WMG || 07

232 263 99
                                    


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)."

- QS. An-Nur Ayat 26 -

💗💗💗


Nabilla mengembuskan napas berat saat tahu bahwa dirinya yang ditunjuk teman-temannya untuk mengumpukan tugas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nabilla mengembuskan napas berat saat tahu bahwa dirinya yang ditunjuk teman-temannya untuk mengumpukan tugas. Nabilla sempat menolak dan memberikan alasan. Namun teman-teman sekelasnya tetap bersikukuh untuk menyuruh Nabilla. Toh kata mereka, Nabilla kan sekretaris. Jadi gapapa lah ya kalau di suruh mengumpulkan tugas dan membawanya ke kantor.

Dengan berat hati serta tak mau banyak berdebat, akhirnya Nabilla menurut. Ia berdiri kemudian berjalan satu persatu ke arah temannya untuk mengambil buku tugas itu.

"Hanna. Temani aku ya ....?" ujarnya dengan menampilkan wajah puppy eyes saat sudah sampai di meja Hanna - sahabatnya.

"Enggak, ah. Capek aku."

Reflek Nabilla mendelik. "Hanna. Ayolah. Masa iya aku harus berjalan berdua dengan Gus itu? Mana mungkin, Hanna. Ayo temani aku ya?" Nabilla berusaha membujuk sahabatnya itu. Bahkan ia kini sekarang sedang membujuknya dengan embel-embel akan mentraktir makan.

"Nanti aku belikan nasi ayam geprek kesukaan kamu deh! Tapi sekarang kamu harus teman aku dulu."

Mendengar penuturan itu, spontan Hanna mengangguk dengan semangat. "Oke deh! Deal." Hanna tersenyum puas. Sepertinya hari ini hari keberuntungan Hanna.

Setelah Hanna sepakat untuk membantu Nabilla. Kini mereka berdua berjalan keluar kelas untuk menyusul kepergian Gus Baim. Mereka mengekor di belakang Gus Baim dengan jarak yang lumayan jauh.

Karena Nabilla dan Hanna lebih fokus mengobrol, ia tak sadar jika Gus Baim mendadak berhenti karena mengangkat telfon. Sontak Nabilla dan Hanna menghentikan langkah dengan segera.

Astagfirullah. Untung gak sampai nabrak tuh badan. Kalau nabrak kan wassalam. Lain kali harus fokus, Bil. Fokus.

Batinnya terus merutuki dirinya sendiri. Sedangkan Hanna hanya bisa mengelus dadanya pelan karena terkejut.

Kepala Gus Baim tertoleh ke belakang. Nabilla dan Hanna segera mendunduk.

"Maaf. Nanti langsung kamu letakkan saja di meja Kiai Ustman ya. Saya ada urusan mendadak. Jadi saya harus segera pergi sekarang," tuturnya.

Why Me, Gus? [On Going]Where stories live. Discover now