O1 ; Sudah Biasa

119 17 3
                                    

w e l c o m e  t o :

[ Radeya Abimana's life story ]

4th story by rismarsfˎˊ˗

4th story by rismarsfˎˊ˗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

📍 HAPPY READING !!








Dahulu, Radeya adalah anak yang periang. Tapi itu sudah beberapa tahun silam. Jauh sebelum seseorang paling berharga telah pergi. Membuat kepribadian yang sebenarnya harus hirap karena sesuatu.

Sesuatu yang merubah hidupnya. Secara keseluruhan.

"Radeya, bersihkan kamar Kakakmu sekarang juga!" perintah Radit mengudara. Memanggil anak bungsunya dengan suara meninggi.

Cowok yang sedang mencuci piring itu, menoleh sekilas. Netranya tak dapat melihat adanya seseorang di sana, yang mendekat ke arahnya. Maka, ia memilih untuk mengabaikan.

"Radeya, kamu dengar enggak sih? Papa bilang apa tadi?" Bentak Maya, istri dari Radit dan Ibu tiri Radeya. Wanita yang baru saja berusia kepala empat itu mendekati putra bungsunya.

"Iya, Ma. Sebentar." Radeya membalas singkat. Dengan segera menyelesaikan kegiatan cuci piringnya sampai selesai. Kalau tidak selesai, nanti Maya akan marah.

"Kamu tuh kenapa sih, kalau dipanggil nggak langsung nyaut? Budeg kamu, hah?" Maya berkata tepat di telinga Radeya. Wanita itu menarik telinga Radeya, sampai si empu mengaduh sakit.

"Maaf, Ma." Radeya menunduk, tak mampu membalas apapun. Lantas cowok itu melangkah lebar menuju ke kamar sang Kakak.

Radeya sudah biasa seperti ini. Selalu disuruh melakukan apapun pekerjaan rumah, serta harus membersihkan kamar Raden, Kakaknya. Lantaran fisik Raden yang tidak sepertinya. Dia mengidap asma, yang mengharuskan orang lain saja untuk membersihkan sesuatunya.

Diperlakukan selayaknya budak oleh keluarga sendiri, tidak membuat Radeya membantah sedikit pun. Laki-laki itu dengan tulus dan ikhlas melaksanakan apa yang selalu keluarganya minta. Sekali pun harus mengorbankan nyawanya.

"Yang bersih, jangan sampai ada debu! Awas aja kalau enggak!" Ancam Raden begitu Radeya memasuki kamarnya. Laki-laki itu melirik sang adik dengan tatapan tak suka. Entah kenapa, kebencian selalu terpatri kala melihat wajah damai Radeya.

Seakan hidupnya dan Radeya sangat berbeda. Tak adil, sebab adiknya seperti tak memiliki beban sama sekali. Hidupnya bebas, sehat dan bahagia. Tidak sepertinya.

"Iya, Kak." Jawab Radeya.

Raden berjalan keluar, mempersilahkan Radeya untuk membersihkan kamarnya.

Radeya mendesah panjang, saat melihat kondisi kamar Raden yang-- sungguh, seperti bukan kamar, tetapi kandang kuda. Berantakan sekali. Padahal baru ia bersihkan tadi, sebelum mencuci piring yang banyaknya minta ampun.

Pena itu Rumah [REST]Where stories live. Discover now