Ambivalence

48 9 0
                                    

Sudah hampir dua jam Rinnian mengurus tanaman disini, biasanya ia tak pernah terlalu lama di sana. Karena seringnya ... ia menghabiskan waktu dengan Vil jam segini.

Pemikirannya akan Vil membuat sesuatu terlintas dalam benak Leona.

"Bagaimana kamu dengan ketua asrama itu?"

Suara dari kakak kelasnya membuat Rinnian menghentikan aktivitasnya mengaduk tanah. Tidak hanya terkejut karena hal yang ditanyakan, adik kelasnya juga terkejut karena diajak bicara duluan.

Sebuah hal yang sangat sangat jarang dilakukan oleh Leona. Bahkan ia terkejut dengan pertanyaannya sendiri.

"Maaf, apa?" tanya Rinnian memastikan.

Sang raja hutan mendengus kesal, "Aku menanyakan hubunganmu dengan si Vil itu."

"Eh?! Kenapa pertanyaanya? Aku kira maksud senpai itu Riddle-ryouchou," Rinnian tersenyum kaku sesaat, sebelum dirinya termenung.

Pertanyaan itu terlalu ... acak? Lucu bagaimana Leona yang terlihat tidak pedulian menanyakan akan hubungan seseorang. Namun lagi, Rinnian pikir Leona hanya mencari topik asal-asalan karena tidak biasa memulai obrolan duluan.

"Hubungan kami baik, kurasa? Kami masih seperti biasa, bertemu hampir tiap hari, mengobrol seperti biasa," jawab Rinnian. Dengan rona merah yang terlihat jelas di pipinya.

Merasa gugup, sang gadis buru-buru menyelesaikan mengaduk tanahnya dan pergi menanam beberapa bibit bunga, tak jauh dari lokasi Leona berbaring. Sedangkan ketua asrama itu menguap lebar, ia kembali berbaring dan merenggangkan tubuhnya.

Tanpa ia sadari, Rinnian sudah kembali dan kini menghampirinya, "Kenapa senpai menanyakan itu?"

"Mana kutahu," jawabnya asal.

Rinnian memicingkan matanya sebelum mengangkat bahu, ia pun pergi lagi untuk mencuci tangan. Membereskan peralatannya. Sang singa melirik adik kelasnya itu, kenapa ia menanyakan hal itu?

Entahlah, ia juga tidak tahu. Namun saat ia melihat rona merah di pipi sang adik kelas ketika membicarakan orang lain. Ia merasa rasa menyengat dalam dirinya.

"Oi, Gareth ...,"

"Rinnian."

Mendengar namanya dipanggil membuat baik Rinnia dan Leona menoleh. Orang yang kini menghampiri keduanya tak lain dan tak bukan adalah orang yang tadi sempat mereka bincangkan, Vil.

"Oh, senpai? Ada urusan apa kesini?" tanya Rinnian heran.

"Urusan apa? Aku menunggu sejak 15 menit yang lalu dan kau tidak datang juga. Karena khawatir aku kemari," jawab Vil sembari menunjukkan jam di magicamnya.

"Oh! Astaga, maaf aku tidak sadar! Maaf, sebentar senpai, blazerku kutinggalkan di sana."

Dengan cepat Rinnian berjalan pergi, meninggalkan dua ketua asrama itu.

"Kalian sepertinya makin dekat saja, ya?" tanya Vil memulai basa-basinya.

Leona membalasnya dengan tertawa mendengus, "Tidak juga, hanya kebetulan karena ia terlalu sering kemari." katanya, memberi penekanan pada kata terlalu.

Menyebalkan, bagaimana tiap kata yang keluar dari mulut Vil seakan memojokkannya. Membuat mood Leona turun.

Kalimat Vil selanjutnya lah, yang membuat sang singa diam tak berkutik.

"Leona, aku akan langsung ke intinya saja. Apa kau menyukai Rinnian?"

Lied ✣ Leona Kingscholar x OCWhere stories live. Discover now