Chapter 28~

976 96 7
                                    

Kenzie's POV
.
.
.
"Napa Ken?? ",tanya Erika yang melihat wajah murungku.

Barusan aku mendapat pesan dari Rey, kalau dia ada urusan jadi pulang agak telat. Katanya dia bertemu dengan seseorang. Rey juga menyuruhku pulang duluan bersama Erika. Ntah kenapa,  aku punya perasaan tidak enak.

Apa yang dilakukan Rey sekarang ya?

"Huhhhh!!",resahku. Erika hanya melihatku sambil kebingungan.

"Pasti si Rey ada urusan lain kan??? ",tebak Erika yang benar seratus persen. Aku pun hanya menggaguk pelan.

"Dahlah!!  Yok gue anter pulang. Kita naik bus aja lebih murah!!",ajak Erika.

"Aku baru kali ini naik bus. ",jawabku.

"Makannya biar pernah!!  Ayokkk!!",ajak Erika dengan semangat.

Untuk naik bus ternyata harus menunggu cukup lama. Kenapa tadi aku tidak bawa mobil saja?  Ahh iyah aku tidak mau terlihat mencolok hari ini. Makanya aku naik taksi ke stadion.

Akhirnya bus yang ditunggu pun tiba, aku dan Erika masuk dan duduk di deretan bangku belakang.

"Heee Kennn!!  Liat tuhhh!!  Unyuu banget kan mereka! ",tunjuk Erika pada dua pasang cowok yang duduk di deretan tengah. Bagiku mereka terlihat seperti teman yang akrab.

Tunggu!!  Tapi kurasa aku mengenal mereka. Bukannya mereka temannya Rey. Aku sering melihat mereka bersama Rey saat di sekolah. Mereka juga rekan setim basketnya Rey.

"Erika kenal mereka? ",tanyaku.

"Yah!!  Kenal dong kan Angga sama Satria itu temen sekelas gue. Sekelas juga sama Reynand sih. Jadi mereka itu  empat sekawan. Si Rey,  Angga,  Satria, terus Dion. Temen sekelas gue sih njulukin mereka geng preman. ",jelas Erika.

"Memang mereka berdua juga pacaran? ",tanyaku yang penasaran dengan si Angga dan Satria.

"Liat aja mereka!!!  Tiap naik bus tuh yah mereka mepet banget,  di kelas juga mereka reket banget udah kayak sandal jepit. Unyuuu bangett gak sihhhh!! Gemesshhh gue. Tapi tenang ship number one gue cuman ReyKen kok",lanjut Erika yang mulai penyakitnya.

"ReyKen? ",tanyaku.

"Yah kan Reynand Kenzie toh!! ",sahut Erika yang membuatku geleng-geleng kepala.

Aku pun tak seberapa memperdulikan ocehan-ocehan Erika yang membahas temannya Reynand dengan hebohnya. Aku menatap ke luar jendela sambil memperhatikan pesisir jalanan yang ramai.

Ternyata naik bus tidak buruk juga.

.
.
.
.
Akhirnya aku sampai di rumah, Erika tadi syok saat tau aku tinggal di sini mirip reaksi Rey saat pertama kali ke sini.

Rasanya sangat melelahkan,  melihat pertandingan yang dipenuhi orang sungguh membuatku pusing dan lelah. Tapi jika teringat aksi Rey di pertandingan tadi membuat jantungku berdegup kencang. Rey memang keren.

Sesampainya di ruang tengah,  aku melepas jaket milik Rey dan meletakknya di sisi sofa. Setelah itu,  aku melempar diriku ke sofa panjang di depan televisi. Sejenak beristirahat dan melepas penat. Hingga rasa kantuk membuatku tertidur.
.
.
.
Tiba-tiba aku terbangun dan aku yakin sudah tidur beberapa jam. Kulihat pemandangan di luar jendela sudah gelap, ntah jam berapa ini. Saat aku terbangun sudah ada selimut yang menutupi tubuhku, dan ternyata Rey juga sedang tertidur.

Dia tidur dengan posisi duduk di lantai dan bersandar di sisi sofa. Entah sejak kapan dia datang,  kurasa dia terlihat kelelahan sampai tertidur di sini. Aku penasaran siapa yang dia temui tadi.

My Dearest Boy [BL]Where stories live. Discover now