Bab 2 : Halte hujan

159 32 12
                                    

- Enam Belas -

Hari pertamanya tak begitu melelahkan. Atau mungkin karena Wonwoo pernah merasakan yang lebih lelah jadi yang ini bukan apa apa. Gumpalan hitam menghiasi cakrawala. Langit baru pukul empat sore tapi rasanya sudah seperti pukul enam sore. Awan hitam terasa lelah menanggung bebannya dan akan melepaskan secepat yang dia bisa.

Wonwoo berjalan beriringan bersama Jun dengan santai. Gerbang sekolah cukup padat akibat para siswa yang tak sabar pulang ke rumah. Terkutuklah sistem pendidikan yang membuat kita pulang jam empat sore!

Pundak Wonwoo dirangkul lalu ditarik mendekat. Jun berbisik pelan di telinga Wonwoo. "Mau balik bareng? Gue bawa motor."

"Lo parkir dimana?" Semuanya tau peraturan bahwa anak kelas satu dilarang membawa motor meskipun mereka sudah memiliki SIM.

Jun mengedipkan sebelah matanya genit, "Nitip di rumah temen."

"Rumah lo barat atau timur?"

"Timur." Wonwoo langsung mengibaskan tangannya di depan wajah Jun.

"Beda arah. Gue balik sendiri aja." Jun cemberut kesal.

"Ya udah deh. Gue balik duluan ya. Besok gue booking sebelah lo lagi. Jangan kasihin ke orang lain!" Jun menepuk punggung Wonwoo dua kali kemudian berlalu pergi.

Wonwoo mengingat jalan. Langkahnya stagnan seolah-olah tak terganggu dengan suhu udara yang kian menurun, tapi jujur saja mendung seperti ini membuat tubuh Wonwoo kedinginan. Dia tak membawa jaket atau cardigan atau sweater atau apapun itu yang membuat tubuhnya hangat. Wonwoo bersin bersin. Kedua tangannya membentuk gestur memeluk diri sendiri. Berusaha menghalau dingin sekaligus menghangatkan diri.

Satu tetes air turun mengenai dahi Wonwoo. Ia mendongak ke atas, tetesan air menyusul dua detik setelahnya. Wonwoo segera berlari menuju halte kosong yang beberapa meter di depannya. Gawat! Hujannya deras. Wonwoo terpaksa berteduh sebentar menunggu reda. Oh semoga dia tidak terjebak lama disini.

Wonwoo mendengus kesal karena sudah berdiri selama 30 menit di halte. Hujan deras ini tak mau berhenti. Beban awan hitam yang dilepas ini terlalu banyak. Ribuan rintik rintik itu seolah mengejek Wonwoo yang terjebak dan tidak bisa pulang. Tadi beberapa kali kendaraan umum atau pribadi lewat di depannya. Sekarang begitu sepi. Sekejap ia jatuh dalam lamunan.

Wonwoo suka hujan. Bahkan di umurnya yang sudah dewasa, Wonwoo masih suka hujan hujanan. Tapi Wonwoo tak suka jika terjebak karena hujan. Dulu, saat hujan begini Wonwoo akan bersembunyi dibawah selimut dan tertidur dengan hujan sebagai lagu pengantar tidurnya. Atau saat di rumah orang tuanya, akan ada bau mie instan yang semerbak memenuhi rumah, memaksa Wonwoo bangun dari kasurnya dan merayu mama agar berbagi bersama. Kenangan yang indah.

Terlalu asik melihat hujan, Wonwoo tak sadar ada manusia lain yang ikut berteduh di halte. Atau sebaliknya? Manusia ini yang tak sadar ada Wonwoo disini. Laki laki dengan seragam sekolah setengah basah itu tampak mengomel sendiri. Payungnya rusak. Apakah hujan deras yang merusak itu?

"Apes oh apes. Telat sekolah, ban sepeda bocor, sekarang payungnya rusak! Habis ini apalagi? Nggak bisa pulang gara gara hujan?" Laki laki itu terdiam menyadari kalimat terakhir adalah sebuah fakta.

"Sial." Makinya pada hujan.

Laki laki itu terus mengomel sambil mencoba memperbaiki payungnya. Apa daya? Payung itu sudah rusak total. Tidak bisa diperbaiki maupun digunakan. Ia mendecak kesal kemudian membuangnya ke tong sampah samping halte.

"Bodoh. Gak guna." Kata kata itu untuk payungnya.

Tangannya terlipat di depan dada sambil menatap hujan dengan kesal. Merasa ada manusia lain yang memperhatikan, laki laki ini menoleh ke samping dan menemukan Wonwoo sedang menatapnya dengan ekspresi aneh.

"Apa lihat lihat?" Wonwoo menggeleng ribut kemudian membuang wajahnya.

Satu menit berlalu tapi Wonwoo masih suka mencuri pandang pada laki laki yang sudah berhenti mengomel tapi masih menekuk wajahnya. Perawakan laki laki ini lebih tinggi dari Wonwoo. Rambutnya yang basah turun menutupi dahinya. Tubuhnya seperti mengeluarkan aura gelap akibat kesal. Garis wajahnya tegas. Kesimpulannya dia tampan.

Wonwoo membuang wajahnya yang memerah. Ia merasa malu diam-diam memperhatikan orang lain bahkan mengatakan tampan. Tapi dia memang tampan! Orang-orang pasti akan setuju dengan pendapat Wonwoo tanpa perlu melihat dua kali. Dia gatal ingin melirik lagi tapi takut tidak sopan.

Tapi dia ingin melihat sekali lagi.

Laki laki disebelahnya berdecak kesal.

Wonwoo kali ini memanfaatkan kesempatan, tidak untuk melirik tapi menoleh sepenuhnya. Rasanya ada medan magnet yang menarik Wonwoo agar memperhatikan dia terus menerus. Sesaat Wonwoo teringat payung yang teronggok mengenaskan di tong sampah. Tunggu, bukannya dia juga membawa payung dan jas hujan? Kenapa baru ingat sekarang?! Wonwoo seharusnya bisa pulang dari tadi!

Kesal karena terus diperhatikan, laki-laki itu menghadap ke Wonwoo. Tatapan mereka bertemu. Yang satu menatap murka yang satu seperti berbicara aku-tidak-tahu-apa-apa.

"Lo punya masalah apa sama gue? Mau ngajak berantem? Ayo sini gue jabanin! Asal lo tau, gue dulu murid di padepokan merpati putih waktu SD."

Laki laki itu sudah memasang kuda kuda.Tangannya terkepal di depan dada. Dia siap memberi pukulan dan bertarung. Wonwoo berkedip dua kali sebelum dengan hati hati melepas sepatu dan kaos kakinya. Menaruhnya ke tas dan mengambil jas hujan warna kuning lalu memakainya. Setelah Wonwoo selesai ia mengulurkan payungnya ke laki laki itu.

Raut wajah marahnya berubah menjadi bingung melihat lawannya memberikan payung bewarna biru ke arahnya. Dia menatap bergantian antara payung dan Wonwoo. Masih tidak mengerti. Payung itu untuknya?

Merasa kesal dan pegal karena kebaikannya diabaikan, Wonwoo berinisiatif untuk menyerahkan payungnya secara paksa kemudian pergi menerobos hujan untuk pulang. Masa bodoh jika payung itu dipatahkan atau dibuang. Yang penting Wonwoo sudah memberinya payung untuk pulang.

Wonwoo menoleh sedikit ke arah halte. Laki laki itu masih disana sambil menatap bingung payung biru di tangan. Wonwoo tersenyum kecil. Tadi siapa namanya?

Kian Mingyu.

Wonwoo tidak sengaja membaca namanya.

....

moca-moca

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 19, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Enam Belas • MinwonWhere stories live. Discover now