040 - Mental Yupi

212 27 0
                                    

Happy reading_

•••

"Mentalnya dijaga, kalau bukan diri sendiri yang jaga terus mau siapa lagi?"
—Tirta Amarta

•••


"Ayolah, Fel. Kembalikan kaca mataku," pintanya dengan lembut agar gadis itu mau menurut, jika bukan karena siapa pemberinya Tirta tidak akan se-kekeuh ini untuk memintanya kembali.

Kaca mata pemberian dari Acheflow, setiap barang yang berisi kenangan Acheflow akan sangat berharga untuknya. Bukan tentang harga, tapi kenangan yang ada di dalamnya.

"Tirta dengerin gue, lo itu ganteng kok kalau nggak pakai kaca mata. Suwer!" Rafaela mengangkat jari telunjuk dan tengahnya, membentuk huruf 'V' ke udara.

Sejak Tirta berangkat hingga sekarang, mata Rafaela sepertinya tidak pernah berhenti untuk mengagumi paras tampan tanpa kaca mata apalagi saat tadi di lapangan saat Tirta berlari dengan rambut yang ia basahi dengan air mineral, damage-nya nggak main-main.

"Tadi kamu udah janji mau balikin pas pulang sekolah," protes Tirta mencoba mengalah. "Hehehe, tapi gue mau lihat lo nggak pakai kaca mata terus."

"Nggak ada bedanya, Fel. Ayolah, kembalikan aku ada janji sama mereka," ujarnya menatap gadis ini jengah, ia sendiri sudah mempunyai janji dengan Asbara full team untuk membahas insiden kemarin yang menimpanya. "Janji sama siapa?"

"Tidak penting, kembalikan saja kaca mataku," mohonnya masih belum menyerah.

Bukannya memberikan Rafaela malah tersenyum lebar, dia tidak akan memberikannya. Bagi Rafaela waktu bersama Tirta sangatlah langka. Mana bisa dia bercanda lama seperti ini dengannya, paling yang ada Tirta akan buat alasan demi alasan.

Tak sengaja kedua mata Alayya melihat dua remaja yang sedang berbincang, ah tidak sepertinya si perempuan sedang menjaili seorang laki-laki.

"Kembalikan, nggak baik kayak gitu!" serunya langsung mengambil kaca mata yang Rafaela sembunyikan di balik badan, membuat gadis dengan rambut sebahu berwarna pirang itu berdecak.

"Ah, lo ngapain sih ikut campur!" decihnya berkacak pinggang, Alayya menatapnya sinis kemudian membalas, "Jangan ganggu Kak Tirta."

Alayya memberikan kaca mata kepada pemiliknya, kini posisinya di antara Tirta dan Rafaela. "Makasih, Aya."

Sikap Tirta langsung berubah ketika berhadapan dengan Alayya, gadis manis yang telah menyelamatkan kaca mata yang penuh dengan kenangan.

"Emang kenapa kalau gue ganggu Tirta, emang dia bapak lo!" kesalnya sembari mengembuskan napas, gadis itu cukup kesal melihat Alayya yang selalu menghalangi usahanya.

"Kalau iya emang kenapa?" tantang Alayya tanpa kenal rasa takut, sedang di belakangnya Tirta hanya geleng-geleng kepala. "Anjir, lo nggak punya bapak, main ngaku-ngaku? Oh ya gue ingat ...."

Alayya terdiam mendengar kelanjutan ucapan Rafaela. "Kan lo anak nggak jelas, nama orang tua aja lo nggak tahu!"

Kini gadis berpita itu terdiam, saat Rafaela mengatakannya tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dua kata dalam benaknya saat ini. "Mama? Papa?"

Nyalinya mendadak menciut.

"Iyalah, bokap sama nyokap lo!" ceplos Rafaela membuat Alayya membeku di tempat.

Baru kemarin dia ke makam mama, sekarang dia penasaran siapa papanya? Jika sang mama udah meninggal lalu di mana papanya? Apa benar dia anak yang nggak jelas.

RECAKA [END]Where stories live. Discover now