Chapter 3 : Malaikat Tak Bersayap

33 8 3
                                    

Refa sibuk mondar-mandir mengantarkan makanan kepada pembeli. Dan ia kembali mengambil nampan yang ada makanannya dan langsung mengantarkan makanan tersebut ke meja yang ada sepasang lansia.

"Ini makanan nya tuan, nyonya." Refa meletakkan makanan tersebut di atas meja.

Sepasang lansia melihat Refa yang terlihat gugup. Bahkan tangannya Sampai gemetaran.

"Kamu baru bekerja disini ya," tanya salah satu lansia itu.

Refa mengangguk dan tersenyum kaku.

Lansia itu tersenyum melihat jawaban Refa.

"Nanti kamu akan terbiasa. Memang pekerjaan seperti ini harus sabar untuk menghadapi pembeli. Dan harus terlihat baik dan juga harus tersenyum. Biar yang membeli pun juga ikut senang," lansia itu menasehati Refa.

Refa tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepada lansia itu. Lalu ia pergi meninggalkan tempat itu dan menuju ke meja kasir.

Ia melihat orang-orang yang makan di tempat ini hampir kebanyakan adalah sepasang kekasih. Dan sisanya orang yang sudah berumah tangga.

Ia melihat ke lansia tadi. Mereka sangat terlihat romantis di usia mereka yang tidak lagi muda.

Bahkan mereka masih bercanda tawa layak nya pasangan di usia muda.

Refa yang melihat itu membuatnya menjadi sendu. Ia berharap suatu saat nanti ia bisa mendapatkan pasangan seperti lansia yang ia lihat sekarang.

Ia jadi teringat akan ucapan bos nya tadi pagi. Maksudnya membimbing nya seperti apa.

Membimbing nya berjalan, kan ga mungkin. Karena ia bisa berjalan. Atau mengajarinya membaca dan menulis. Atau mengajarinya untuk memahami sebuah agama.

Memikirkan ini membuat Sarah pusing. Ia tidak sadar bahwa sedari tadi ada yang memperhatikan nya dari ruang kerja.

Ya, Moch Zayn Halim yang sedari tadi memperhatikan Refa. Ia juga melihat arah tatapan Refa yang sedari tadi menatap lansia yang sedang bercanda tawa.

Lalu Refa kembali mengangkat piring kotor untuk dicuci.

Refa berjalan ke dapur untuk mencuci piring. Ia melihat parah chef yang terlihat begitu sibuk.

Ia terlihat kagum bagaimana cara mereka memasak yang menurutnya sangat keren

Dalam hatinya ia berharap suatu saat nanti ia juga bisa seperti mereka.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Sudah waktunya jam kerja berakhir. Refa meletakkan celemek di gantungan.

Ia berpamitan dengan pekerja lainnya. Mereka terlihat sangat ramah kalau sudah selesai bekerja seperti ini.

Tapi jika sudah bekerja. Mereka sangat profesional, mereka begitu tekun dalam menjalani pekerjaan.

Ia juga mengerti, karena mereka juga harus memasak dengan enak. Dan rasanya juga harus pas.

Refa berjalan tanpa arah. Ia tidak tahu harus pulang kemana. Ia tidak memiliki tempat tinggal.

Refa duduk di halte bus. Mungkin ia akan tidur di halte bus malam ini. Tapi ini masih jam tujuh malam. Ia juga belum sempat untuk makan.

Tiba-tiba ada mobil berhenti di depannya. Kaca mobil terbuka dan terlihat bos nya di dalam mobil itu.

Refa kaget, matanya melotot. Ia langsung berdiri.

"Masuklah," ucap bos nya. Yang tidak lain adalah Zayn.

Refa tidak salah dengar kan. Ia menatap Zayn. Dan Zayn juga menatap nya balik.

"Ayuk naik," Refa mengangguk kaku.

MY HABIBATYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora