PART 17 || (2)

1 2 0
                                    

Di ruang tersebut sangat pengap dan ditambah bau anyir yang sangat kuat. Aroma busuk seperti bangkai juga tercium dan menganggu penciuman Zerdan. Beberapa kali saja ia merasa mual dan ingin muntah. Keadaan yang temaram dan  hening sangat mencekam.

Perlahan dan pasti Zerdan melangkah mendekati sebuah ruangan yang sepertinya akhir dari lorong. Bau anyir dan busuk semakin kuat, seperti senjata untuk membuat siapapun mati karena aromanya.

"Hei, jangan menangis. Bukankah kamu ingin kabur dari rumah karena ibumu sangat cerewet? Kami di sini membantumu kabur. Harusnya kamu senang di sini."

Zerdan melotot terkejut mendengar suara itu. Padahal tadi begitu sunyi, tetapi siapa sangka jika di dalam ruang itu terdapat manusia selain dirinya. Lalu Zerdan mendengar suara isakkan kecil di tempat yang sama dengan asal suara. Isakan ketakutan yang bergetar.

"Kamu lihat orang itu."

"Kamu akan bernasib sama seperti dia. Pasti saat ini ibumu merasa lega karena anak nakal yang selalu membuatnya malu sudah pergi. Ah ya ... Tak hanya ibumu, tapi juga warga yang seringkali kamu usik. Di sana akan menjadi daerah yang tentram tanpa pengusik kecil sepertimu."

Mendengarkan pembicaraan itu membuat Zerdan merasa penasaran dengan siapa ia berbicara. Zerdan mengintip kemudian melihat anak kecil dengan kondisi tangan dan kaki  terikat.

Zerdan berpikir jika anak tersebut adalah anak hilang yang ia dan warga cari tadi. Apalagi ketika pria berjas hitam itu mengatakan kelakuan anak tersebut. Sangat cocok.

Zerdan beralih melihat seseorang yang tergeletak di atas meja dengan kaki dan tangan dipasung. Ia sudah tidak sadarkan diri.

Kemudian Zerdan dibauat terkejut dengan yang dilakukan oleh pria tersebut. Ia mengambil pisau dengan ukuran kecil dan mengerakkan di atas tubuh orang yang dipasung. Zerdan tidak bisa melihat sedang apa pria tersebut karena posisinya yang membelakangi. Zerdan hanya bisa melihat ekspresi wajah bocah laki-laki di sana. Ia sangat ketakutan dan memberontak ingin dilepaskan. Mulutnya yang dilakban tidak bisa berteriak atau mengucapkan satu katapun. Ia hanya  bisa menangis terisak.

Pria itu tertawa melihat ketakutan bocah di sana. Ia memperlihatkan hasil yang baru saja ia kerjakan kepada bocah tersebut. Saat itu juga Zerdan bisa melihat. Selembaran kulit manusia ia bentangkan. Namun, yang membuat Zerdan aneh adalah tidak ada darah di kulit tersebut. Warnanya tidak seperti kulit manusia yang hidup.

Selanjutnya pria tersebut kembali melakukan sesuatu pada pasungan. Kali ini Zerdan bisa melihat apa yang dilakukannya karena pria tersebut mengangkat pisau dengan ukuran lebih besar ke atas.

Zerdan yakin jika pria itu ingin memotong bagian tubuh korban di pasungan itu. Zerdan sudah tidak tahan lagi melihat kekejian yang terjadi di depan matanya. Apalagi melihat ketakutan yang dialami bocah laki-laki di sana.

Mata Zerdan mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk sengaja. Ia melihat batu dengan ukuran besar di  dalam ruangan. Yang artinya Zerdan harus mengambil itu. Posisi pria di sana bisa Zerdan manfaatkan untuk bergerak mengambil batunya.

Perlahan Zerdan melangkah dan berhasil mengambil batu. Ia menatap pria itu yang masih bergelut dengan tubuh korban. Ia memotongnya seolah itu hanyalah daging sapi. Setelah menyakinkan diri, Zerdan berlari dan memukul kepala pria otu dengan batu.

Raungan kesakitan menggema keras dalam ruangan tersebut. Pria itu seketika ambruk dan memegangi kepalanya yang mulai mengeluarkan darah. Zerdan segera bertindak menyelamatkan bocah laki-laki itu. Selesai melepas semua ikatan, ia menggendongnya ke punggung dan bergegas pergi dari sana.

"BRENGSEK! JANGAN KABUR!" teriak pria itu menyadari jika seseorang membawa tahanannya pergi.

Zerdan menambah kecepatan larinya. Bocah di punggungnya sudah pingsan lebih dulu. Mungkin ia syok dengan kejadian tadi. Sama seperti Zerdan dahulu yang melihat secara langsung kejadian biadab.

PSIKEWhere stories live. Discover now