RESTART; 19

4.5K 330 76
                                    

Hera jelas sekali terkejut dengan pengakuan Ghibran barusan. Tidak hanya Hera, seluruh keluarga yang hadir pun terkejut mendengarnya. Putra sulung keluarga Reswara mengumumkan bahwa Nadhine adalah tunangannya. Ia sudah melamar Nadhine di tengah-tengah acara keluarga besar Reswara. Ghibran dengan penuh percaya diri dan tanpa izin orang tuanya menyematkan cincin di depan keluarga, juga Caca.

"Maaf sayang, Bude gatau kalau kamu calonnya Ghibran" ucap Bude Ratna mengusap lembut pipi Nadhine. "ya Allah, ayu temenan iki"

*(ya Allah, cantik beneran ini)

"Bude bilang kamu cantik" ujar Ghibran yang sejak tadi merangkul pinggang Nadhine yang langsung dijawab senyuman manis dari Nadhine.

"Tadi aku udah sempet ngobrol ama Nadhine di dalem. Makanya mbak jangan sok tau sebelum tanya langsung." ujar Bianca sambil mendengus kearah Ratna.

"Ya abis si Hera bawa anak gadis terus Ghib juga bilang kalau calonnya ada disini ya aku kira sih dia. Mana dia juga ga nyangkal omongan Bude." cerita Ratna tidak mau disalahkan. "Sempet kaget tadi Budhe, ternyata temen kamu SMA ya Ghib?"

"Iya Bude" jawab Ghibran

"Aduhh bentar lagi sebar undangan, ga kerasa Ghib udah segede ini kamu." ucap Ratna

"Tar lagi nih jagoan ku bakal ada temen kalau Ghibran nikah tahun ini." Yolanda ikut masuk dalam obrolan sambil mengusap perutnya yang membuncit.

Terdengar suara decakan dari Bianca. "Belum tentu mereka program anak tahun ini juga, jangan gitu ih nanti mereka kepikiran."

"Eh iya juga ya" ujar Yolanda kemudian bertanya. "Kalian bakal program langsung punya anak atau mau berduaan dulu?"

"Aku sih terserah Nadhine Tante" jawab Ghibran melirik kearah Nadhine yang juga menengok kearahnya.

"Mungkin tunda dulu sih tapi belum kepikiran sampai situ untuk sementara ini" jawab Nadhine yang kini mengalihkan perhatiannya kearah Yolanda.

"Iya gapapa, pikirin dulu aja berdua. Lagian aku juga dulu nunda dua tahun. Anakku pertama sekarang anak udah SMP, ditambah ini satu lagi." ujar Bianca tersenyum kearah Nadhine

Ghibran dan Nadhine mengangguk bersamaan. Sejak mengenalkan dan mengumumkan hubungannya dengan Nadhine, Ghibran sama sekali tak membiarkan Nadhine jauh-jauh darinya. Walaupun benar saudara Ghibran menerima Nadhine namun sejak tadi sorot mata Hera dan Caca menatap Nadhine dengan tatapan tak suka. Jika bertanya tentang Ridwan, pria itu kini pasrah dan menerima keputusan Ghibran. Ayah Ghibran pun sempat mengusap lembut surai Nadhine dengan senyum tulus lalu beranjak ke gerombolan para pria menikmati acara sambil bercanda gurau dengan yang lainnya.

"Kak, benerin ini dong" Giska tiba-tiba mendekat memberikan kalung yang ia ingin pakai tapi sedari tadi ia tak bisa memasangnya.

Nadhine pun menyingkirkan tangan Ghibran dari pinggangnya, ia sedikit mencondong maju membantu Giska memasang kalungnya. Gadis itu tau keributan saat ia dan Arjuna pergi lalu dari Bianca. Amarah Giska sudah mengumpul di ubun-ubun, ia tak bisa menolerir tingkah ibunya lagi.

"Susah banget" desis Nadhine.

"Iyakan" dengus Giska sambil melihat sekeliling. "Kak, sini deh rada deketan gih sini" bisik Giska saat tak ada saudara yang mengitari mereka dan Ghibran sedang berbincang dengan Om Reino. Giska menarik Nadhine kepinggir dekat dengan tembok.

"Kenapa? Ini belom kepasang" Nadhine ikut berbisik mengangkat kalung di tangannya

Giska tiba-tiba mengeluarkan concealer dan cushion dari dalam tasnya lalu menarik Nadhine untuk berbalik. Tanpa aba-aba resleting dress Nadhine bagian belakang diturunkan setengah.

RESTART [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang