PART 19 || Keakraban Tim Rose

1 3 1
                                    

Pohon rindang di tepi jalan memberikan keteduhan pada tim Rose. Lelah mereka perlahan lenyap setelah setengah jam beristirahat. Perut dan kepala mereka lebih baik sekarang. Sampai saat ini mereka belum mendapatkan satupun benda biru. Padahal ini sudah setengah perjalanan mereka.

"Ayo lanjut," ucap Lola berdiri.

Anya langsung ikut berdiri dan disusul yang lain.

"Semangat, semua. Pasti ada benda biru itu di depan sana. Kalo gak ada, ya ... Pasti ada!" sergahnya tertawa receh. Menyemangati wajah lesu dari teman-teman yang lain. Siapa yang tidak letih setelah perjalanan jauh ini. Di tambah yang dicari tidak ditemukan.

Anya dan yang lain melanjutkan perjalanan mereka. Tentu saja dengan rasa takut dan resah jikalau tidak mendapat benda biru itu. Bisa-bisa tim mereka akan mendapat hukuman.

Sejak awal juga sama sekali tidak ada tim lain yang melewati rute sama. Tidak ada yang saling menyalahkan memgambil rute ini, sebab ini pilihan mereka semua. Seperti langsung jatuh hati pada rute ini.

"Guys, kalo kita gak beruntung di rute ini kalian gak papa?" celetuk Rey. Perempuan tomboy murah senyuman.

"Aku gak masalah. Ini keputusan kita sejak awal buat ambil rute ini. Kalo gak dapat dan bakal dihukum juga gak masalah. Lagian dihukumnya ramai-ramai," jawab Anya tersenyum hangat.

Yang lain mengangguk setuju dengan jawaban Anya.

"By the way, sekarang jam berapa?" tanya Lola penasaran.

Seketika yang lain juga ingin tahu.

"Jam lima. Sebentar lagi gelap," jawab pemilik jam.

Anya segera melihat peta dan mencari lokasi timnya saat ini.

"Setengah perjalanan lagi ke lapangan utama," beritahu Anya.

Anya menatap satu timnya, merasa aneh dengan rute ini.

"Kok jauh banget, ya?" tanya Rey heran.

"Iya, ih. Padahal kita jalan udah jauh banget, lho, ini. Anya, kamu gak salah lihat posisi kita, 'kan?"

Anya menggeleng yakin. "Enggak, posisi kita sekarang ada di sini. Kalian lihat dua batu besar itu ... Kita sekarang ada di posisi ini," jelas Anya menjelaskan.

"Sebenarnya aku juga bingung, kenapa kita masih jauh dari lokasi utama. Apa memang rute ini panjang?"

"Maksudnya rute yang kita ambil jaraknya paling jauh?"

Anya mengangguk. "Kayaknya gitu. Aneh gak, sih, kita udah jauh dan lama jalan."

Rey menyetujui ucapan Anya barusan. Ia juga merasa hal yang sama.

"Udah tenang. Yang penting kita gak tersesat aja dan bisa sampai di lokasi utama. Walaupun terlambat. Sekarang kita lanjut lagi, semangat!" ucap Rey mengangkat tangan kanannya ke udara.

Tawa mereka terdengar lebih baik daripada keresahan.

Anya benar-benar merasa beruntung mendapat anggota seperti mereka. Sama sekali tidak ada yang merasa berlebihan dari mereka.

"Karena haiking ini kita jadi akrab banget, ya. Padahal di sekolah berinteraksi aja enggak," ujar Anya tertawa menyadari hal tersebut.

Yang lain langsung ikut tersadar kemudian ikut tertawa.

"Bener banget! Padahal ketemu di sekolah selalu melengos aja, tuh. Gak ada senyum sedikit pun. Eh, ternyata malah satu tim," timpal Rey.

"Aku kira kamu, tuh, orangnya judes, sombong, egois, dan keras kepala, tapi ternyata enggak," ucap Lola seraya tertawa yang ditujukan untuk Rey.

"Memang muka aku mencerminkan sifat itu, ya?" balas Rey.

Semua orang yang di sana mengangguk cepat. Membuat Rey menghela napas berat.

PSIKEWhere stories live. Discover now