedar ngrumpi.

Tapi tidak kali ini. Sandrina selalu didalam ruangannya ketika dirinya harus kekantor. Makan lebih memilih sendiri, malam pun ketika diajak keluar, akan menolak dengan berbagai alasan. Dan jika kedua sahabatnya ingin mengunjungi, Sandrina benar-benar mencegah sampai memohon.

Ini benar-benar bukan Sandrina. Hanya sekali Sandrina membalas pesan whatsapp Nudee, mengatakan bahwa dirinya akan menceritakan apa yang terjadi, namun tidak sekarang dan sementara meminta waktu untuk sendiri. Sama halnya dengan Raisa, Nudee dan Satria membiarkan Sandrina sementara waktu. Bukan tidak peduli, justru karena terlalu peduli.

******

"Gue gak bisa cerita, sebelum Sand cerita ke lo pada"
Raisa menyesap jus jambunya disiang yang panas itu. Saat mereka bertiga makan siang bersama

"Sand ngindarin kita terus, sampai mohon-mohon untuk dikasi waktu sendiri. Serius ya ini bukan dia banget"
Jelas Satria

Raisa menghentikan kunyahannya. Dalam hati dirinya menyadari, Sandrina sedang berperang dengan batin, bertanya tentang jati diri. Sama seperti dirinya, ini adalah kali pertama bagaimana merasakan cinta yang mampu menggonjang ganjingkan perasaan mereka

Birunya Cinta (englot) Where stories live. Discover now