7

708 121 25
                                    

Chanyeol menatap tajam ke arah Vante yang terlihat sibuk pada laptopnya pada meja bar rumah miliknya. Chanyeol berjalan mendekati Vante karna ia merasa ada yang harus ia bicarakan dengan adiknya.

"Apa maksud ucapanmu malam kemarin?", tanya Chanyeol to the point. Vante mengalihkan pandangan matanya dari laptop miliknya dan menatap ke arah kakaknya singkat dan kembali sibuk pada laptopnya.

"Yang mana? Soal kau yang tak bisa menahan diri atau... Joy termasuk gadis yang punya keinginan untuk kutiduri?", rahang Chanyeol mengeras. Adiknya benar-benar kurang ajar menurutnya. Namun ia harus menahan dirinya untuk melindungi diri. Jika ia menghajar Vante sekali, maka habislah rahasia gelapnya terungkap.

"Keduanya", Vante tergelak kali ini. Pria itu tertawa pelan dengan intonasi dinginnya. Membuat siapapun yang mendengar pastinya akan merasa tidak nyaman.

"Dua-duanya fakta", jawab Vante singkat.

"Jangan berbicara hal aneh lagi dihadapan Joy", ucap Chanyeol tegas. Vante memberinya senyuman miring yang menantang.

"Kalau begitu berhentilah mengatakan hal buruk tentangku ke kekasihmu itu", balas Vante tajam tak kalah tegas.

"Tak ada cara bagimu untuk menahan kekasihmu agar tak kembali padaku ya? Selain mengarang hal buruk tentangku ditelinganya?", Chanyeol terdiam kali ini. Benar adanya ia sedikit mengarang tentang Vante. Tapi bukankah Vante yang senang berkumpul dengan teman-temannya di dunia malam dan bermain dengan para jalang juga fakta?

"Bukan salahku sepenuhnya. Pacarmu mengadu padaku tentang betapa keterlaluannya kau. Terutama soal...", Chanyeol menatap remeh kearah adiknya dan tersenyum mengejek. Vante menatap kakaknya datar dan kembali menggerakan jemarinya untuk mengetik keyboard dari laptop tersebut.

"Soal kau yang mendesahkan nama wanita lain ketika sedang bercinta dengannya", gerakan jemari lincahnya terhenti digantikan dengan rahang kerasnya dan tatapan tajamnya. Chanyeol berlalu saja dari hadapannya.

'Jadi kau mengadu pada kakakku sekarang? Sepertinya kau memang menginginkan berakhirnya hubungan ini', gumam Vante didalam batinnya.

......................................................................

"Annyeong onni", ujar seorang wanita dengan rambut blondenya. Wanita bermata kucing yang semulanya sibuk memainkan ponselnya langsung menatap kearah si blonde yang memanggilnya. Wanita bermata kucing itu tersenyum ramah padanya.

"Annyeong! Tumben sekali kau terlambat?", tanya Jennie ramah. Si blonde itu hanya tersenyum padanya.

"Kelelahan", jawab si blonde itu. Jennie mengangguk mengerti dan kembali berduduk santai menunggu sampai waktunya ia dipanggil untuk scene selanjutnya. Keduanya bermain dalam project drama yang sama. Hanya saja Jennie ialah si pemeran utama dan si blonde itu adalah pendatang baru yang berperan sebagai adik dari pemeran utama laki-laki. Sesekali Jennie menatap kearah si blonde yang tengah sibuk membenarkan make-upnya. Dan kini terlihat ingin memasang anting-anting pada telinganya

"Somi-ssi. Bolehkah aku bertanya sesuatu?", Somi membalikan tubuhnya dan tersenyum lebar lalu mengangguk.

"Anting-antingmu indah sekali. Kau membelinya dimana?", tanya Jennie dengan mata berbinar-binar.

"Ini? Hadiah ulang tahun dari bos kita",

"Chanyeol Sunbae memberikannya padamu?", Somi mengangguk dengan wajah polosnya. Jennie juga sebenarnya sudah tidak kaget. Jennie dan Somi sama-sama berada dibawah naungan perusahaan Chanyeol.

Jennie sebagai aktris dan Somi si model catwalk yang mulai memasuki dunia peran. Dan Chanyeol memang selalu memanjakan para talentnya, contohnya saat Jennie ulang tahun Chanyeol juga mengiriminya kacamata mahal dan bermerk. Maka dari itu Jennie tidak kaget dan berpikiran buruk apalagi sampai berniat melapor ke teman baiknya Joy.

"Oh iya. Onni... Kudengar kau berteman dekat dengan Park Joy?", tanya Somi setelah selesai berdandan. Jennie mengangguk sebagai jawaban.

"Benar. Aku, dia, dan kau tahu Son Wendy?",

"Si penyanyi itu?", Jennie mengangguk sebagai jawaban.

"Kami bertiga bersahabat sejak di bangku SMP. Hingga saat ini", Somi menatap Jennie dengan mata berbinar-binar.

"Onni! Aku mau bertemu dengan Park Joy! Aku mau meminta tanda tangan dan berbincang dengannya!", Somi berucap dengan memelas membuat Jennie tertawa gemas pada juniornya.

"Astaga! Baiklah-baiklah. Akhir pekan ini aku akan mengajakmu ikut berkumpul bersama dengan mereka",

"Benarkah? ASSA!",

......................................................................

"Sayang! Kau datang akhirnya", seorang wanita dengan lingerie super tipisnya menatap seduktif kearah pria tampan itu. Pria dengan garis wajah sempurna itu menatapnya malas. Jika pada umumnya para pria diberikan pemandangan seperti ini bukankah bagian selangkangan mereka sudah mengeras saat ini? Tidak dengan Vante. Vante menatap malas ke wanita yang selama ini menjalin sebuah hubungan dengannya.

Kekasih? Sejujurnya bukan, bagi pria itu. Bagi Vante wanita ini hanyalah teman ranjangnya. Teman untuk memuaskan hasratnya.

"Ayo akhiri hubungan ini", ujar Vante dingin. Wanita itu menatap Vante tidak percaya lalu mengerutkan keningnya bingung.

"Ke.. kenapa tiba-tiba? Apa salahku?", tanya wanita itu bingung. Vante mendengus kesal dan memberikan tatapan mematikan kearah wanita itu.

"Apa kau mempertimbangkan apa yang keluar dari mulutmu? Apa yang kau adukan pada kakakku?", tanya Vante dengan rahang mengeras. Wanita itu mengedipkan matanya kaget dan mencoba menenangkan diri.

"Ti... Tidak ada... Aku tidak mengatakan apapun padanya", elak wanita itu. Vante mengangguk dengan wajah dingin dan galaknya itu.

"Begitukah? Ya sudah. Dapat aku pastikan besok adalah hari kebangkrutan perusahaan ayahmu, Tzuyu sayang",

"Jeball!! Vante jangan! Aku.. aku minta maaf aku tahu aku salah. Aku mencintaimu! Tak bisakah kau melihat ketulusan perasaanku padamu?", wanita itu mulai menangis. Membuat Vante menatapnya dengan jijik, dan sekali lagi. Vante menghancurkan perasaan wanita yang berbeda untuk kesekian kalinya.

"Oppa! Aku mencintaimu. Tak bisakah kau melihatku? Haruskah otakmu selalu kau isi dengan wanita yang tak akan bisa kau gapai?", Vante merasa tubuhnya mendidih sekarang. Ia marah sangat marah sampai akhirnya ia meraih dagu wanita itu dan mencengkram rahang tirus wanita itu.

Vante menghela nafas kasar dan perasaan bersalahnya mulai muncul kembali. Tidak bukan terhadap wanita yang baru saja berstatus sebagai mantan kekasihnya beberapa menit lalu.

"Sayangnya aku tak pernah mencintai mu, kau benar. Hatiku masih dibawa olehnya hingga saat ini", tangisan Tzuyu semakin terdengar.

'Aku meminta mereka menjadi kekasihku bukan jalang. Salah siapa jika mereka yang ingin merangkap profesi mereka sebagai seorang jalang untukku?' pikir Vante sambil berjalan berlalu meninggalkan mantan kekasihnya.

Sepertinya hati milik Vante memang sudah mati.

TBC
......................................................................

Siapa wanita yang berani banget bikin Vante sampai hitam gitu hatinya wkwkwk sampai mati rasa begitu loh.

Jangan lupa vote n komen ya nanti subuh ada lagi kelanjutannya kokk. Tergantung jejak yang kalian tinggalin juga sih wkwkwk






AGONY VJOY (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang