6. Help Me

52 1 0
                                    

Kilatan blitz yang di hasilkan oleh kamera, sukses di tangkap oleh indra penglihatan Taeyong.

Tanpa tunggu lama, Taeyong langsung menyingkirkan Jisung dalam satu kali hentakan.

Setelah berhasil menyikirkan Jisung, Taeyong langsung mengejar seseoranh yang sudah berani memotretnya secara diam-diam, lalu kabur.

Jisung yang melihatnya pun tidak tinggal diam. Ia langsung ikut berlari mengejar Taeyong.

Sedangkan Taeyong tidak perduli apakah Jisung mengikutinya atau tidak. Yang ia perdulikan saat ini adalah menangkap orang yang sudah memotretnya.

Kejar-mengejar pun terjadi di antara mereka. Taeyong mengejar sang pelaku, sedangkan Jisung mengejar Taeyong.

Sampai akhirnya Taeyong berhasil memojokkan sang pelaku di dalam sebuah gang sempit.Tanpa Taeyong tau, kalau saat itu bahaya sedang mengintai dirinya.

Sampai di gang sempit, Taeyong terkejut akan pelaku yang ternyata tidak sendiri. Ada 3 orang pria yang bersama dengan pelaku.

"Sepertinya kau salah memasuki area, cantik." Ujar salah satu pria berbadan besar ini.

Taeyong takut? Tentu saja! Taeyong itu wanita sendirian, sedangkan di hadapannya ada 4 orang pria. Di antaranya 3 orang pria berbadan besar, sedangkan berbadan kecil merupakan pelaku yang memotretnya, sedang bersembunyi di belakang 3 pria itu.

"Aku tidak kenal siapa kalian. Tapi aku ingin kau menghapus foto yang tadi kau ambil secara diam-diam. Kau tau? Kau bisa di kenakan pasal uu ite yang berlaku di negara ini, kalau kau mengambil foto seseorang secara diam-diam." Peringat Taeyong, dengan lantangnya.

Ia tidak mau terlihat ketakutan. Kalau ketakutan itu terlihat, orang yang ada di hadapannya ini akan menganggap Taeyong lemah, dan Taeyong tidak suka itu.

"Daripada kamu melaporkan dia? Bagaimana kalau kamu melaporkan kami atas pencabulan? Karena sepertinya kami sangat tertarik dengan tubuh indah-mu." Ujar sang pria itu, yang mulai mendekat ke arah Taeyong.

Taeyong yang memang tidak ingin terlihat takut pun mencoba stay di tempatnya. Ia masih memegang ilmu bela diri. Jadi ia berusaha sekuat tenaga untuk tenang dan tidak takut. Seraya berfikir untuk mencari jalan keluar dari sini.

"Ah, seperti menarik. Kalian akan masuk ke dalam penjara secara bersamaan. Oke kalau kalian mau seperti itu." Ujar Taeyong, yang mulai mengeluarkan ponselnya, dan langsung menelepon polisi.

Namun belum sempat telepon itu terhubung, ponsel Taeyong sudah lebih dulu di tepis. Membuat ponselnya terpental jatuh dan hancur.

"Kenapa? Takut? Kalian yang ingin, tapi kenapa kalian yang takut?" Tanya Taeyong, menatap pria yang di hadapannya ini dengan tatapan tajam.

Pria bertubuh besar yang ada di hadapan Taeyong pun menyeringai, begitu mendengar ucapan Taeyong. "Ingat rule-nya sayang? Kau boleh melaporkan kami, ketika kami sudah mencicipi tubuh indah-mu." Ujar sang pria, mengingatkan kembali akan ucapannya kepada Taeyong.

Taeyong langsung ber-oh ria, begitu mendengar ucapan sang pria. "Bagaimana? Sudah ingat peraturan yang aku buat?" Tanya pria itu, dengan senyuman yang sangat menjijikan.

"Aku ingat. Tapi sayangnya aku bukan makanan yang dengan bebasnya kalian cicipi. Apakah kalian sebegitu laparnya? Katakan berapa yang kalian inginkan? Aku akan membayar lebih, dari apa yang orang itu bayar." Ujar Taeyong, seraya menatap ketiga pria bertubuh besar, dengan pelaku yang memfotonya secara bergantian.

Sang pria terkekeh begitu mendengarnya. "Sayangnya yang dia berikan bukan-lah nominal berupa uang. Dia menawarkan dirimu sebagai bayaran untuk kita. Jadi apa yang bisa kau tawarkan kepada kami? Kami tidak butuh nominal berupa materi." Ujar sang pria.

*bugh* satu pukulan mendarat di rahang sang pria. Membuat Taeuong terkejut.

Siapa lagi kalau bukan Jisung! Jisung yang tiba-tiba memukul pria yang ada di hadapan Taeyong, lalu menyingkirkan Taeyong menjauh dari dirinya.

Taeyong yang melihatnya pun langsung mengambil ponsel satunya lagi. Lalu menelepon polisi.

Seraya menunggu polisi, Taeyong langsung membantu Jisung melawan ketiga pria bertubuh besar itu. Tidak mungkin Taeyong membiarkan Jisunh sendirian melawannya. Selain kalah orang, Jisung juga kalah postur tubuh.

"Arrrgghh." Teriakan di sertai ringisan, mengalun indah dari mulut Jisung, yang membuat Taeyong menoleh.

"Jisung!" Teriak Taeyong yang sangat terkejut, begitu melihat pisau yang menancap di perut Jisung.

Tepat setelah Taeyong berteriak, suara sirine polisi pun mengalun. Membuat keempat pria itu pergi dari hadapan Taeyong.

Taeyong langsung menghampiri Jisung. Memangku kepala Jisung ke atas pangkuannya.

"Jangan!" Larangan yang sepertinya terlambat, yang Jisung utarakan kepada Taeyong. Sewaktu Taeyong memegang pisau yang menancap di perutnya.

Bertepatan dengan itu, sang polisi pun datang. Polisi langsung memberingkus Taeyong, begitu melihat posisi Taeyong yang terlihat memegang pisau yang menancap di tubuh Jisung.

"Anda ikut kami ke kantor polisi." Ujar sang polisi, lalu membawa Taeyong yang saat ini sedang berstatus sebagai tersangka.

Sementara Jisung, Jisung langsung di bawa oleh pihak polisi ke rumah sakit terdekat. Darah yang mengalir di tubuh Jisung, membuat Jisung kehilangan kesadaran.

"Pak! Tolong izinkan saya untuk memastikan keadaan Jisung terlebih dahulu." Pinta Taeyong, sewaktu polisi membawanya untuk masuk ke dalam mobil polisi yang satu, sedangkan Jisung di bawa ke mobil polisi yang satunya lagi.

"Tidak bisa. Anda harus menjelaskan semja kronologinya dulu di kantor polisi. Karena saat ini anda di tetapkan sebagai tersangka." Ujar sang pak polisi, yang tentunya tidak mengabulkan permintaan Taeyong.

***

"Mau saya jelaskan berapa kali sih pak? Saya sudah bilang kalau saya bukan pelakunya. Saya kan sudah bilang kalau saya yang menelepon bapak untuk datang! Tapi kenapa bapak malah menuduh saya? Bapak tau? Bapak bisa saya tuntut atas pencemaran nama baik loh!" Ujar Taeyong, yang sudah tidak tahan dengan polisi yang ada di hadapannya.

Sudah setengah jam Taeyong duduk dan di introgasi. Namun tidak ada kejelasan dari kasusnya ini. Polisi selalu menanyakan pertanyaan yang sama namun terbelit. Agar Taeyong mengakui kalau itu kesalahannya, karena pertanyaan yang sangat mengecoh dari pihak polisi.

"Saya tau maksud dari pertanyaan bapak yang sangat terbelit-belit ini. Bapak ingin saya mengaku atas perbuatan yang saya tidak lakukan bukan? Apakah bapak ingin memperpanjang masalah ini? Silahkan. Tapi saya ingin menghubungi pengacara serta kakak saya dulu. Saya tidak akan bicara lebih kepada bapak, sebelum pengacara saya datang." Sambung Taeyong, yang tidak memberikan speech untuk polisi bicara.

"Oh silahkan." Ujar polisi yang nampaknya kesal dengan Taeyong.

"Bapak pikir saya orang susah? Maaf pak, mau saya orang susah atau orang kaya pun, bapak tidak seharusnya bersikap seperti ini. Menyudutkan satu orang yang jelas-jelas tidak bersalah!" Ujar Taeyong yang terus mengomel, seraya menunggu Irene menjawab teleponnya.

"Hallo Kak!" Seru Taeyong, begitu sambungan teleponnya sudah terhubung dengan Irene.

"Kamu dimana? Kakak cari kamu, tapi kamu gak ada!" Seru Irene, yang terlihat panik karena tidak menemukan keberadaan Taeyong.

"Temui aku di kantor polisi, bersama dengan Mr. Kim kak." Pinta Taeyong tanpa ba bi bu.

"Baiklah. Kau tunggu, dan jangan bilang apapun sampai kami datang." Ujar Irene, yang nampaknya tau kalau Taeyong sedang tertimpa masalah.

"Baik kak. Segera datang dan tolong aku." Ucap Taeyong, langsung mematikan teleponnya secara sepihak.

"Lihat saja! Saya akan melaporkan balik bapak atas pencemaran nama baik, serta kelalaian dalam bertugas. Kalau saya sudah di buktikan tidak bersalah."

NOT GUARDIAN ANGEL - JIYONG (JISUNG X TAEYONG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang