satu

13 1 0
                                    

Aku bukanlah orang yang mudah terpancing emosi, namun banyak hal-hal kecil yang menurutku cukup melukai harga diriku.

"Ah, itu perasaanku saja. Aku hanya terlalu baper."

Kalimat berulang yang kurapalkan terus menerus seolah mantra dan berharap perasaan negatif itu reda.

Amarah dan luka kecil yang setiap waktu aku kubur dalam-dalam, aku tekan kuat-kuat rupanya semakin membiru.

Namun aku tetaplah aku yang keras kepala tak mau bercerita.

Perasaan-perasaan negatif itu lama-lama memggerogotiku dan mencoba mengambil alih kendali atas diriku.

Rasanya sangat tidak nyaman. Rasa sakit itu nyata tapi aku tidak bisa menemukan sumber lukanya.

Setiap hari, aku merutuki diriku. Menyumpahi diriku sendiri yang bodoh dan tidak layak dicintai. Aku memaki setiap tindakan yang dahulu kuagungkan. Aku kesakitan, tapi aku tidak tahu cara mengobatinya.

Aku seringkali berharap aku lenyap atau suatu hari aku ingin sekali tidak bisa bangun dari tempat tidurku. Aku membenci bayanganku di cermin setiap kali aku melewatinya sehabis mandi.

Aku benci mengasihani diriku sendiri.

Aku benci harus menyalahkan diriku.

Aku benci pada keadaan yang tak pernah memihakku.

Aku benci semua orang.

Aku akhirnya berhenti kesakitan tapi menjelmakan rasa sakit itu menjadi kebencian.

Perasaanku tidak membaik tapi aku sudah tidak sakit.

Aku mensyukurinya.

Namun aku dihadapkan pertanyaan menohok,

"Apa sekarang aku baik-baik saja?."



Apa Kabar Hari Ini ?Where stories live. Discover now