Dua Puluh Tiga

6.2K 967 37
                                    

sad harry on multimedia

"Apa menurutmu bayi yang dikandung Lux adalah milik Harry?" tanya Gemma padaku. Aku menggidikan bahu, "Tidak tahu,"

"Ya Tuhan, kalau sampai benar itu bayi Harry bagaimana?" wajah pucatnya berkilat dengan rasa panik dan takut. Aku menggidikan bahu lagi, "Yang penting Lux sudah menggugurkannya." jawabku.

"Tetap saja, tapi bisa jadi itu memang bayi Harry, kau bilang ia sudah mengandung dua bulan kan? Harry meninggal Februari lalu dan sekarang baru pertengahan April. Kemungkinan besar itu adalah milik Harry, ya ampun bodoh sekali anak itu, apa dia tidak memakai pengaman saat berhubungan seks?" Gemma mengusap wajahnya dengan frustasi.

"Aku juga berpikir begitu, namun Lux bersikeras tidak mau memberitahu siapa ayah dari anaknya." kataku sembari mengaduk-aduk es batu didalam gelasku. Aku sengaja mengajak Gemma bertemu di Max's karena makanan disini enak jadi aku ingin kembali lagi untuk makan siang.

"Apa kau sudah membicarakan ini semua dengan Harry?" tanya Gemma. Dadaku terasa nyeri mendengar pertanyaannya, aku belum berbicara dengannya samasekali semenjak Kamis kemarin. Dan aku tahu ia tidak sedang berada bersama kami dengan cara membuat dirinya tembus pandang, karena kalau ia memang disini aku pasti bisa merasakannya.

"Belum," gumamku.

"Apa kau tahu berapa lama waktu yang dimilikinya untuk menyeberang?"

"Tidak, dia hanya bilang ia 'tidak memiliki banyak waktu' namun ia tidak pernah menyebutkan berapa lama pastinya." jawabku.

"Apa dia disini sekarang?" tanya Gemma.

Aku menghela nafas pendek sebelum menjawab, "Tidak,"

"Gemma, kau bilang orangtuamu menolak polisi untuk mengotopsi mayat Harry dan membuat kasus dari kematiannya 'kan?" tanyaku. Gemma mengangguk.

"Apa ada alasan tertentu mereka melakukan itu semua?"

"Mereka percaya seratus persen kematian Harry itu murni kecelakaan, dan mereka langsung meminta mayat Harry dibersihkan dan dikubur keesokkan harinya karena saat polisi menemukan mayatnya, wujudnya benar-benar mengerikan-- kudengar begitu." jelasnya.

"Aku ada ide, tapi ini bukan ide bagus, namun tidak buruk juga. Hanya saja, dengan begini akan lebih cepat kita menemukan pembunuh Harry." kataku sepelan mungkin agar orang-orang yang duduk didekat kami tidak mendengar.

"Apa?" Gemma menaikkan sebelah alisnya.

"Bagaimana kalau kita meminta polisi untuk membuka kasusnya lagi dan melakukan penyelidikan dari awal, termasuk memeriksa bangkai mobil Harry dan mayatnya. Well, pasti mayatnya sudah menjadi tulang belulang sekarang tapi tetap saja bisa diotopsi. Bagaimana menurutmu?"

Gemma tampak sedang memikirkan ideku sesaat sebelum akhirnya ia mengangguk, "Tapi apa perlu izin dari orangtua kami untuk membuka kasusnya lagi? Karena jika ya, orangtua kami pasti tidak akan setuju." katanya.

"Aku tidak tahu, bagaimana kalau kita ke kantor polisi saja? Besok? Sekarang hari minggu jadi kemungkinan besar beberapa petugas yang menangani kasus Harry waktu itu sedang tidak masuk," kataku. Gemma mengangguk, "Besok, sepulang kau sekolah."

Aku setuju dan Gemma memanggil pelayan untuk meminta tagihan pesanan kami, ia bersikeras untuk membayar pesananku juga dan walaupun aku sudah berkali-kali menolak ia tetap saja menyodorkan kartu kreditnya pada pelayan tadi.

****

"Karlie, aku butuh bantuanmu." kata Nicky saat aku memasuki kelas keduaku hari ini. Aku menaikkan satu alis, mengisyaratkannya untuk melanjutkan.

Gone H.S [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang