04 :: Haid

2.4K 390 51
                                    


--

Giselle melangkah keluar dari kamar tidur menuju kamar mandi asrama wanita yang posisinya berada di ujung lorong. Untuk sampai kesana, Giselle harus melewati hampir 10 kamar yang ternyata kosong semua. Mungkin, masih pada main-main di sekolah(?) pikirnya.

Sore ini selepas pulang sekolah, Giselle emang memutuskan buat langsung balik ke asrama karena keadaan darurat wanita alias PMS.

"Loh? Winter?" Langkah Giselle terhenti ketika berpas-pasan dengan Winter di depan kamar mandi, "Lu mau mandi juga?" lanjutnya bertanya namun hanya di beri anggukan pelan oleh Winter.

Syukurlah dia gak sendirian disini, Giselle menghela nafasnya lega. Selepas itu dia ngelangkah masuk kedalam kamar mandi pertama di sebelah Winter berada.

Suara keran air mulai terdengar, shower pun sangat jelas membisingkan indra pendengaran Giselle.

"Sel, Gua baru pertama kali haid nih, gimana cara bersihin pembalutnya?"

Giselle yang sedang memakai sabun langsung terdiam, sejak kapan Winter memakai bahasa 'Gua?' dengan teman-temannya? Dan sejak kapan juga Winter bersikap akrab seperti itu? Oh, positif thinking aja, mungkin Winter udah mulai nyaman berteman sama dia.

"Lu semprot aja pake shower, Win. Jangan sampe kesisa darahnya ya. Nanti malah gimana-gimana." Sahut Giselle sambil melanjutkan aktivitas sebelumnya.

Terdengarlah Winter yang sedang mengucek pembalutnya tanpa mengeluarkan suara apapun. "Win? udah belum? Kalo udah nih pake plastik yang gua bawa. Gua juga lagi haid soalnya." Giselle meraih plastik yang ada di atas bak mandi, kemudian ia letakkan di kolong pembatas kamar mandi.

"Win? ambil aja gapapa gua masih ada satu lagi." Giselle buka suara lagi karena tak kunjung ada jawaban dari Winter.

Apa gadis itu udah selesai dan keluar duluan? Tapi kenapa gada suara kunci atau pintu yang terbuka? Sudahlah, Giselle mulai mengeringkan tubuhnya dan memakai piyama tidurnya dengan santai.

"Win, lu masih disana?"

"Iya..."

Kali ini tubuh Giselle membeku, kenapa suara Winter sangat lirih dan berbeda dari sebelumnya? "Win, lu gapapa kan?" kini Giselle memberanikan diri keluar dari kamar mandi dan berdiri tepat di depan pintu kamar mandi yang Winter gunakan.

Masih tertutup.

Tok! Tok!

"Winter? gua udah selesai, lu masih di dalem kan?" sejujurnya jantung Giselle udah gaberaturan sekarang, dia takut banget. Apalagi lampu kamar mandi cuma ada dua, dan bagian pojok itu gelap semua.

Giselle menelan ludahnya bersusah payah, "Gua buka ya, Win..." perlahan telapak tangan Giselle mendorong pintu kamar mandi yang ternyata memang gak kekunci.

"HIHIHIHIHI...."

Dengan sangat jelas Giselle melihat Winter sedang duduk di lantai sambil memakan pembalut berdarahnya. Mata Winter berubah menjadi merah sepenuhnya, seluruh kulit di tubuh Winter mengeluarkan urat besar berwarna hitam.

"AAAAAKKKKKKKKK!!!!" Giselle teriak kencang sebelum pada akhirnya...

BRUKH!

**

"Lu mau balik ke asrama?" Pertanyaan itu di barengi dengan tarikan lembut di pergelangan tangan Winter. Yatuhan, kenapa sih Winter harus di hantui dengan pria sinting seperti Jeno? sekarang cowok itu berdiri tegap di hadapan Winter sambil tersenyum manis.

"Kalo iya kenapa? Kamu mau ikut?"

"Boleh?!"

"Boleh kalo kamu udah bosan hidup."

(✓)The CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang