She Doesn't Want To Work Hard Anymore

68- 71

Chapter 68: He finally felt scared

Hua Manman menyingkirkan gigi, cakar, gertakannya, dan berkata dengan tulus.

"Apa hakmu untuk mengatakan bahwa ibuku tidak baik? Bahkan jika ibuku dalam berbagai hal, setidaknya dia lebih baik daripada ayahmu yang menjual anak perempuan dan mencari kemuliaan."

Begitu dia selesai berbicara, dia diberi cambuk dari Huadingzong.

"kamu diam!"

Lengan panjang Hua Manman ditarik oleh tongkat, dan dia langsung menghela nafas kesakitan.

Keluarga He di luar aula leluhur melihat ini, seperti singa betina yang marah, dengan mata merah, dia akan bergegas ke aula leluhur.

"Jangan memukul Manman, pukul aku jika kamu mau! Itu karena aku tidak mengajar anak-anak dengan baik, itu semua salahku, apa pun kemarahanmu padaku!"

Wanita tua itu tidak mengharapkan hal-hal berkembang sampai saat ini.

Dia buru-buru membuat orang menghentikan Dia, jangan sampai Dia akan bertarung dengan Hua Dingzong.

Wanita tua itu mengerutkan kening dan menatap Hua Dingzong, dan memarahi dengan tidak puas.

"Apa yang kamu lakukan pada Manman? Dia sekarang adalah anggota Zhaowang Mansion. Kamu menyakitinya. Bagaimana kamu menjelaskan kepada Zhaowang? Selain itu, Manman juga putrimu. Apakah kamu tidak merasa tidak enak saat memukulinya?"

Hua Dingzong kembali sadar pada saat ini, dan merasa sedikit menyesal di dalam hatinya.

Selain dipukul, apa lagi yang bisa dia lakukan? Tidak bisa membiarkan dia meminta maaf kepada putrinya sebagai seorang ayah, kan?

Jadi dia hanya bisa menguntit lehernya, menunggu Hua Manman mengakui kesalahannya.

Selama dia mengakui kesalahannya, dia akan menuruni tangga, dan kisah malam ini bisa dibalik.

Hua Qingqing menarik lengan saudara perempuan keduanya dan berbisik.

"Kamu kembali ke istana, jangan berdebat dengan ayah."

Inilah yang terjadi di dunia ini, apakah itu kesalahan orang tua atau bukan, hanya anak-anak yang mengakui kesalahan pada akhirnya.

Terutama lahir dalam keluarga seperti mereka, berbakti dan reputasi lebih besar dari apa pun.

Hua Qingqing tidak ingin saudara perempuan keduanya berhadapan langsung dengan ayahnya, karena saudara perempuan kedua hanya akan menderita.

Tapi sekarang amarah Huaman muncul, dan bujukan siapa pun tidak akan didengarkan.

Dia menatap lurus ke arah Hua Dingzong, dan bertanya tanpa kerendahan hati.

"Mengapa ayah  marah? Apakah karena saya mengatakan Anda salah?"

Hua Qingqing berteriak begitu dia mendengar ini.

Benar saja, kemarahan yang akhirnya ditekan Hua Dingzong, tiba-tiba melonjak.

Dia pemarah, dan dia terbiasa menjadi tuan rumah.

Pada saat ini, menghadapi provokasi berulang dari putri keduanya, emosinya berada di ambang kehilangan kendali.

Dia menunjuk Huamanman dengan tongkat, menggertakkan giginya.

"Kamu coba satu kalimat lagi."

Hua Qingqing melihat bahwa situasinya tidak baik, dan buru-buru berdiri, mencoba menarik Hua Manman kembali.