19

777 112 17
                                    

Hellyo, back bersama ARui!
Waduh udah mecahin rekor ini mah.
Udah 4 bulanan ga up".
Udah lupa makin lupa sama SIBAA.
Maaf bat sebesar-besarnya buat kalian yang nungguin ni book up.

Dan mohon maaf kalau Felix terlihat terlalu di buff, kedepannya akan ARui lebih perhatikan agar Tokoh Felix tidak terlalu lemah dari seharusnya. Tapi untuk beberapa chap kedepan bakal di buff dikit lah //tertampar.

Readers: Mentang-mentang uke dilembek-lembeki.

Y-yo maaf, ARui juga baru sadar setelah reread selama beberapa kali //usap air matah.

Y-yo maaf, ARui juga baru sadar setelah reread selama beberapa kali //usap air matah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

==°==

Felix membuka matanya. Dia merasa tubuhnya seperti ditusuk ribuan jarum. Ia berusaha bangkit dari posisinya, namun yang ada dia mendesis kesakitan, Felix tidak bisa bohong kalau tubuhnya sakit semua. Dengan begitu susah payah dia duduk dan mencari posisi yang nyaman. Matanya melihat sekitar, kamar yang luas dan mewah terpampang jelas di depannya.

Dia begitu bingung dengan apa yang terjadi serta bagaimana dia bisa ada disini. Karena ingin mencari tahu, Felix pun bangkit dari tempat tidur. Saat berjalan dia malah terjatuh dan tanpa sengaja menyenggol rak kecil disebelah kasur dan menjatuhkan vas yang ada disana.

Felix menjadi panik, apalagi dengan fakta bahwa kakinya mati rasa. Dia menjadi tidak bisa berdiri ataupun berjalan. Tiba-tiba Felix merasa perutnya sakit, saat tangannya penyentuh bagian yang sakit, dia merasakan tangannya basah. Ia mengangkat dan melihat tangannya yang bernoda merah itu, lantas mata abunya melihat ke pakaiannya yang berdarah.

"Felix!" Mendengar seseorang memanggil namanya, dia pun melihat ke asal suara. Orang itu ayahnya yang kini buru-buru berjalan ke arahnya. Pria itu terlihat sangat panik melihat putranya kini terduduk tidak berdaya dengan pakaian berdarah dan pecahan vas yang berada di dekatnya. Dia membantu Felix berdiri dan membawanya kembali ke kasur.

"Cepat panggil tabib dan bersihkan serpihan vas ini!" Suruhnya pada pelayan.

"Pecahannya ada yang mengenaimu?" Tanya ayahnya. Felix hanya menggeleng. Tidak ada pecahan vas yang mengenainya, darah dipakaiannya juga dari luka diperutnya.

Tidak lama kemudian pelayan datang bersama tabib. Tabib itu mengganti perban Felix yang terbuka dan memberinya beberapa obat untuk pereda nyeri lalu izin pergi setelah tugasnya selesai. Kini hanya tersisa sepasang ayah dan anak di dalam kamar tersebut pelayan yang ada pun pamit pergi darisana.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya sang ayah.

"...a-" Felix menyentuh lehernya. Tenggorokannya terasa seperti di gurun sahara, sangat kering hingga suaranya menjadi sangat serak. Dia baru merasakannya sekarang karena sejak tadi tidak membuka suara sedikit pun. Ayahnya yang peka langsung menuangkannya segelas air dan memberikannya. Felix segera meminumnya hingga habis barulah tenggorokannya terasa lega.

I Become The Alpheus?! (BL)[WMMAP Fanfict]Where stories live. Discover now