Elow guys!!!
Sebelumnya I wanna say thanks a lot but kalian yang udah setia nungguin cerita ini, and sorry banget jarang update karena ini tugas kuliah udah kek dosa aku, banyak banget:')))Btw ini ceritanya aku retouch dikit biar lebih afdol and menarik:)
"Dok, gimana keadaan anak saya?" Tanya seorang wanita paruh baya penuh kekhawatiran.
"Benturan di kepala nona muda cukup keras, kemungkinan besar nona akan mengalami amnesia." Jelas sang dokter membuat wanita paruh baya itu bagai disambar petir.
"Sia,,,,anakku,,," tangisannya tak dapat dibendung lagi, wanita paruh baya itu terisak sembari berjalan masuk ke dalam ruang inap sang anak.
Dia menatap wajah pucat sang anak dengan sendu, "pasti sakit ya nak?" tanyanya dengan jari-jarinya mengusap lembut kepala sang anak yang tengah diperban.
"Andaikan,,,andaikan mama nggak pergi ke Australia, kamu pasti nggak akan ngalamin hal semengerikan itu,,,hikss,,,andaikan mama,,,,"
"Ugh!"
Lenguhan seseorang membuat isakan wanita itu terhenti, matanya seketika berbinar begitu melihat sang anak yang tengah terbaring kini telah membuka kedua matanya.
"Sa-sakit," rintihnya.
"Ma-mana yang sakit nak? Sini biar mama lihat! Nggak, tunggu sebentar! Mama panggilin dokter." Ujar wanita itu dengan panik.
Dengan sigap wanita itu menekan tombol merah di samping kanan ranjang anaknya, "datang ke ruangan anak saya sekarang!" titahnya tak terbantahkan.
Sang gadis yang kini merintih sakit tengah berusaha untuk mendudukkan badannya sembari kedua matanya menoleh ke sekeliling ruangan.
'Ini dimana?', batinnya bingung.
Usaha untuk mendudukkan tubuhnya seketika dihentikan oleh si wanita paruh baya itu.
"Berbaring saja dulu nak, kamu baru sadar," ujarnya dengan penuh kelembutan.
Kening gadis itu mengerut, "siapa anda?"
Wanita paruh baya itu hanya tersenyum getir menahan tangis yang siap meledak, hati ibu mana yang tak sakit bila anaknya sendiri tak mengenali dirinya, andaikan bisa memutar waktu maka dirinya tak akan pernah meninggalkan putrinya dan pergi ke Ausie untuk peresmian cabang butik miliknya di sana, dia akan memilih menemani hari-hari putri kesayangannya itu.
Tapi sayangnya, nasi telah menjadi bubur, mungkin ini adalah hukuman baginya karena selama ini telah menjadi ibu yang buruk bagi putrinya.
"Ini mama nak, mama kamu," jawabnya dengan lembut.
Kening gadis itu kembali berkerut, ingin bertanya lebih lanjut tapi dokter telah tiba.
Setelah beberapa saat diperiksa, sang dokter menatap wanita paruh baya itu dengan tersenyum, "syukurlah, nona telah melewati masa kritisnya," ucap sang dokter.
Gadis itu hanya memperhatikan dua orang asing yang tengah berbicara, dalam hati dirinya terus bertanya-tanya sebenarnya apa yang telah terjadi.
Ia mencoba untuk mengingat kembali apa yang telah terjadi padanya hingga dirinya bisa berakhir di rumah sakit dengan kepalanya yang diperban.
Tapi sekeras apapun dirinya mencoba, bukan ingatan yang ia dapat malah rasa sakit di kepalanya yang datang menghampirinya.
"Nggak usah dipaksakan sayang, pelan-pelan saja." Ujar wanita paruh baya itu sembari mengusap pelan surai hitam sang gadis.
"Aku,,,siapa?"
Wanita itu terlihat menghela nafasnya sejenak, "namamu adalah Artemesia Isabella Barkley, putri bungsu mama yang paling cantik," jawab wanita itu.
"Bukan bukan, namaku bukan Artemesia," sanggahnya sembari menggeleng kepalanya pelan.
Ia yakin itu bukan namanya, walaupun dia tak ingat apapun sekarang tapi hatinya mengatakan jika itu bukan namanya.
"Kalau bukan, lantas siapa namamu?" Tanya wanita itu penuh kesabaran.
Gadis itu nampak berpikir, memang benar namanya bukan Artemesia. Dia yakin sekali, bahkan sangat yakin. Tapi dia sendiri tak tau siapa sebenarnya nama aslinya jika bukan Artemesia.
Gadis itu lalu menggeleng kepalanya dengan polos, tentu membuat si wanita paruh baya itu tersenyum geli.
"Kamu sendiri aja nggak tau siapa namamu, kalau gitu biar mama aja yang ngasih nama buat kamu, mau kan?" Tanya wanita itu lembut.
Dengan ragu gadis bersurai hitam itu menganggukkan kepalanya.
"Berarti mulai sekarang namamu adalah Artemesia Isabella Barkley, gimana?"
"Artemesia," cicitnya pelan sembari memainkan jari-jarinya.
Melihat itu, Sofie tersenyum getir lalu menghembuskan nafasnya pelan.
~•°•~
"Sia sayang, kata dokter hari ini kamu udah bisa pulang." Kata mama Sofie sembari menaruh sekeranjang buah di meja samping kasur anaknya.
"Benar ma?" Tanya Sia berbinar.
Sedangkan yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya.
"Yes! Akhirnya Sia bisa keluar dari neraka ini." Senang gadis itu sembari melompat-lompat di atas kasurnya.
Beberapa hari ia habiskan dengan Sofie membuat gadis itu lebih bisa menerima dirinya yang baru, ia juga semakin dekat dengan wanita paruh baya itu dan tentu hal itu membuatnya nyaman.
"Heh!?! Kamar sebagus ini dibilang neraka!" Celoteh Sofie tak percaya dengan jalan pikir anaknya itu.
"Ya habis, seminggu disini Sia nggak ngapa-ngapain, paling cuman nonton TV bentar terus disuruh tidur, atau kalau nggak makan terus minum obat habis itu tidur deh, bahkan buat keluar main HP atau sekedar keluar jalan-jalan aja nggak dibolehin, kan bosen ma." Jelas gadis itu panjang lebar diakhiri dengan bibirnya yang melengkung ke bawah.
"Duh anak mama yang satu ini, kan itu semua demi kebaikan kamu sayang, kamu lagi dalam proses pemulihan!"
"Iya iya mamaku yang cantik yang paling benar deh," ucapnya pasrah, tak mau memperpanjang perdebatan yang ujung-ujungnya dirinya tak akan pernah bisa menang.
"Yok pulang!"
"Hayukkkk!"
Titip sedikit pesan buat author:)
YOU ARE READING
Type Girl
Teen Fiction• Who is the prettiest girl? Artemesia • Who is the sexiest girl? Artemesia • Who is the hottest girl? Artemesia • Who is the most wanted girl? Artemesia • Who is the richest girl? Artemesia • Who is the perfect girl? Artemesia Artemesia Isabella Ba...