Prolog.

4.3K 446 15
                                    

———————————————

~ [ H A P P Y  R E D I N G ] ~

Karya By RaraAthalva_

———————————————

Anya hanya diam menatap Ibunya yang menatapnya dengan wajah gembira seakan terharu. Lalu ia menoleh ke arah Ayahnya yang baru saja menyuarakan hal yang sangat mengejutkan.

"Anya bunuh diri biar Ayah sama Ibu dapat uang Asuransi dari pemerintah."

Seakan permintaan itu mudah di lakukan. Keduanya malah memberikan semangat saat Anya menatap mereka dengan bingung.

Anya menunduk menatap kakinya serta pergelangan tanganya yang terbalut akan perban. Menutupi luka yang baru saja kemarin ia dapatkan dari kedua orang tuanya sendiri. Garis bawahi dari kedua orang tuanya sendiri.

"Kenapa Anya harus bunuh diri, Bu?" Pertanyaan dari Bibir pucat Anya menghilangkan ekspresi gembira di wajah kedua orang tuanya.

Ibunya langsung maju menghampiri Anya dengan wajah memerah. Apa aku salah bertanya? Itulah pertanyaan di pikiran Anya saat melihat wajah Ibunya tersebut.

Plak~

Suara tamparan bergema di ruangan tersebut. Namun tak akan mudah di dengar oleh telinga tetangga.

"Kamu ini, yah!!" Seru Ibu Anya dan berniat menampar Anya kembali namun di halangi oleh Ayah Anya.

Melihat itu Anya mengira jika Ayahnya melindunginya. Namun dugaannya salah. Pria yang merupakan cinta pertamanya tersebut setelah lahir malah menjatuhkan harapan kecilnya.

"Jangan pukul di wajahnya. Kau cambuk saja dia kalo tidak benturkan. Jika kau tampar saat ia bunuh diri orang-orang pasti tau kalo ia di lukai dan tersangka utama tentu kita, bukan?"

Anya hanya mampu menunduk menahan rasa sakit di hatinya. Terus menangis dalam diam. Berharap derita yang ia alami berakhir.

Namun tiba-tiba pemikiran tak terduga terlintas di kepalanya. Jika aku mati berarti deritaku akan berakhir, bukan? Itulah yang Anya pikirkan.

Seakan mendapatkan jalan keluar dari deritanya Anya menoleh ke arah Kamera yang tengah menanyangkan rekaman secara Live di Ignya yang niatnya ingin menyanyi namun terhalang oleh orang tuanya yang tiba-tiba masuk. Anya juga lupa untuk memutup Rekamannya livenya dan Anya rasa kini banyak yang menonotnnya.

Anya berjalan ke balkon kamarnya. Berdiri di depan pembatas yang tingginya hanyalah sepinggang Anya.

Menatap kedua orang tuanya. "Anya bakal lakuin. Tapi Anya nggak janji kalo Ayah sama Ibu dapat Asuransinya." Ucapa Anya.

Meskipun bingung dengan Ucapan Anya. Kedua orang tuanya tetap dalam pendirian mereka dan bahkan menyeruhkan betapa sayangnya mereka pada Anya yang menjadi Anak mereka.

Menatap Dalam Ponselnya yang kini memperlihatkan banyaknya orang memberikam komen di sana. Anya memberikan senyum manisnya untuk terakhir kalinya sebelum menjatuhkan dirinya.

Anya merasakan tubuhnya melayang. Ia melihat di balkon ada Ayah dan Ibunya yang menatapnya dengan senyum palsu. Menutup matanya.

Anya memohon untuk terakhir kalinya.

"Ya, Tuhan. Kalo emang Anya di berikan kesempatan hidup nanti. Anya enggak masalah enggak punya Orang tua. Tapi Anya pingin punya orang yang nyayangi Anya biarpun enggak sedarah. Anya... Cuma mau bahagia... ~"

Permintaan kecil yang tidak ia duga di kabulkan.




.
.
.
.
.
.








——————————————

- to be Countinued -

——————————————

Became a Character Without a Name.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang