Bab 3

332 78 37
                                    

"Sorry banget ya, Fat. Orangnya ada acara urgent dadakan terus lupa konfirmasi. Duh, gue jadi gak enak sama lo udah bikin nunggu," ucap Armand begitu bokongnya terhempas di sofa kafe. Rautnya sarat akan rasa bersalah.

"Gak pa-pa kali, Mas. Lagian gue nunggu juga sambil ngerjain naskah ini." Fatyra pun langsung menunjuk pada layar laptopnya yang menampilkan deretan tulisan.

Setelah selesai meeting untuk book tour novel Love Risk Management, rencananya Fatyra dan Armand akan lanjut bertemu dengan Bintang Kemon. Namun, setelah menunggu nyaris satu jam lamanya sang influencer belum juga muncul atau memberi kabar. Armand sampai izin pergi sebentar karena ada urusan. Sementara Fatyra memilih stand by menunggu di kafe sembari mengedit naskah novel yang lain. Siapa sangka ternyata Bintang Kemon betulan tidak bisa memenuhi undangan mereka karena ada sesuatu yang mendesak. Tidak bisa disalahkan juga, orang sesibuk dirinya pasti memiliki segudang aktivitas dengan skala prioritas.

"Sebagai permohonan maaf, dia yang bakal mampir ke kantor kita katanya. Kalo gak ada halangan sih lusa," sambung Armand lagi.

"Serius, Mas, dia mau nyamperin?"

"Iya. Bentuk profesionalitas lah itu. Eh, btw, bagi minum ya. Tadi di luar panas banget. Gue abis antri ATM di pom bensin tadi." Dengan gerakan tiba-tiba Armand menarik gelas es kelapa jeruk milik Fatyra yang isinya tinggal setengah. Lantas tanpa menunggu persetujuan, lelaki itu menyedot isinya hingga nyaris tandas. "Seger banget gila. Tar gue ganti pake yang baru ya."

Tentu saja Fatyra langsung cengo. Bukan karena tidak terima minumannya dihabiskan. Justru ikhlas banget. Yang membuat Fatyra kaget adalah: Armand mau menggunakan sedotan bekas dirinya! Yaaa ... Fatyra memang bukan penganut aliran 'minum dari tempat yang sama berarti ciuman secara tidak langsung'. Bukan. Namun menurutnya, butuh keakraban untuk bisa berbagi jigong dengan lawan jenis. Apa itu berarti Armand ....

"Mas, saya order lagi dong minuman kayak gini. Dua. Tambah Nachos sama French Fries." Suara Armand yang rupanya sedang berbicara pada waitress membuyarkan lamunan Fatyra.

"Eh, gak pa-pa kali. Punya gue gak usah diganti."

"Emang lo mau buru-buru balik ke kantor? Ngadem bentaran lah kita. Jarang-jarang juga, kan." Sebelah alis Armand sedikit terangkat.

Tentu saja gestur macho itu membuat Fatyra nyaris saja sesak napas. Ia pun menyamarkannya dengan mematikan laptop. "Gak juga, sih. Mas Janu kan orangnya selow, asal kerjaan beres."

Armand hanya manggut-manggut kemudian memainkan ponsel dengan raut serius. Sampai pesanannya tadi datang, mereka tidak bertukar lagi percakapan. Barulah ketika waitress pergi setelah meletakkan orderan, Armand membuka lagi obrolan.

"Btw, Fat. Lo udah lama nyambi nerima endorse sama jadi model-model gitu?"

"Kok lo tau, Mas?"

"Lah kan kita temenan di IG."

Sebagai sesama karyawan Best Media, mereka memang sudah saling follow sejak Armand resmi bergabung sekitar setahun lalu. Tapi tidak pernah ada jejak yang lelaki itu tinggalkan di IG Fatyra. Wajar. Orang sejenis Armand yang circle-nya sudah dewa, mana punya waktu kepo-kepo orang yang hanya remahan rengginang. Jadi kalau tiba-tiba Armand bertanya ... wah.

"Iya, sih. Tapi maksudnya, gak nyangka aja Mas Armand sudi mampir ke IG gue yang isinya alay."

Mendengarnya, Armand malah terkekeh. "IG lo estetik tau. IG gue yang isinya cuma gambar cangkir kopi sama pemandangan sampe pengin nyembah."

Fatyra langsung tergelak.

"Belom dijawab pertanyaan gue tadi. Udah lama lo ambil job gituan? Cerita dong. Kayaknya seru."

Fat Fit [✓]Where stories live. Discover now