Night Changes

195 18 10
                                    

"Tak ku sangka, kita sudah lulus Kris?"

Kris tidak menjawab, hanya diam memandangi wajah salah satu teman sekelasnya yang pendiam tapi mudah berbaur. Memakai kaca mata dengan bingkai bulat dengan senyuman tertulus yang pernah ia lihat.

"Pernah dengar, ada yang bilang 'The only thing that you'll miss the most is the memories not its person'?"

"Nope"

"Tapi sepertinya itu benar Kris, suatu saat aku rindu kenangan kita semua semasa sekolah. Aku mungkin akan merindukanmu juga, tapi hal yang paling aku rindukan tentu kenangannya kan? Apalagi nakal sekali semasa kita sekolah. Kau banyak berulah. Tapi aku senang, karena aku bisa mengingat banyak hal tentangmu yang berbeda dari yang lain"

Keduanya berada di rooftop sekolah. Bersama dengan teman-teman mereka yang asik dengan pesta di sisi lain. Sementara mereka berdua memisahkan diri untuk sekedar melihat bintang yang tengah bersinar terang.

"So, apa kau tidak ada niatan untuk membuat kenangan khusus untuk kita berdua?"

"Eh?"

"Aku akan pindah ke Canada. Kau tentu tahu kan?"

"Iya, Eumm... Aku ingin membuatnya tapi aku bingung kenangan seperti apa yang akan membuat kita enggan melupakannya. Ayo Kris buatlah kenangan, karena mungkin selepas ini semua kita tidak akan pernah bertemu lagi, ya sepertinya"

Kris tertawa pelan.

"Kau ingin kenangan yang seperti apa dariku?"

"Hmm, menurut mu? Kita tidak akan bertemu lagi setelah ini. Jadi---hhhmmpphh"

Bibir Kris mendarat tepat diatas bibir Chanyeol. Ia dekap tubuh kecil Chanyeol yang menegang dalam dekapannya. Ia tuntun agar anak itu nyaman dan membawanya kedalam pagutan lembut yang ia pikir akan menjadi kenangan terakhirnya dengan laki-laki lemah lembut ini.

"K-Kris?"

"Apa kenangan ini cukup? Agar kau lebih merindukan diriku daripada semua kenangan bersamaku?"

.

.

Goin' out tonight, changes into something red
Her mother doesn't like that kind of dress
Everything she never had she's showin' off

.

10 years later...

.

Balutan setelan merah yang melekat sempurna di tubuhnya terlihat begitu pas. Ia memoles sedikit wajahnya yang sangat indah rupanya agar semakin memukau. Senyum tipis tersungging tanpa ada kata terucap. Bahkan dirinya sendiri terpukau, akan keindahan rupa yang tuhan berikan untuknya. Sempurna, sangat sempurna.

Ia turun dengan kaki jenjangnya, menuju pintu utama dimana ia harus melewati ruang keluarga dimana mama dan papanya berada.

"Chan? Mau pergi kemana kau nak?"

"Chan akan pergi keluar bersama teman, pa~"

Sang ibu mengerutkan dahinya, nampak tidak setuju dengan anaknya itu.

"Mama tidak suka kau pergi malam-malam Chan, apalagi dengan pakaian seperti itu. Kembali ke kamar!"

Chanyeol mengepalkan tangannya. Cukup sudah. Ia sudah benar-benar muak dengan semua kekangan. Sudah waktunya ia lepas dan bebas. Walaupun rasa takut pada ibunya masih ada, namun ia tetap melangkah keluar. Untuk pertama kalinya, seorang Park Chanyeol melanggar ucapan dan perintah ibunya.

We can be divineWhere stories live. Discover now