15 - GUARDIAN

2 1 0
                                    

15
GUARDIAN


Akulah sang penjaga
Berdiri di garda terdepan
Memandangi batas kaki langit
Mengawal siapa saja yang datang
Siap acungkan pedang untuk lawan
Memastikan akulah pemenang
Dan ia akan aman
***

Ai berdiri di sayap kanan Menara Tidar. Jubahnya berkibar berkelebat. Ia mengacungkan pedang perak yang siap membabat habis para musuh. Ai sudah siap sedia jika pertarungan harus dikerahkan.

Selubung utama memang telah dipasang. Namun, beberapa detik sebelumnya para awak musuh telah menangkap sinyal menara tidar. Apalagi jika Sora membawa kuncinya. Dan lebih berat lagi kalau pendatang itu tidak hanya para manusia, tetapi makhluk klan atlas yang kejam. Habislah menara tidar.

Tidak! Ai harus tetap maju tanpa gentar. Ia tak boleh goyah hanya karena kalah jumlah. Jelas sangat kalah, Ai seorang diri hanya bersama Kapten Bai yang fokus menjaga menara tidar. Jika terjadi perang maka ia yang akan maju melawan. Dengan siapa? Andaikan ada mesin pengganda diri untuk menggandakan diri Ai supaya lebih banyak.

"Huh," Ai mendengkus dan kini justru memandang ke bawah. Pasir emas tampak berkilauan. "Bagaimana bisa ada makhluk yang tega hendak merusak tempat seindah ini." Ai bergumam seorang diri.

Belum juga Ai mendapat jawaban dari gumamannya itu, sebuah tembakan api menembus atmosfer menara tidar.

Blaaar!

Menciptakan kembang api merah yang menyala di angkasa.

"Mereka datang!" Ai bergidik menciut. Hampir saja keberaniannya hilang dalam sekejap mengingat kapal-kapal yang tertangkap sinyal dari menara tidar tidaklah sedikit. Ada kurang lebih sepulug kapal menuju menara tidar dengan keadaan genting.

Ai memusatkan pikiran. Ia harus memberanika  diri.

Dengan sabetan pedangnya di udara, Ai memanggil Golum dan langsung menaiki hewan peliharaannya itu. Sproud pun mendampingi untuk ikut bertarung dan menjaga Ai.

Gadis bertanduk itu mengenakan helm di wajahnya yang membuat wajabnya tertutup kaca titanium. Ia bersiap di atas menara. Di sampingnya sudah siap meriam tembak yang siap membidik kapal pertama yang memasuki menara tidar.

Ai menyetel kaca di helmnya guna memperbesar jarak pandang pengelihatannya. Dengan ini Ai bisa melihat kapal yang baru masuk.

Sebuah objek tampak memasuki atmosfer dan blaaaammmm

Ai langsung melempar meriamnya dan Buuuummmm

Dentuman terdengar saat obyek itu terkena tembakan meriam. Sinar bunga api bertebaran di angkasa.

"Jangan memulai dengan kekerasan, Ai!" Suara peringatan Ai terima dari Kapten Bai. Ai tersadar. Untung saja yang ia tembak hanya asteroid angkasa yang melayang. Belum ada satu pun kapal yang mencapai atmosfer menara tidar. Pun yang Ai kira tembakan api. Hanya percikan asteroid yang menabrak atmosfer menara tidar.

"Jika mereka mau turun dan berdiskusi, maka kita akan mendengarkannya dan memberikan solusi dengan baik," lanjut Kapten Bai bijak.

Ai mengangguk mengiyakan perintah Kapten Bai melalui saluran komunikasinya. Ia tidak lagi akan gegabah menembak begitu saja kapal asing yang memasuki atmosfer menara tidar.

Tak lama berselang Kapten Bai kembali memberi tahu ada kapal yang mendekat. Ai segera menggunakan pandangan jarak jauhnya melalui lensa yang terpasang di kaca helm yang ia kenakan.

"Itu kapal para manusia," jawab Ai saat melihat bentuk kapal yang mirip dengan kapal Geo yang dimiliki pangeran Demi. Ah, mengingat hal itu Ai kembali kesal. Pangeran Demi yang ia nasehati justru malah membantahnya. Gara-gara Ai mengejar Pangeran Demi, Oi justru menghilang. Semua gara-gara Pangeran Demi. Ai begitu kesal. Andai saja Kapten Bai tidak melarangnya menembakkan meriam. Ai pasti sudah melemparkan tembakan itu yang akan meluluh lantakkan kapal milik para manusia itu. Ai tidak peduli apakah itu berisi manusia atau makhluk klan atlas. Mereka sama saja. Bahkan jelas sekali Pangeran Demi justru membela Sora saat Ai sudah menjelaskan panjang lebar. Dia jelas mengatakan kalau dalam waktu yang lama Sora sudah sangat berjasa pada umat manusia. Itu sangat menjengkelkan.

Hampur saja Ai menarik pelatuk meriamnya sebelum bunyi sinyal masuk dari Kapten Bai terdengar lagi.

"Ai, tahan emosimu!" Kapten Bai kembali memperingatkan.

Ai menggeleng kesal. Kapten Bai seolah tahu emosi Ai yang meletup-letup. Memang tidak bisa disembunyikan karena tanduk Ai menghitam legam dengan garis mata yang sama hitamnya. Tidak ada warna perak yang bersinar. Meskipun cahaya keemasan dari langit menara tidar sangatlah indah, tetapi emosi Ai dalam keadaan gelap gulita.

"Aku penjaga, Kapten!" Ai berseru karena berkali-kali diperingati. Ia tampak kesal.

Kapten Bai hanya tersenyum seraya masih memperhatikan layar monitor. Menunggu apakah kapal milik manusia itu mendarat dengan selamat.

Mereka menggunakan rute yang benar. Dan mendarat sempurna di area pendaratan.

Ai masih saja mengincarnya dengan meriam sementara Kapten Bai memantaunya di layar monitor.

"Tunggu Ai!" Kapten Bai berseru melihat manusia yang keluar dari kapal yang sama persis dengan kapal geo milik Pangeran Demi.

"Lihat, itu Oi!" Kapten Bai berseru membuat Ai segera melihat ke arah kapal. Ia jelas melihat Pangeran Demi membantu Oi berjalan. Oi tampak sangat lemah.

"Oi!" Ai berseru dan langsung meluncur ke bawah. Dengan sigap dan tangkas Ai menarik tubuh Oi ke gendongannya dan kembali mengacungkan pedang peraknya pada Pangeran Demi.

"Apa yang kau lakukan pada adikku!" Ai tampak menyeringai kesal.

"Tunggu Ai, aku ...." Pangeran Demi belum sempat menjawab tapi Ai hampir menyerangnya sebelum para pengawal juga mengacungkan pistol lasernya pada Ai.

"Jangan gegabah, mereka menolongku dari black hole," lirih Oi dengan suara lemas.

Ai menoleh ke arah sang adik. "Kau tidak dimanfaatkan mereka untuk bisa sampai di sini, bukan?"

Oi kembali mengangguk lemah.

Ai menurunkan pedangnya diikuti para pengawal yang juga menurunkan pistol laser mereka. Kapten Bai meminta para manusia untul masuk ke markas utama menara tidar. Namun, Ai melarangnya.

"Kapten, bisa jadi mereka musuh!" Ia masih bersikeras.

"Sudahlah, apapun tanggapanmu, obati dulu Oi!" Pangeran Demi memberi tahu ia juga cukup kesal dengan sikap keras kepala Ai.

Ai mendengkus dan membawa terbang sang adik untuk mendapatkan perawatan yang maksimal.

Sementara Kapten Bai mengajak para manusia itu untuk masuk ke dalam markasnya.

"Apa tujuan kalian datang ke mari?" Kapten Bai bertannya dengan bijak.

"Kami datang karena ingin menghentikan Sora dan pasukan kami yang ia bawa," jawab Pangeran Demi sopan.

"Kau yakin benar tidak ingin menguasai serbuk kehidupan?" tanya Kapten Bai.

Pangeran Demi menggeleng. "Tidak, kerusakan Bumi adalah kesalahan leluhur kami yang tidak menjaga keseimbangan alam, sudah sepantasnya kami terusir dari planet terindah itu," terang Pangeran Demi.

"Aku hanya tidak ingin para manusia itu melakukan kesalahan lagi dengan merusak menara tidar." Pangeran Demi menjelaskan dengan wajah murung. Ia merasa tidak berdaya karena tidak bisa menahan tentara manusia untuk tidak mengikuti Sora.

"Bagaimana jika mereka menyerang? Apa kau tak khawatir ikut berperang?" Kapten Bai terus menanyakan kesungguhan Pangeran Demi.

Demi mengangguk yakin. Dia sudah bertekad untuk membantu Menara Tidar.

"Tidak!" Justru Ai tiba-tiba datang dan menolak bantuan dari Pangeran Demi.

"Pergi dari Menara Tidar, dan jangan pernah kembali lagi. Mungkin Kapten Bai perlu menggunakan mesin pelempar untuk mengusir mereka." Ai justru berbicara dengan sinis.

Kapten Bai justru tertawa.

"Apa kau memikirkan perasaanmu atau kau takut Pangeran Bumi ini tidak selamat," ledek Kapten Bai.

Belum juga pembicaraan mereka selesai sebuah dentuman terdengat dari luar.

Membahana. Siapa mereka yang datang?

***
BERSAMBUNG

Seribu seratusan doang kakak
Bagaimana ini

Semoga tetap berhasil
Ayoo
Semangaaat


Only YouWhere stories live. Discover now