26 :: Pamit

1.6K 272 37
                                    

--



'Breaking news...'

Seisi sekolah menonton berita yang menggemparkan kota Seoul pagi ini. Seorang dukun gila berinisial K berhasil di tangkap oleh polisi subuh tadi dengan keadaan mengenaskan; beberapa bagian tubuhnya sudah tercabik-cabik dengan gigi manusia. Dan ditemukan dua mayat murid wanita dari sekolah K.

Yeri dan....

Karina.

Iya, gadis itu tidak bisa di selamatkan nyawanya karena sudah terlalu menyatu dengan iblis. Winter, Jeno, dan keenam temannya di bawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan dan juga kesaksian yang jelas. Ibu Kim kritis, mungkin kali ini Tuhan tidak akan memberikan keberuntungan lagi pada dirinya.

Winter duduk di kursi seorang diri sambil melamunkan Yeri. Kenapa gadis itu sangat bodoh? Kenapa gadis itu malah mengorbankan nyawanya untuk ibu Kim? Air mata Winter kembali mengembang, kemudian otaknya teralih pada Karina. miris, batinnya.

"Mikirin apa bengong aja?" Jeno duduk di sebelah Winter yang kini tersenyum tipis ke arahnya.

"Udah selesai?"

Jeno mengangguk singkat kemudian memeluk Winter. "Kerja bagus, babe. Jangan nyalahin diri kamu sendiri setelah ini. Polisi lagi ngegeledah rumah ibu Kim buat nyari barang bukti. Kematian Yeri bukan salah kamu, kematian Karina juga. Mereka bakal tenang setelah ini, mereka bakal keluar dari lingkaran setan ini karena kamu." Tangan Jeno mengusap-usap pelan punggung Winter sambil menahan sedih.

Sejujurnya, Jeno juga ngerasa kehilangan Karina yang sudah menjadi sahabatnya sejak kecil. Tapi mau bagaimana? Takdir Tuhan tidak ada yang bisa mengganggu gugat.

Air mata Winter mengalir deras sambil membalas pelukan Jeno. "Maaf udah bikin kamu menderita, Win. Maafin orang tua aku. Maafin mereka."

"Hm." Dehaman Winter terdengar sumbang. Dia benar-benar sedih mengingat orang tuanya yang telah tiada.

"Sabar ya, kita udah berhasil lewatin semuanya bareng-bareng. Kamu hebat, Win." Jeno masih mengusap kepala Winter.

Seketika Winter merasa beruntung di pertemukan dengan pria seperti Jeno. Pria sinting yang Winter pikir hanya bermain-main saja ternyata menemaninya hingga akhir. Jeno bahkan terus ada di samping untuk menjaganya.

"Udah cup cup cup. Yang lain masih pada di interograsi, kita tunggu disini. Mau minum?" Jeno melepas pelukannya kemudian melirik mesin minuman yang ada di seberang sana.

Winter mengangguk sambil menyeka air matanya.

"Sebentar ya." Jeno tersenyum kemudian beranjak menuju mesin minuman itu.

Kleck!

"Winterrrrr." Ningning sama Giselle keluar dari dalam ruangan sambil menangis menghampiri Winter. "Karina udah gak ada, Win...." tangis Ningning pecah di sebelah Winter sambil menutup wajahnya.

Sangat tragis kondisi Karina yang meninggal dengan mata melotot dan tubuh kurus kering.

"Kenapa dia goblok banget? kenapa dia gabisa ngelawan setan yang ada di dalem badannya? Kenapa dia tega ninggalin kita." Celoteh Ningning lagi, sedangkan Giselle cuma bisa menangis.

Air mata Winter ikut mengalir. "Itu garis hidup yang udah di pilih sama Karina. Jangan nangis terus, mending kita doain Karina sama Yeri." Katanya berusaha menenangkan walaupun dadanya juga sangat sesak.

Jeno melangkah menghampiri ketiga gadis itu. "Karina udah bebas disana, dia gakan di siksa sama ibu Kim, dia juga gakan di siksa sama batinnya sendiri." tangan Jeno membukakan satu kaleng soda untuk Winter.

(✓)The CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang