enam

2 0 0
                                    

Aku tidak tahu bagaimana memulai tulisan kali ini.
Aku bahkan tidak tahu seberapa tidak jelasnya aku belakangan ini.
Akhir-akhir ini aku menyadari bahwa aku orang yang impulsif, meledak-ledak.
Aku tidak tahu apakah ini benar. Tolong jangan ditiru kebiasaan self diagnosed ini.
Sejak kecil aku selalu mengalah.
Aku diminta tidak marah padahal aku berhak marah.
Aku diminta tidak menangis padahal hatiku sedang terluka.
Saat dewasa, aku jadi kesulitan mengenali emosi. Aku kesulitan mengendalikan amarah.
Puncaknya, saat pandemi mulai melanda aku begitu marah pada diriku sendiri, pada orang-orang, pada siapapun dan apapun.
Aku mulai memukuli tubuhku, menjambak rambutku hingga terisak sendiri.
Belum cukup, aku juga mulai menghancurkan barang-barang.
Aku melempar benda sampai pecah berharap amarah itu reda.
Kemudian, menyesal. Menangisi perbuatan bodohku.
Siklus setan yang masih sangat sulit kuhentikan hingga hari ini.
Bahkan, ketika menulis ini kepalaku sakit, dadaku panas seakan marah itu ingin keluar lagi.

Belakangan, aku mencoba hal lain untuk meredakannya.
Merobek kertas berisi umpatan yang tidak bisa kuucap.
Melukis abstrak dengan warna tumpang tindih.
Beberapa kali aku bisa membaik.
Tapi hari ini rasanya sia-sia.

Tolong aku..

Apa Kabar Hari Ini ?Место, где живут истории. Откройте их для себя