06. Kebencian__

62K 5K 61
                                    

HOLLA VREEN

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

HOLLA VREEN

HAPPY READING

Jangan lupa follow :
IG @umilestariii_
Tik tok @coretanmimi_

⚠️WARNING⚠️

Jangan salah lapak / atau menyebut karakter cerita lain di cerita ini. Mohon belajar menghargai hal sekecil apapun itu!🐣

Dan

Jangan lupa vote dan komen!!

Pliss jangan jadi siders, hargai author!!


🌻🌻🌻

Aletta yang baru saja menuruni mobilnya tersenyum lebar kala melihat dua mobil hitam berbeda merek terparkir didepan rumahnya. Dengan cepat dia berlari memasuki rumah. Mengedarkan pandangannya keseluruh arah hingga terkunci pada dua sosok yang sedang duduk disofa ruang tamu.

"PAPA, ABANG" teriaknya lalu menghampiri mereka dengan senyum yang tak luntur. Gadis itu lalu duduk disamping Bramata—papa Aletta.

"Papa kapan pulangnya?" tanya Aletta yang sudah duduk disamping Bramata yang terlihat fokus pada laptopnya, menghiraukan pertanyaan Aletta.

"Papa pasti capek yah, mau Aletta buatin teh?" tanya Aletta lagi namun tetap tak mendapar respon apapun dari Bramata.

Gadis itu lalu mengalihkan tatapannya pada pria muda yang duduk tak jauh dari papanya. Senyum Aletta tak luntur saat menatap Rigel—abangnya.

"Abang El mau makan atau minum sesuatu? Mau Aletta ambilkan?" tanya Aletta pada Rigel yang juga sedang sibuk dengan ponselnya.

"Abang?" panggil Aletta lagi namun hanya dibalas lirik singkat oleh Rigel lalu kembali fokus pada ponselnya.

Aletta menghela nafas pasrah, bukan hal asing lagi papa dan abangnya bersikap acuh padanya. Lebih tepatnya mereka membenci Aletta karna bagi mereka, kematian Zelin—istri Bramata dan mama mereka disebabkan oleh Aletta.

"Pa-"

"Bisakah kamu diam, saya sedang fokus untuk mengerjakan proyek saya. Tapi suara berisik kamu itu sudah merusak konsentrasi saya Aletta" sentak Bramata menatap Aletta dengan tajam.

Aletta tersentak, walaupun bentakan ini bukan yang pertama kalinya tapi tetap saja suara bentakan Bramata mampu membuat hatinya berdenyut sakit.

"Maaf pa, Letta cuma kasihan liat papa—"

"Lo bisa diem nggak sih, selain pembawa sial lo juga pembangkang yah" sarkas Rigel.

Aletta terdiam, dia menatap kedua pria yang dia sayangi dengan mata yang berkaca-kaca. Katakan dia cengeng tapi dia hanya gadis lemah yang butuh kasih sayang dan perhatian mereka, tidak lebih.

SKALETTA [END]Where stories live. Discover now