Bagian 6

14K 1K 190
                                    

Author POV

Karina sedari tadi tidak bisa berhenti bersedih dan menangis sendirian. Dia mengusap pipinya yang terasa lecet dan perih karena terlalu sering diusap kasar. Beberapa hari ini Karina merasa stres, dia memikirkan nasib pernikahannya yang bahkan belum genap tiga bulan. Kebohongan yang dilakukan Sadewa sungguh menyakiti hati Karina sampai dia tidak sanggup lagi untuk melihat wajah lelaki yang merupakan ayah dari janin yang saat ini tengah dia kandung.

Hari ini dia sudah memikirkan masa depannya sendiri. Karina memutuskan untuk berpisah saja dari Sadewa. Dia akan fokus dengan anaknya walaupun tanpa kehadiran suami.

Dulu sebelum menikah dengan Sadewa, pamannya sempat mengingatkan Karina perihal pernikahan siri. Tidak ada yang setuju dengan keputusan Karina karena menurut mereka pernikahan siri sangat merugikan pihak perempuan dan kini Karina merasakan dampaknya. Bukan hanya sebatas istri siri, dia pun seorang selingkuhan! Kejam sekali Sadewa karena telah melakukan ini kepada istri pertamanya dan juga kepada Karina.

Oleh sebab itu, Karina lebih memilih untuk berpisah dari suami yang tentu saja masih sangat dia cintai itu.

Wanita itu sekali lagi mengusap pipinya, dia menutup koper berisi semua pakaiannya yang akan dia bawa pergi besok. Rencananya Karina akan pulang ke rumah Paman dan Tantenya. Dia akan menceritakan semuanya dan meminta bantuan untuk pergi ke luar pulau karena Karina hendak memulai lembaran cerita baru di tempat lain. Itu rencananya dan semoga tidak ada penghalang.

Beberapa jam yang lalu, Sadewa meneleponnya. Pria itu sepertinya marah karena Karina meminta bercerai sehingga dia menyusul kemari. Karina tidak mau bertengkar, dia sungguh tersiksa dengan keadaannya.

Wanita itu menoleh ke jendela utama saat mendengar suara mobil mendekat. Karina melirik jam di dinding, sudah jam satu pagi. Sadewa nekad sekali datang hingga larut malam seperti ini.

Dengan terpaksa Karina membuka pintu yang diketuk. Matanya melebar karena Sadewa datang bersama Alya. Gadis kecil berusia tiga tahun itu tampak terlelap di dalam pelukan Sadewa.

"Mas?! Kenapa bawa Alya kemari?" tanyanya cukup terkejut. Sadewa tidak menjawab, dia melengos masuk ke dalam kamar untuk membaringkan putrinya yang tidur sebelum perhatiannya berada pada sang istri yang masih bingung dengan kelakuannya.

Sadewa mendekati Karina, dia buru-buru mendekap tubuh wanita itu seolah Karina akan hilang sekejap mata. Sadewa tidak mau kehilangan Karina, dia membutuhkan Karina di sisinya.

"Jangan coba-coba untuk pergi, Karina. Mas ingin kamu tetap di sini, jadi istriku dan jadi ibu untuk Alya serta anak-anak kita nanti. Tolong, beri hubungan kita kesempatan. Mas mencintai kamu," pintanya sampai memelas. Pecahlah tangisan Karina di dalam pelukan suaminya. Dia menyesalkan apa yang sudah terjadi dan sebenarnya dia tidak tahu harus bagaimana sekarang.

Sampai detik ini pun Sadewa belum tahu soal kehamilan Karina dan apabila dia tahu, sudah pasti Karina tidak bisa dilepaskan begitu saja.

"Karin gak bisa... Karina kecewa dengan semua ini, mas! Mas Dewa bohong dan itu--"

"Maafkan mas, sayang. Ampuni Mas, ini murni salahku. Tolong, jangan pergi..."

Karina memejamkan matanya, dia membiarkan Sadewa memeluknya erat karena dia pun teramat merindukan suaminya.

Dia tahu ini pasti menyakiti Hera, istri pertama Sadewa tapi Karina pun membutuhkan dukungan. Dia tidak pernah meminta untuk menjadi seperti ini, dia bukan perempuan yang suka merebut milik orang lain.

Wanita itu melepaskan pelukan Sadewa, dia tatap suaminya dengan kekecewaan yang penuh di kepalanya. Andai Sadewa jujur sejak awal, mungkin semuanya tidak akan seperti ini.

Istri SimpananWhere stories live. Discover now