Tiga Puluh Satu

5.6K 865 33
                                    

Aku, Nicky, Lux dan Melissa masing-masing sibuk memilih gaun yang akan kami beli untuk dipakai ke pesta dansa. Aku sendiri sudah mencoba kurang lebih empat gaun namun belum ada yang cocok.

"Bagaimana?" tanya Nicky. Ia keluar dari ruang fitting dengan gaun berwarna merah muda yang ekornya menyeret dilantai, bagian dadanya penuh hiasan payet.

"Cantik," kataku. Memang benar ia terlihat cantik dalam gaun ini.

"Ini membuatku terlihat gemuk, aku akan coba yang lainnya." gerutunya.

"Karlie,"

Aku menoleh pada Melissa, ia memberikanku gaun panjang berwarna putih tulang dengan hiasan payet dan mata-mata dari dada sampai ke bagian pinggang.

"Kurasa ini akan cocok untukmu," katanya. Kuperhatikan gaun tersebut, memang bagus dan bahannya lembut sekali. Aku kemudian membawanya ke ruang fitting dan mencobanya. Bagian belakangnya bermodel terbuka, memperlihatkan punggungku dan modelnya yang tidak berlengan menunjukkan kedua lengan kecilku.

"Bagaimana?" tanyaku saat keluar dari ruang fitting. Nicky dan Melissa melongo, rahang mereka terbuka lebar seperti hampir menyentuh lantai.

"Kau tampak cantik sekali mengenakan gaun itu," puji Nicky.

"Kau harus membelinya," sahut Melissa. Aku tertawa dan kembali mengenakan pakaian awalku lalu membawa gaun tadi dan membayarnya dikasir. Lux, Nicky, dan Melissa semuanya sudah mendapat gaun masing-masing dan kini kami berdua tinggal mencari sepatu yang cocok.

"Ini?" tanyaku seraya mengangkat wedges hitam.

"Heels, Karlie. Kau butuh heels," kata Lux. Ia mengambilkan sepasang high heels berwarna hitam dengan ujung terbuka. Aku menurut ketika ia memintaku untuk mencobanya dan kurasa ini akan terlihat bagus jika dipadankan dengan gaunku.

Setelah semua barang yang kami butuhkan sudah terbeli, termasuk topeng untuk dikenakan besok-- kami sempatkan mampir ke salah satu kafe didalam mall tempat kami berbelanja-- untuk makan siang bersama. Dijalan menuju parkiran Melissa tidak henti-hentinya mengoceh tentang tidak sabarnya dia untuk pesta dansa besok.

"Besok siang kita harus pergi ke salon bersama!" teriak Lux tiba-tiba dengan nada senang. Aku memutar bola mataku jengkel, aku tidak kuat kalau harus mendengarkan mereka mengoceh dan menggosip disalon besok.

"Ide bagus, pukul satu?" sahut Nicky.

"Salon mana?" tanyaku.

"Salon langganan kami bertiga, akan kukirimkan alamatnya untukmu nanti." jawab Nicky. Aku mengangguk dan kami langsung berpencar menuju mobil masing-masing. Tepat saat aku keluar daerah mall tersebut handphoneku berdering ada telepon masuk dari Gemma.

"Detektif Wilden meneleponku barusan katanya hasil otopsinya sudah keluar," kata Gemma langsung tanpa bertele-tele.

"Benarkah? Lalu kapan kita bisa melihat hasilnya?"

"Apa kau bisa ke kantor polisi sekarang?"

"Um, ya, aku sedang dijalan pulang. Aku akan putar balik dan menuju kantor polisi,"

"Baiklah, sampai bertemu disana dua puluh menit lagi." kata Gemma mengakhiri teleponnya. Aku langsung memutar balik mobilku dan mengambil jalan tol untuk menuju polisi agar cepat sampai. Aku tidak sabar melihat hasil otopsi Harry, semoga saja polisi bisa menemukan sesuatu yang janggal atau petunjuk selanjutnya dari hasil tersebut.

"Ikut aku," perintah Detektif Wilden padaku dan Gemma. Ia tidak mengajak kami ke kantornya seperti biasa, melainkan ke suatu ruangan yang belum pernah kumasuki sebelumnya dan dipenuhi dengan layar-layar komputer didinding dan orang-orang yang mengenakan jaket lab putih.

"Ini hasilnya," kata seorang perempuan sambil memberikan satu amplop cokelat besar padaku. Aku membukanya dan mengeluarkan beberapa lembar hasil foto rontgen (a/n x-ray).

Foto pertama yang bergambar tengkorak menunjukkan adanya celah dibagian belakang kepala, karena aku dan Gemma tidak mengerti soal ini semua maka kami meminta perempuan tadi untuk menjelaskan.

"Baiklah," katanya sambil menuding celah ditengkorak tadi, "Celah ini disebabkan oleh hantaman benda tajam yang menembus kulit kepala dan sedikit bagian luar tengkorak Harry. Celah tersebut mengakibatkan pendarahan fatal dan menyumbat jalannya beberapa saraf penting diotak, membuat tubuh korban kaku seketika seperti terkena stroke dan otomatis mematikan seluruh syaraf yang menyambungkan organ satu dengan organ lainnya, kurang lebih seperti serangan jantung. Lalu," ia mengambil foto lain lagi yang menunjukkan sisi samping tengkorak Harry. "Ada luka trauma dibagian kiri kepalanya dan membuat tengkorak sedikit melunak namun tidak sampai retak, ini disebabkan karena adanya reaksi kepala dengan hantaman benda tumpul. Bisa jadi bagian atas meja, atau lantai, dan semacam itu. Setelah diidentifikasi ternyata celah yang tadi meninggalkan serpihan kaca kecil seukuran seperempat jari kelingking. Kami sudah menyamakan serpihan tersebut dengan kaca bangkai mobil Harry, kaca depan, belakang, samping, dan bahkan kaca spion namun hasilnya negatif. Kepala Harry sempat terkena serpihan kaca lain," ia kini menatapku dan Gemma dengan serius.

"Dan jika ada hantaman, berarti ada perlawanan. Kemungkinan besar Harry sempat berkelahi dengan pembunuhnya sebelum ia mati,"

vote&comment. Promnya tinggal sehari lagi berarti harry masih punya sisa brp hari dong?

Epilognya udah jadi guys :') dikiiiiit lagi diupload.

Half the love x.

Gone H.S [DITERBITKAN]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant