55. NGIDAM?

20.4K 1.5K 5
                                    

Follow dan vote dulu, jangan jadi pembaca gelap 📌













Hari-hari berlalu di saat itu pula tubuh Reynard sudah pulih sepenuhnya bahkan Reynard sudah bisa datang ke kantor untuk kembali ke rutinitas kerjanya.

Malam ini Reynard baru saja kembali setelah hampir seharian dirinya bekerja karena banyaknya jadwal yang tertunda akibat beristirahat terlalu lama.

"Sayang!" panggil Reynard yang masuk ke dalam kamar yang terlihat gelap dengan hanya di sinari cahaya remang-remang dari bulan.

"Mas, udah pulang." Aneisha langsung menghampiri suaminya itu membuat Reynard langsung membawanya ke dalam pelukannya.

"Bagaimana hari ini sayang, apakah semuanya baik-baik saja?" tanya Reynard.

"Hmm, baik mas."

"Lalu anak Ayah bagaimana? Apakah hari ini kau tidak merepotkan bunda mu?" tanya Reynard yang melepaskan pelukannya itu dan berjongkok mengelus elus perut Aneisha yang tampak mulai membesar.

"Tentu tidak Ayah," jawab Aneisha yang menirukan suara ala anak kecil dan tersenyum.

"Apakah kau sudah makan malam sayang?" tanya Reynard beralih kembali pada Aneisha.

"Belum, aku sedang tidak nafsu makan mas. Mungkin ini bawaan dari anak kita," jawab Aneisha.

°°°

Reynard baru saja menyelesaikan beberapa perkerjaan nya saat meninggalkan Aneisha yang tengah tertidur.

"Bagaimana dengan cabang di kota A?" tanya Reynard pada Dafin yang masih setia menemaninya.

"Perkembangan nya cukup pesat tuan, mereka mampu bangkit di waktu yang singkat setelah kunjungan anda," jelas Dafin.

"Bagus, bagaimana jadwal ku besok?" tanya Reynard yang sudah menutup laptopnya.

"Akan ada meeting pagi tuan dengan salah satu kolega kita lalu di lanjutkan dengan kunjungan pada perusahaan yang rencana nya akan kita beli," jawab Dafin.

"Baiklah, atur saja semuanya dengan baik. Kalau begitu kau bisa pulang, aku ingin beristirahat sekarang," tutur Reynard segera.

"Iyah tuan, kalau begitu selamat malam. Saya pamit undur diri," ujar Dafin yang langsung di balas anggukan oleh Reynard.

Pria muda itu kini sudah pergi hanya Reynard yang masih belum beranjak dari tempat nya melirik jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul 12 malam.

Reynard bangkit dan segera keluar dari dalam ruang kerja nya menuju kamar yang berada di lantai atas.

Knop pintu berputar menunjukkan Aneisha yang sudah terlelap dalam tidurnya. Segera Reynard merangkak naik ke atas ranjang berniat menyusul Aneisha yang sudah masuk ke dalam alam mimpi.

Mata Reynard terpejam memeluk Aneisha yang membelakangi nya.

1 jam berlalu tepat pada pukul satu dini hari Aneisha tiba-tiba saja terbangun merasa ada benda berat yangmenimpah pinggangnya.

Wanita itu sedikit melirik ke arah belakangnya ternyata ada Reynard yang sedang memeluknya.

"Hmm pukul 1 malam?" gumamnya pelan saat memandangi jam dinding di kamarnya tersebut.

"Mas," panggil nya memegang tangan suaminya yang memeluknya, sedikit memberikan guncangan agar kiranya Reynard bangun.

"Hmmm." Reynard hanya bisa menyahut dengan deheman sebab matanya masih enggan untuk terbuka.

"Aku lapar," gumam Aneisha yang membuat mata Reynard langsung terbuka mendengar istrinya yang tiba-tiba kelaparan.

Reynard melepaskan pelukannya kemudian bangkit memandangi istrinya yang masih berbaring di sampingnya tadi.

"Kau ingin makan apa, hm? Biarkan mas mengambil nya untukmu," ujar Reynard segera. Saat ini dia harus benar-benar siaga menjadi suami.

"Bubur ayam mas, Aneisha pengen itu," jawab Aneisha.

"Tapi koki kita sudah pulang, bagaimana jika dengan makanan yang lain," tawar Reynard membuat Aneisha menggeleng pelan.

"Enggak mau, maunya bubur ayam dan harus di beli di luar," jawab Aneisha kekeh.

"Tapi sayang ini kan sudah dini hari bagaimana bisa ada orang menjual bubur ayam sekarang? Lagi pula bubur ayam pinggir jalan tidak sehat," jelas Reynard.

"Tapi Aneisha mau, Aneisha pengen. Hiks..., Aneisha mau mas!" lirih Aneisha saat Reynard enggan untuk mengabulkan keinginan nya yang membuat hormon nya naik sehingga menjadi emosional.

"Eh sayang, baik lah! Ku mohon jangan menangis, okey? Mas jalan sekarang," ucap Reynard yang menenangkan istrinya yang sangat begitu sensitif begitu dirinya berbadan dua.

"Hmm, janji yah. Aneisha tunggu di sini," jawab Aneisha yang langsung menyeka air matanya dan tersenyum.

"Janji sayang, mas jalan sekarang yah. Tungguin mas di sini aja," balas Reynard yang mengecup kening Aneisha sejenak dan beranjak turun dari ranjang mengambil jaket kulit berwarna hitam yang tak jauh dari sana serta tak lupa pula mengambil kunci mobil miliknya.

Reynard pergi pada dini hari itu mencari kan bubur ayam sesuai dengan keinginan istrinya yang tiba-tiba.

Sepanjang perjalanan Reynard terus menatap ke samping kiri dan kanan berharap ada tukang bubur ayam yang masih berjualan sekarang.

"Kenapa Aneisha harus lapar di dini hari seperti ini?" gumam Reynard hingga lelaki berpapasan dengan seorang pria paruh baya yang mendorong ke gerobak yang bertuliskan bubur ayam tersebut. Jangan berpikir yang aneh-aneh jika itu adalah hantu.

Mobil mewah itu menepi di pinggir jalan dengan gerakan cepat Reynard berlari menghampiri pria paruh baya itu.

"Permisi pak!" ujarnya dengan napas tersenggal.

"Iyah, ada apa nak?" tanyanya yang menghentikan gerobaknya di sana.

"Bapak masih jual bubur ayam?"

"Iyah masih, ini tinggal satu porsi," jawabnya.

"Kalau gitu kasih saya saja pak, saya mau beli itu," balas Reynard.

"Di tunggu sebentar yah nak, saya racik dulu," ujarnya dengan cepat mendapatkan rezeki di pagi dini hari ini membuatnya berucap syukur.

Reynard mengamati proses pembuatan bubur ayam tersebut dengan telaten pria paruh baya itu membuatnya seperti sudah mahir dalam hal tersebut.

"Ini nak, semuanya 20 ribu," ucapnya yang menyodorkannya pada Reynard yang sedari tadi menunggunya.

"Oh Iyah pak, terimakasih. Ini uangnya, ambil aja kembaliannya," balas Reynard yang menyodorkan 2 uang pecahan seratus pada nya.

"Terimakasih nak, semoga rezekimu slalu lancar yah,"

°°°

Reynard tiba kembali ke kediamannya tepat pada pukul 2 dini hari artinya sudah 1 jam setelah kepergian nya.

Suasana rumah mewah itu terlihat masih sepi hanya ada para pengawal serta penjaga rumah yang masih berjaga dan menganti sift mereka.

"Sayang," panggil Reynard yang masuk ke dalam kamarnya melihat Aneisha yang sudah terlelap di sana.

"Sayang, hey. Aku sudah membawa bubur ayam yang kau inginkan," ujarnya yang mengguncang pelan tubuh Aneisha.

"Hmm, Aneisha udah nggak laper lagi mas. Habisnya mas lama sih," jawab Aneisha yang membelakangi Reynard.

Reynard tersenyum kecewa mendengarkan penuturan Aneisha yang membuat kerja kerasnya sia-sia.

"Baiklah kalau begitu, mas taruh di sini yah. Siapa tahu jika kau masih menginginkannya lagi," ujar Reynard yang menyimpan bubur ayam tersebut di dekat nakas.

"Hmmm." Hanya deheman yang keluar dari mulut Aneisha membuat Reynard lagi-lagi mengelus dada. Sabar Reynard, sabar. Kenapa wanita hamil begitu menyebalkan? Sehingga harus membuat Reynard mengeluarkan extra sabarnya.

LOVE, maybe? [BELUM DI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang