Dua Puluh Tujuh

6.7K 938 86
                                    

Warning; sad harlie moments

Kupastikan aku berada dialamat yang sama seperti yang tertera dikartu nama Anita. Ayahku sempat bertanya ada perlu apa aku pergi kerumah cenayang ini, tetapi aku tidak menjawabnya melainkan langsung berangkat. Kutarik nafas panjang berkali-kali sebelum memberanikan diri mengetuk pintu rumahnya.

"Ada yang bis--" Anita terdiam saat melihatku, "Kau Karlie 'kan?"

"Iya,"

"Ada apa kau kesini? Apa ayahmu membutuhkan jasaku lagi?" tanyanya.

"Uh, tidak. Sebenarnya aku yang ada perlu denganmu,"

Anita melihat kejalanan dibelakangku sebelum mempersilakan masuk.

"Baiklah, ayo masuk."

Rumahnya bernuansa warna cokelat dan hitam, jejeran lilin menyala diatas perapian bersama dengan benda-benda aneh lainnya. Ia mengajakku keruang tamunya, mempersilakanku duduk lalu meninggalkanku kedapur. Tak lama kemudian ia kembali dengan dua cangkir kopi untuk kami berdua.

"Ada apa?" tanyanya.

"Aku ingin bertanya sesuatu,"

Anita mengangguk.

"Biasanya.. uh jika seseorang meninggal dunia namun ia masih terjebak didunia karena masih ada urusan yang belum terselesaikan, berapa lama waktu yang dimiliki orang tersebut untuk menyelesaikan urusannya dan menyeberang ke akhirat?" tanyaku.

Anita meletakkan cangkirnya dimeja depanku, "Seratus hari," jawabnya.

"Seratus hari terhitung dari hari kematian orang tersebut?" tanyaku.

"Benar sekali," ia mengangguk.

Oh sial, sekarang sudah berapa hari semenjak kematian Harry

"Apa ini soal Harry?"

Dia tahu. Tentu saja dia tahu.

"Um, ya?" jawabku tetapi terdengar seperti pertanyaan. Anita menyesap kopinya dan meraih kalender yang bertengger diatas meja.

"Tanggal berapa Harry meninggal?" tanyanya.

"Dua Februari,"

Anita membuka halaman Februari dan mulai menghitung sampai tanggal hari ini.

"Sekarang tanggal 14 April, berarti Harry sudah melewati 72 hari." katanya.

"Berarti--"

"Berarti ia hanya memiliki sisa 28 hari lagi," katanya menyelesaikan kalimatku.

28 hari? Aku tidak yakin bisa menyelesaikan semua ini dalam kurun waktu sependek itu.

"Batas waktu yang ia miliki sampai tanggal 12 Mei," kata Anita seraya meletakkan kembali kalender tersebut pada tempatnya. Waktu yang kumiliki genap empat minggu, empat minggu!

"Kalau.. kalau Harry masih belum menyelesaikan urusannya melewati batas waktu yang ditentukan, apa yang akan terjadi?" tanyaku. Rasa takut yang mehinggapi diriku kini semakin menguap setelah Anita menjawab pertanyaan yang selama ini berkelebat dibenakku.

"Maka ia akan terjebak didunia selamanya," jawabnya sambil menghela nafas. Kututupi wajahku dengan kedua tangan sambil menahan kuat agar air mataku tidak merebak namun sia-sia ketika isakan ku terdengar jelas dan lengan sweaterku basah kuyup akan air mata. Kurasakan Anita duduk disisiku dan merangkul pundakku dengan erat, tangannya mengusap-usap punggungku dengan lembut.

"Karlie.." ucapnya pelan. Tangisanku mereda namun suara isakanku masih dapat terdengar samar-samar.

"Dengarkan aku," kata Anita sambil memutar tubuhku untuk menghadapnya. "Dari awal aku sudah tahu ada sesuatu diantara kau dan Harry, dan aku juga sudah memperingatkanmu. Aku memperingatkanmu untuk berhati-hati agar tidak jatuh lebih dalam lagi untuknya tetapi kau tidak mendengarkan, bukannya aku menyalahkanmu karena ingin membantunya-- tidak. Kau boleh saja membantunya tetapi seharusnya kau menjaga perasaanmu, kalau sudah begini akan rumit jadinya."

Gone H.S [DITERBITKAN]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora