14

8.7K 523 117
                                    

Happy reading

.

.

.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Amara sudah tiba di sekolah. Entah kenapa gadis itu terlihat sangat semangat hari ini. Mungkin karena moodnya yang baik.

Kemarin malam, Ricky menelponnya dan menyuruhnya untuk pergi ke rumah sakit tempat Amira. Amara pun menurut, ia juga mempersiapkan hatinya ketika akan mendapatkan kata-kata menyakitkan dari adik kembarnya.

Namun, di luar dugaan Amira justru memeluknya dan juga meminta maaf padanya. Bahkan Amira menangis histeris waktu itu. Amara tentu saja mau memaafkan adik kembarnya, ia bahagia, sangat.

Soal Amira, Ricky tidak mengizinkan gadis itu untuk sekolah di tempat Amara. Lebih tepatnya Ricky meminta Amira untuk home schooling. Itu semua untuk melindungi Amira. Takut, takut kalau keluarga Smith akan menemukan dan kembali menyakitinya. Amira sendiri pun setuju akan hal itu.

Amara kini tengah berada di koridor sekolah, ia berjalan dengan riang. Matanya menatap ke segala arah. Namun, tatapan matanya terhenti kepada dua orang yang sedang berpelukan di undakan tangga.

Amara menatap kedua orang itu dengan jeli, ia membalikan badannya ketika tahu orang itu adalah Rafa dan Melia. Yaah untuk saat ini Amara ingin menghindar dari mereka terlebih dahulu. Ia tidak ingin moodnya kembali hancur. Apalagi mengingat belakangan ini Melia terlihat selalu mencari-cari masalah dengannya.

Soal Melia, entahlah Amara di buat bingung olehnya. Terkadang Melia terlihat tulus dari tatapan matanya, dan juga terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu padanya. Namun, di hari berikutnya Melia terlihat seperti memancing emosinya. Entah itu dengan cara melakukan tindakan yang membuat Amara kesal.

Seperti tiga hari yang lalu, disaat Amara sedang makan bersama dengan Zerin dan Reza di kantin. Melia entah datang dari mana, tiba-tiba menyenggol makanan Amara, yang membuat makanan Amara terjatuh.

Kadang pula Melia terlihat sengaja menjatuhkan diri di dekat Amara. Atau bahkan dia mengungkit masalah Amara dan Rafa kemudian berpura-pura minta maaf serta menangis. Amara geram? Tentu saja dirinya ingin sekali memberi gadis itu pelajaran. Namun, Amara selalu bisa menahannya. Ia juga tidak boleh terpancing seperti dulu.

Tapi di balik itu semua satu hal yang membuat Amara bingung. Ia selalu mengamati Melia dan ia merasa ada yang berbeda dari gadis itu. Melia yang ia lihat tadi sedang berpelukan dengan Rafa dan juga Melia yang pendiam, terlihat lebih kurus di bandingkan dengan Melia yang kemarin mencari gara-gara dengannya.

Ia juga pernah punya pikiran kalau Melia memiliki kepribadian ganda. Dan juga ia berpikir apakah Melia punya kembaran seperti dirinya? Sehingga entahlah, Amara pusing sendiri memikirkan itu. Tapi, dari data yang ia pernah baca tentang Melia, ia adalah anak tunggal.

Amara melangkahkan kakinya menuju taman belakang, niatnya untuk ke kelas ia tunda dulu, karena tangga yang menjadi penghubung  lantai satu dan dua, terdapat Rafa dan juga Melia disana. Sedikit info, kelas Amara berada di lantai dua.

Sesampainya di taman belakang, Amara langsung saja menghampiri pohon mangga. Tempat biasa yang selalu ia datangi sejak dulu. Namun, saat ia ingin duduk, Amara melihat seseorang yang sudah duduk di bawah pohon mangga itu terlebih dahulu.

Dahi Amara pun menyerngit. Amara pun tak mau ambil pusing, ia tetap berjalan menghampiri orang itu.

"KAK EL" pekik Amara.

Ia terkejut ketika melihat siapa laki-laki itu hingga secara refleks dia berteriak membuat orang itu terlonjak kaget. Orang itu pun menatap Amara dengan tatapan dinginnya. Ternyata benar laki-laki itu adalah Elio. Bukan halusinasi Amara.

AMARA [Terbit Versi E-book]Where stories live. Discover now