PART 16 || Sehari sebelum keberangkatan kemah

1 2 0
                                    

Zerdan pulang dari rumah Anya sekitar pukul sembilan malam, itu karena rasa penasaran mereka berdua yang tidak berhenti setiap menemukan sesuatu yang tidak masuk akal.

Zerdan terpaksa menghentikan laju motornya dan melihat segerombolan warga membawa obor dan berteriak memanggil nama seseorang. Zerdan segera turun dan menghampiri mereka. Terlihat wajah para warga tersebut sangat cemas, terutama salah satu wanita di sana. Ia sampai menangis.

"Permisi, Pak, Buk, ini ada apa, ya?" tanya Zerdan ramah.

"Anak dari Ibu ini tidak pulang sejak sore tadi. Dia berpamitan untuk bermain di lapangan, tetapi sampai saat ini juga belum kembali ke rumah," terang pria tua paling depan dengan obor di tangan.

"Kalau begitu permisi, kami akan lanjut mencarinya," sambung pria tua tersebut.

Mereka berlalu sembari kembali berteriak-teriak.

Zerdan diam sejenak kemudian berlari menyusul mereka.

"Tunggu! ... Apa bisa saya ikut mencari?" ucap Zerdan.

Semua orang di sana saling pandang satu sama lain kemudian anggukkan kepala tanda setuju membuat Zerdan berterima kasih. Saat sedang berlangsung pencarian Zerdan merasa kasihan dengan ibu dari anak yang menghilang. Ia lemas dan lelah berjalan, tetapi kekeuh ingin ikut mencari. Zerdan mengusulkan untuk membawa  ibu tersebut pulang ke rumah saja dan mempercayakan pencarian kepada warga. Usul dari Zerdan diterima dengan baik. Zerdan juga mengusulkan untuk menyebar wilayah pencarian dengan membuat tim dan mereka mencari di arah yang berbeda. Setiap timnya terdiri dari dua orang. Zerdan bersama ketua RT dari daerah tersebut.

"Pak, kalau saya boleh tahu, kehidupan orang tua korban bagaimana, ya? Maaf jika ini terdengar lancang," ucap Zerdan.

Kepala RT bernama Rui tersebut menunduk sejenak kemudian menoleh Zerdan.

"Ibu yang tadi kamu lihat itu adalah ibu korban. Beliau seorang janda dan hanya tinggal bersama anaknya. Suaminya meninggal sekitar dua tahun lalu karena sakit keras," jelas Rui.

"Lalu kelakuan anaknya baik atau ...." Zerdan tidak melanjutkan ucapannya dan langsung dijawab oleh Rui.

"Tidak, mendengar dari para tetangga mereka anak itu nakal. Ia seringkali mencuri buah atau hak orang lain. Kadang juga anak itu sering memarahi ibunya di depan umum," jelasnya.

Jadi anak itu nakal? batin Zerdan.

"Apa sebelum menghilang dia sempat  berbuat ulah?" tanya Zerdan lagi.

"Sepertinya tidak karena tidak ada keluhan dari warga kami ataupun dari ibu korban."

"Begitu, ya," jawab Zerdan pelan.

Rui menatap Zerdan heran.

"Kamu bukan orang wilayah sini, 'kan?" tanyanya penasaran.

Zerdan terkekeh dan menggeleng pelan.

"Benar, saya bukan warga dari daerah sini. Kebetulan teman saja bertempat tinggal tidak jauh dari sini dan saya tidak sengaja melihat keramaian ini tadi."

Satu setengah jam pencarian dimulai dan kini mereka sudah berkumpul di titik temu yang telah ditentukan sebelumnya. Tim yang lain juga sama sekali tidak menemukan keberadaan bocah itu atau mendapat petunjuk. Tepat dua jam Zerdan bercengkrama bersama warga di sana dan ia memutuskan untuk pulang. Namun, Zerdan tidak benar-benar pulang ke rumah melainkan ke suatu tempat yang ia curigai.

Zerdan melaju dengan kecepatan tinggi, mengejar waktu supaya ia tidak terlambat bertindak. Zerdan menghentikan motornya yang sengaja berjarak cukup jauh dari tujuan demi kebaikan. Supaya tidak dicurigai nanti. Helm masih berada di kepala Zerdan, sengaja tidak ia lepas untuk berjaga-jaga.

Zerdan berlari dan segera menyelinap ke bagian belakang restoran. Yap, Zerdan berada di restoran Koila. Tempat tersebut adalah sumber kecurigaannya.

Sebuah mobil hitam terparkir di bagian belakang restoran. Kondisinya sangat sepi karena sudah waktu tutup sejak satu jam yang lalu. Zerdan mengintip dari celah pintu kayu untuk bisa melihat kondisi dalam.

Melihat tidak ada penjaga ataupun orang di dalam, Zerdan segera masuk dengan sangat hati-hati dan sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Ketika tangan Zerdan meraba dinding untuk mengikuti lorong kecil itu, ia dikejutkan dengan dinding yang tiba-tiba bergerak terbuka. Spontan Zerdan menjauh dari dinding tersebut.

Sial, itu mengejutkan! Apa itu pintu rahasia? batin Zerdan kembali mendekat dan meraba apa yang ia pegang tadi. Sebuah tombol sangat kecil tertanam di dinding tersebut. Zerdan yakin jika tadi ia tidak sengaja menyentuh tombol itu. Zerdan segera masuk ke dalam karena penasaran.

Untuk apa restoran ini memiliki ruang rahasia?

Di dalam ruang tersebut terdapat tiga pintu kayu berwarna hitam yang tertutup. Seperti memberikan pilihan untuk orang yang masuk ke sana. Telinga Zerdan tiba-tiba saja terasa sakit dan berdenging sekilas. Zerdan tidak tahu kenapa dan mungkin hanya kebetulan saja.

Kaki Zerdan melangkah mendekati pintu tengah, mengamati pintu tersebut dengan serius dan menyentuhnya pelan. Mencoba untuk mendorong, tetapi tidak ada reaksi. Pintunya terkunci. Pintu selanjutnya adalah sebelah kanan dan hasilnya sama saja. Opsi terakhir adalah pintu ketiga, yaitu pintu sebelah kiri. Jantung Zerdan berdetak cepat dari sebelumnya. Merasa gugup setelah berada di depan pintu tersebut.

Zerdan mendorongnya dan lantas dibuat kaget karena pintu itu bergerak ke dalam yang artinya tidak terkunci. Zerdan membukanya perlahan dan melihat tangga mengarah ke bawah. Sepertinya menuju ruang bawah lantai.

PSIKEWhere stories live. Discover now